tirto.id - Globalisasi menjadi salah satu kata kunci untuk mendefinisikan situasi dunia saat ini. Dalam kajian ilmu sosial, globalisasi kerap digunakan untuk menjelaskan keadaan dunia yang tanpa batas, atau proses semakin menyatunya penduduk bumi tanpa terhalang batas-batas geografis.
Sebenarnya, globalisasi sudah dimulai sejak perdagangan antar-negara dan benua terjadi. Namun, globalisasi yang terjadi pada masa kini jauh berbeda daripada situasi berabad-abad silam.
Salah satu yang membedakannya adalah proses pertukaran informasi dan komunikasi yang terjadi secara lebih masif dan cepat. Skala pertukarannya jauh lebih besar serta melibatkan nyaris semua penduduk bumi.
Kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi yang pesat, sekaligus kemunculan internet, telah membuat proses globalisasi berjalan semakin cepat. Akibat proses itu, keterjalinan rantai produksi, pasar global, pertukaran budaya, dan perluasan penggunaan teknologi menjadi fenomena umum di hampir seluruh negara.
Meskipun sejatinya proses globalisasi telah dikenali tanda-tandanya sejak revolusi industri terjadi di Eropa, baru pada pertengahan Abad 20, ia menarik perhatian serius dari para ahli ilmu sosial.
Di antara ahli ilmu sosial yang merumuskan konsep teoretis mengenai globalisasi adalah Anthony Giddens dan Thomas L. Friedman.
Globalisasi Menurut Anthony Giddens
Teori globalisasi yang dirumuskan Sosiolog asal Inggris ini menjadi salah satu yang kerap dikutip. Anthony Giddens mendefinisikan globalisasi sebagai keadaan individu, kelompok masyarakat, dan negara yang interdependen.
Giddens juga sepakat bahwa globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global yang melibatkan perusahaan-perusahaan transnasional.
Analisis Giddens terhadap fenomena globalisasi tertuang dalam salah satu karya populernya yang ia tulis bersama Philip W. Sutton, berjudul Sociology.
Salah satu fenomena globalisasi yang disorot oleh Giddens dalam bukunya adalah boneka Barbie. Boneka perempuan tersebut dapat ditemukan di lebih dari 140 negara saat ia dan Sutton menulis buku Sociology. Dengan demikian, Barbie menjadi salah satu penanda koneksi antar masyarakat di tengah globalisasi.
Dalam buku itui, Giddens menjelaskan bahwa ada sejumlah faktor pendorong globalisasi. Menurut Giddens, setidaknya ada 4 faktor pendorong globalisasi, yakni:
1. Perubahan masyarakat
Giddens berpendapat globalisasi terjadi karena tatanan dunia terus berubah. Sebagaimana semua masyarakat yang akan terus mengalami perubahan, demikian pula dunia. Di antara faktor utama yang memicu perubahan adalah industrialisasi.
2. Kolonialisme
Faktor lain yang mendorong perubahan dunia menuju globalisasi adalah kolonialisme. Penjajahan oleh negara-negara barat, menurut Giddens telah membuat negara-negara dunia saat ini terbagi menjadi 4 kategori berdasarkan kualitas pembangunannya. Keempatnya: negara dunia pertama, kedua, ketiga, dan New Industrializing Societies (NICs) atau negara industri baru.
3. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Awal kemajuan IPTEK ditandai dengan kemunculan alat telekomunikasi yang memanfaatkan sinyal analog dan kabel. Alat komunikasi terus berkembang menjadi berbagai jenis ponsel yang ada saat ini. Menurut Giddens, masyarakat menjadi semakin terkoneksi berkat adanya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Temuan teknologi lain yang menghubungkan masyarakat dari berbagai penjuru adalah internet. Melalui internet, masyarakat di berbagai belahan dunia dapat bertukar informasi dalam waktu yang cepat. Penggunaan internet pun secara cepat terus meluas ke seluruh penjuru dunia.
