tirto.id - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menyebut bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan presiden terpilih, Prabowo Subianto, berpotensi meleset. Alasan yang diajukan Muhammad Faisal adalah ruang fiskal dalam APBN yang semakin terbatas dengan diiringi program-program kebijakan besar.
"Keterbatasan ruang fiskal di mana banyak program yang dibiayai, salah satunya makan bergizi gratis," ujar dia dalam acara Mitigasi Risiko Ekonomi Jelang Pemerintahan Baru, Selasa (23/7/2024).
Faisal juga menjelaskan bahwa riset CORE memproyeksikan setelah kuartal I 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun di kisaran 4,9-5 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun ini diprediksi bakal mentok di level 5 persen.
Faisal menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang berpotensi stagnan lantaran konsumsi rumah tangga yang menurun. Padahal, faktor konsumsi rumah tangga menyumbang pendapatan paling besar pada PDB.
"Perlambatan disebabkan di konsumsi rumah tangga yang menyumbang paling besar di PDB kita," tutur dia.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi berkisar 6,5-7 persen atau masih rendah dibanding target pertumbuhan ekonomi yang digagas Prabowo Subianto.
"Realitanya tahun ini prediksi kisarannya 4,9-5 persen. Jadi, belum banyak berubah dari 10 tahun terakhir. Ini perlu diantisipasi risikonya karena akan sangat mungkin, kalau tidak ada terobosan dalam hal straregi kebijakan ekonomi, akan meleset lagi pertumbuhan ekonominya," ujar Faisal.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Fadrik Aziz Firdausi