Menuju konten utama

Tembok Batas AS-Meksiko yang Diinginkan Trump Ancam Habitat Hewan

Keputusan Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko dinilai dapat mengancam habitat binatang

Tembok Batas AS-Meksiko yang Diinginkan Trump Ancam Habitat Hewan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan komentar mengenai panasnya ruangan saat kampanye 'Make America Great Again' di Sekolah Menengah Atas Olentangy Orange di Lewis Center, Ohio, Amerika Serikat, Sabtu (4/8/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Milli

tirto.id - Keputusan bulat Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko menuai pertentangan dari banyak pihak. Trump menilai pembangunan tembok ini adalah upaya melindungi warga Amerika di perbatasan dari warga Meksiko yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi.

Menurut Trump, seperti dilansir Bussiness Insider, membangun tembok adalah solusi terbaik untuk menghindari imigran gelap menyeberangi perbatasan. Namun, alih-alih memberi keamanan, pembangunan tembok akan mengganggu habitat alam liar di daerah perbatasan dan selama pembangunan tembok, membuat pemerintah menangguung beban pengawasan keamanan yang besar.

Jennifer R.B. Miller, PhD., ilmuwan senior di Center of Conservation Innovation divisi Animal Defender, seperti dilansir Scientific American menyatakan, selama ini Trump menganggap enteng semua fakta ilmiah termasuk fakta ilmiah mengenai ligkungan jika pembangunan tembok pembatas AS-Meksiko dilanjutkan.

Pembangunan tembok adalah mimpi buruk bagi habitat alam di perbatasan. Baik Amerika maupun Meksiko akan merasakan imbasnya. Sekitar 1500 spesies liar akan terganggu dan habitat alami mereka terpisah oleh tembok tersebut.

Iklim habitat di perbatasan membentang antara semak belukar padang gurun hingga tanah rawa dengan curah hujan tinggi. Selama ribuan tahun spesies-spesies tersebut telah berkembang dengan keunikannya sendiri menjadikannya salah satu wilayah dengan kekayaan biologis paling besar di dunia dan menjadi “hotspot” untuk konservasi habitat alam liar.

Hingga saat ini sepanjang 600 mil tembok telah dibangun tanpa memedulikan kelestarian habitat alam liar. Departemen Perlindungan Dalam Negeri Amerika menggunakan Real ID Act tahun 2005 untuk menghindari hukum perlindungan lingkungan dasar seperti Endangered Species Act dan tanpa melibatkan opini publik sama sekali.

Tembok beton tinggi yang sudah terbangun tersebut adalah sebuah pembatas yang tidak dapat diseberangi oleh sekitar 346 spesies binatang yang tidak dapat terbang, tidak termasuk binatang yang dapat terbang seperti spesies langka Kupu-kupu Quino Checkerspot dan spesies Burung Hantu Ferruginous Pygmy yang terancam punah tidak akan mampu terbang melintasi barikade tembok tersebut.

Selain itu, tembok tersebut menghalangi spesies-spesies dengan habitat asli di perbatasan untuk menyebarkan spesiesnya dan berkembang biak. Perkawinan silang juga akan semakin terbatas dan mencegah kekayaan habitat alam liar semakin berkurang.

Tembok juga akan membatasi aliran air dan menimbulkan genangan sehingga merendam dan mematikan vegetasi di sekitarnya.

Ketika terjadi bencana alam, seperti gelombang panas menyerang dan ketersediaan air di salah satu sisi tembok menipis, adanya tembok akan membiarkan spesies mati kehausan dan kelaparan, karena tidak dapat mengakses air di sisi lain tembok.

Pembangunan yang bertubi-tubi juga menimbulkan polusi udara dan suara saat material dan mesin alat berat dikerahkan untuk pembangunan.

Pembangunan siang hari membuat hewan-hewan nokturnal terganggu dan yang berimbas pada harapan hidup dan proses perkembangbiakkannya. Setelah pembangunan pun petugas patroli akan berjalan bermil-mil jauhnya baik di jalur aspal maupun non-aspal dan memperluas wilayah tandus dari pembangunan tembok.

Seluruh dampak negatif yang telah dijabarkan tersebut tidak akan disadari, dinilai, terlebih lagi diatasi karena pihak Trump sudah mengesampingkan segala perundang-undangan New Mexico, Texas, dan California yang melindungi tanaman, binatang liar, dan lingkungan hidup. Tidak hanya itu, kongres juga mengesampingkan warga Amerika yang menginginkan kelangsungan lingkungan hidup dan kesehatan publik.

Banyak pihak menyayangkan pembangunan tembok tersebut, yang dibangun tanpa analisis yang mendalam tentang kerugian finansial, lingkungan, mitigasi, dan pendapat masyarakat tentang proteksi lingkungan dan tindakan hukum.

Selanjutnya, masih tersisa 1,953 mil pembangunan tembok pembatas tersebut. Nantinya, dalam 1 generasi manusia akan menghancurkan habitat alam liar dan menyisakan sebaris barikade tembok beton yang tidak dapat dibanggakan.

Memang benar, tanpa adanya tembok pembatas perlahan alam liar akan tergerus populasi manusia, namun pembangunan tembok pembatas impian Trump ini mempercepat upaya pemusnahan tersebut.

Pembangunan tembok ini mengorbankan banyak sekali habitat alami suatu wilayah untuk sebuah monumen politik bagi hanya seorang presiden, yaitu Trump.

Padahal, keanekaragaman hayati tersebut kurang fleksibel, yaitu memerlukan ribuan bahkan jutaan tahun untuk dapat beradaptasi dengan semakin berkembangnya populasi manusia. Tidak diragukan lagi, pembangunan tembok pembatas Amerika-Meksiko akan menyebabkan kematian puluhan spesies di perbatasan.

Namun, masih ada harapan. Keanekaragaman hayati masih dapat diperjuangkan jika warga Amerika Serikat mau bertindak sekarang. Kongres masih memungkinkan untuk membatalkan pembiayaan pembangunan, alih-alih mendukung pembangunan yang lebih fleksibel ataupun mengupayakan teknologi untuk penyediaan kebutuhan keanekaragaman, juga mengharuskan DHS untuk mematuhi hukum Amerika terkait pelestarian lingkungan hidup dan dampak lingkungan pembangunan.

Selain itu menciptakan teknologi untuk memperketat keamanan perbatasan tanpa membangun tembok. Kita hidup di jaman di mana teknologi memungkinkan kita hidup aman tanpa harus mengorbankan lingkungan liar.

Baca juga artikel terkait TEMBOK BATAS AS-MEKSIKO atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani