Menuju konten utama

Teks Lengkap Isi Sumpah Pemuda: Tujuan dan Maknanya

Apa isi teks Sumpah Pemuda 28 Oktober: makna dan sejarahnya.

Teks Lengkap Isi Sumpah Pemuda: Tujuan dan Maknanya
Pengunjung mengamati koleksi Museum Sumpah Pemuda di Jakarta, Minggu (27/10/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/ama.

tirto.id - Sumpah Pemuda merupakan peristiwa sejarah di mana para pemuda Indonesia menyatakan persatuan menjadi satu bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama yaitu Indonesia.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian dikenal dan diperingati tiap tahunnya sebagai hari sumpah pemuda. Dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda, berikut adalah isi teks sumpah pemuda.

Sumpah Pemuda

Pertama

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedua

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Makna Sumpah Pemuda

Ikrar sumpah pemuda ini lahir dari Kongres Pemuda II yang dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dan organisasi-organisasi pemuda lainnya di Indonesia.

Menurut Repositori Kemdikbud, pada awal tahun 1920-an, banyak organisasi-organisasi pemuda berbasis kedaerahan di Indonesia seperti Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, hingga Jong Islamieten Bond.

Kemudian organisasi-organisasi ini mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing pada 30 April hingga 2 Mei 1928. Pertemuan inilah yang akhirnya dikenal sebagai Kongres Pemuda I. Dalam kongres ini, para pemuda mengangkat pentingnya persatuan dan kesatuan para pemuda demi mencapai satu tujuan yaitu kemerdekaan Indonesia.

Kongres ini dihadiri pula oleh tokoh-tokoh nasional seperti Sumarto, M. Tabrani, Bahder Johan, dan Pinontoan. Hasil dari Kongres Pemuda I adalah perencanaan satu organisasi besar di mana para pemuda di Indonesia bisa bersatu serta rencana diadakannya Kongres Pemuda II.

Pada tahun yang sama akhirnya M. Tabrani memimpin Kongres Pemuda II yang diadakan di tiga tempat yang berbeda dan tiga rapat yang berbeda. Di rapat pertama yang diadakan di Gedung Katholieke Jonglingen Bond (KJB) yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Banteng, Moh. Yamin menyampaikan gagasannya tentang 5 faktor utama yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum, pendidikan, dan kemauan yang kuat.

Rapat kedua diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop pada Minggu, 28 Oktober 1928. Dalam rapat ini Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat bahwa setiap anak harus mendapat pendidikan kebangsaan yang demokratis dan seimbang antara pendidikan di sekolah dan di rumah.

Lalu pada rapat ketiga sekaligus penutup yang diadakan di Gedung Inndonesische Clubhuis Kramat, Soenario dan Ramelan menyampaikan pentingnya nasionalisme dan gerakan kepanduan yang bisa mendidik anak sejak dini untuk bisa disiplin dan mandiri.

Sebelum rapat ditutup, lagu “Indonesia Raya” karya Wage Rudolf Supratman pun diperdengarkan. Peserta kongres menyambut meriah lagu tersebut. Kemudian rapat ditutup dan menghasilkan 3 butir sumpah pemuda.

Dilansir dari laman Sekolah Insan Mandiri, isi dari sumpah pemuda memiliki makna penting bagi persatuan bangsa Indonesia. Pada ikrar pertama, kalimat “bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia” memiliki makna semangat persatuan yang tinggi dari para pemuda untuk berada di satu naungan yang sama yaitu Indonesia.

Pada ikrar kedua, kalimat “berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia” kembali mengukuhkan semangat persatuan itu dan menunjukkan makna dari semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

Pada ikrar ketiga, kalimat “berbahasa jang satoe, bahasa Indonesia” juga menunjukkan kelahiran dan kesadaran pemuda akan pentingnya bahasa persatuan untuk bisa menyatukan banyak orang dari berbagai daerah dan latar belakang kesukuan yang berbeda di Indonesia.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Dipna Videlia Putsanra