4. Ekonomi Global
Giddens menilai globalisasi identik dengan fenomena ekonomi global. Perdagangan berlangsung antarnegara melalui perusahaan-perusahaan raksasa. Perusahaan tersebut memproduksi barang yang dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai negara, seperti Coca-Cola, Kodak, dan lainnya.
Selain faktor-faktor di atas, Giddens juga membagi globalisasi dalam empat dimensi. Dikutip dari jurnal The Four Dimensions of Globalisation According to Anthony Giddens, beikut penjelasan soal 4 dimensi globalisasi tersebut.
Pertama, ekonomi kapitalis dunia. Perusahaan transnasional yang mendominasi perdagangan dan rantai produksi global didukung oleh negara-negara kapitalis. Terjadinya perdagangan tersebut tak lepas dari aturan yang dibuat oleh negara kapitalis maju guna memudahkan sejumlah perusahaan transnasional dalam melakukan ekspansi ke seluruh dunia.
Kedua, sistem nation-state atau negara-bangsa. Menurut Giddens, kedaulatan sebuah negara-bangsa harus dipahami sebagai sesuatu yang terus dikontrol. Di awal perkembangan negara-bangsa, kedaulatan dipahami sebagai pengakuan negara lain atas batas-batas teritorial. Hal ini akan berubah di tengah globalisasi.
Ketiga, militer dunia. Kekuatan militer juga terus mengikuti arus globalisasi. Negara-negara yang termasuk kelompok dunia ketiga pun kini turut berlomba memperkuat militernya karena besarnya risiko akibat perang di tengah era globalisasi. Militer juga dianggap menjadi alat daya tawar.
Keempat, perkembangan industri. Globalisasi memunculkan fenomena yang disebut dengan global division of labour, yakni pembagian kerja baru dalam industri. Pembagian kerja di industri modern ini didasarkan pada jenis pekerjaan hingga keterampilan dan daya saing setiap negara.
Globalisasi Menurut Thomas L. Friedman
Seorang kolumnis The New York Times, dan salah satu teoretikus globalisasi yang populer, Thomas L. Friedman menulis buku berpengaruh, The World is Flat: A Brief History of the Twenty-First. Buku ini berisi analisis komprehensif dari Friedman mengenai globalisasi pada abad 21.
Dalam satu ceramahnya, Friedman menyebut, istilah the world is flat cocok untuk mendefinisikan globalisasi yang terjadi saat ini. Istilah tersebut ia temukan setelah ia mengamati proses bisnis di India. Berdasarkan penemuannya, perdagangan global dapat dirasakan di India berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalisasi pun telah terjadi secara masif di negara-negara lain.
Friedman pun menjelaskan bahwa globalisasi terbagi menjadi tiga babak, yakni:
1. Globalization 1.0
Fase pertama globalisasi terjadi sekitar tahun 1492 hingga 1800-an. Pada fase ini, negara-bangsa atau kekaisaran menjadi penggerak globalisasi.
2. Globalization 2.0
Pada tahun 1900-an hingga awal abad ke-21, globalisasi mulai ditandai oleh hilangnya batas-batas antarnegara. Aktivitas ekonomi global, migrasi pekerja, hingga pertukaran budaya terjadi pesat di kurun Abad 20 tersebut.
3. Globalization 3.0
Globalisasi abad ke-21 berkembang lebih jauh karena melibatkan individu sebagai aktor utama di proses menyatunya dunia. Pada saat ini, semua orang yang bisa mengakses koneksi internet dapat berjejaring dengan individu lain di seluruh dunia.
Globalization 3.0, menurut Friedman, menjadi penanda bahwa dunia bersifat datar dan rata. Maka itu, ia menyebut fenomena ini dengan istilah the world is flat.
Pada Abad 21, akses jejaring global terbuka bagi individu, kelompok, maupun perusahaan yang dapat mengaksesnya. Friedman berpendapat semua orang di Abad 21 harus mampu beradaptasi, berjejaring, dan memanfaatkan kesempatan dengan baik.
Penulis: Tara Resya Ayu
Editor: Addi M Idhom