Menuju konten utama

Teori Siklus Perubahan Sosial Menurut Arnold Toynbee & Spengler

Teori siklus perubahan sosial menurut Arnold Toynbee dan Oswald Spengler mengemuka pada awal abad ke-20. Simak penjelasannya berikut ini.

Teori Siklus Perubahan Sosial Menurut Arnold Toynbee & Spengler
Ilustrasi Peradaban. foto/IStockphotos

tirto.id - Siklus perubahan sosial dijelaskan dalam beberapa teori menurut para ahli. Tokoh teori siklus perubahan sosialyang cukup populer adalah Oswald Spengler dan Arnold Toynbee.

Teori siklus merupakan salah satu jenis teori perubahan sosial. Teori siklus perubahan sosial adalah teori yang memandang bahwa setiap masyarakat memiliki siklus yang harus dilalui.

Menurut Bagja Waluya dalam Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Masyarakat (2007), siklus perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan oleh siapapun, bahkan oleh ahli sekalipun.

Ciri-ciri teori siklus perubahan sosial yang paling mencolok adalah keberadaan pola-pola berulang dalam sejarah manusia. Teori siklus menjelaskan proses perkembangan masyarakat, transformasi berdasarkan siklusnya, hingga akhirnya mengalami kemunduran.

Selain teori siklus Arnold Toynbee dan Oswald Spengler, terdapat tokoh teori siklus perubahan sosial yang lain yakni Ibnu Khaldun.

Teori siklus perubahan sosial Ibnu Khaldun menilai bahwa perubahan sosial dimulai dari masyarakat yang ditempa dengan kehidupan keras.

Teori Siklus Perubahan Sosial Menurut Oswald Spengler

Oswald Spengler merupakan filsuf asal Jerman, yang banyak mempelajari tentang sejarah peradaban. Dikutip dari laman Utkal University, Spengler menjabarkan teori siklus perubahan sosial pada 1918 melalui buku The Decline of the West.

Melalui buku tersebut Spengler berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang melalui siklus perubahan sosial yang berulang. Siklus perubahan sosial itu digambarkan seperti pertumbuhan manusia, yakni masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.

Teori siklus perubahan sosial itu diungkapkan oleh Oswald Spengler setelah melihat kondisi peradaban Barat setelah Perang Dunia I.

Ia mengakui bahwa peradaban Barat termasuk yang paling kreatif, dan pernah mencapai puncak kejayaan pada Abad Pencerahan atau renaissance.

Namun, melihat kondisi pascaperang saat itu, ia menilai bahwa peradaban Barat tengah menuju kematian. Sesuai teori siklus perubahan sosial yang diungkapkannya: siklus kelahiran, kebangkitan, dan kemunduran.

Setelah keruntuhan, masyarakat Barat akan kembali ke tahap kelahiran kembali dan mengulangi siklus yang sama.

Dalam bukunya, ia mengatakan, "Peradaban adalah takdir kebudayaan yang tak terelakkan, dan dalam prinsip ini kita memperoleh sudut pandang yang mampu memecahkan permasalahan-permasalahan morfologi sejarah yang terdalam dan paling parah. Peradaban adalah keadaan yang paling eksternal dan artifisial yang mampu dimiliki oleh spesies umat manusia yang sudah maju.... Peradaban adalah suatu tujuan, tidak dapat dibatalkan, namun karena kebutuhan batin, hal itu dapat dicapai berulang kali."

Teori Siklus Perubahan Sosial Menurut Arnold Toynbee

Teori siklus Arnold Toynbee mengemuka pada awal ke-20, yang kemudian mewujud buku berjudul A Study of History, yang terdiri dari 12 jilid secara utuh. Arnold Toynbee bisa dibilang merupakan penyempurna teori yang diungkapkan Spengler.

Arnold Toynbee dan Spengler memang mempunyai ketertarikan yang sama terkait peradaban manusia. Terlebih, mereka hidup di zaman yang sama pula.

Bahkan, dalam bukunya berjudul Civilization on Trial (1948), Toynbee sempat berpikir bahwa mungkin ide dan pertanyaannya tentang peradaban mungkin sudah terjawab oleh teori siklus perubahan sosial yang diungkapkan Spengler.

Ia merasa lega setelah mengetahui bahwa buku teori siklus Oswald Spengler tidak menjawab pertanyaan tentang gen peradaban. Menurut Toynbee, Spengler cenderung mengadopsi pendekatan dogmatis, bahwa siklus perubahan sosial terjadi sesuai takdir, tanpa ada penjelasan lanjutan.

Teori siklus Arnold Toynbee lebih percaya bahwa ada hubungan antar-peradaban, yang kemudian berpotensi membentuk peradaban baru. Itu berbeda dengan teori Spengler yang lebih mengarah pada pemisahan peradaban.

Secara umum, dua tokoh teori siklus perubahan sosial itu menyimpulkan hal sama. Bahwa peradaban melewati tiga tahap, yaitu masa muda, kedewasaan, dan kemunduran.

Namun, teori siklus Arnold Toynbee mengembangkan tiga tahap itu. Tahap pertama ditandai dengan "respons terhadap tantangan", yang kedua disebut dengan istilah "masa sulit", sedangkan yang ketiga ditandai dengan degenerasi bertahap.

Peradaban, menurut teori siklus Arnold Toynbee, dimulai dengan respons heroik dan susah payah terhadap tantangan dari lingkungan. Pada awalnya berkaitan dengan lingkungan fisik tetapi kemudian meningkat ke lingkungan sosial dan politik.

Sederhananya, siklus perubahan sosial dalam suatu peradaban menurut Toynbee meliputi kelahiran, pertumbuhan, kemandegan, dan disintegrasi karena peperangan.

Contoh Teori Siklus Perubahan Sosial

Contoh penerapan teori siklus perubahan sosial bisa dilihat dari berbagai aspek, mulai dari ekonomi, teknologi, politik, hingga gaya hidup. Menurut Sri Suntari, dalam Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Sosiologi SMA (2016), contoh teori siklus perubahan sosial bisa dilihat lewat perubahan mode masyarakat.

Misalnya, jenis sepatu yang tren di tahun 2021 berupa sepatu Mary-Jane yang sebelumnya populer di era 80-an. Selain itu, beberapa gaya rambut era pop kembali digemari saat ini.

Contoh teori siklus perubahan sosial lainnya bisa dilihat dari segi politik. Hal ini dibuktikan dari beberapa pemimpin politik masyarakat modern yang meniru gaya kepemimpinan pemimpin di era sebelumnya.

Ada juga contoh negara-negara baru yang mulai tumbuh dan menjadi maju usai perang berakhir. Misalnya, Jepang yang setelah Perang Dunia II berakhir mengalami krisis sosial dan ekonomi yang tinggi.

Namun, seiring berjalannya waktu Jepang berhasil melewati krisis dan membangun peradaban yang lebih maju bahkan terdepan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Fadli Nasrudin