tirto.id - Macet jadi 'makanan' sehari-hari para pengemudi truk saat mengangkut kontainer ekspor impor ke New Priok Container Terminal One (NPCT-1). Para pengemudi yang mau mengembalikan atau mengambil peti kemas kosong di depo G-Fortune dan Dwipa di kawasan Marunda juga kesulitan untuk keluar.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan selama ini produktivitas tempat penyimpanan kontainer atau depo masih sangat jauh sangat jauh dari harapan pelaku bisnis atau pelanggan. Kemacetan yang terjadi di depo menurutnya merupakan imbas dari manajemen yang bermasalah, dari mulai kurangnya alat sampai reach stacker--kendaraan untuk mengangkat kontainer--yang sudah tua.
Satu contoh kasus yang pernah ia temui adalah sulitnya mencari kontainer kosong yang ternyata terjadi karena menumpuknya kontainer hingga melampaui kapasitas depo. Hal ini membuat waktu yang dibutuhkan untuk lift-off di depo molor.
Ia berharap hal ini tidak terus terjadi. Oleh karena itu menurutnya BUMN pengelola Tanjung Priok, yaitu IPC l PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), harus melakukan evaluasi terhadap aktivitas pelabuhan. Dari mulai “aktivitas di gate in dan gate out, loading dan unloading kontainer, crane, rubber tyred gantry crane, dan semua alat bongkar muat di pelabuhan,” kata dia kepada reporter Tirto, Senin (5/4/2021).
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita juga berkeluh hal yang sama. “Sekarang proses bongkar muatnya lebih lama,” kata dia kepada reporter Tirto, Senin. “Misalnya satu truk kita dari Cikarang ke Priok itu normal[nya] sekitar 1,3 trip, jadi dapat 1 trip. Sekarang ini [sopir] harus nginep.”
“Akhirnya supir kami jadi malas kalau disuruh ke Priok. Agak susahlah minta supir buat ke Priok, ogah-ogahan, atau harganya mahal karena memang macetnya parah.”
Menurutnya situasi di sana “seperti lingkaran setan.” Maksudnya, di satu sisi truk tersendat karena banyaknya kontainer kosong yang memakan ruang, “tapi truknya enggak bisa masuk karena macet.” “Kan ini pusing,” keluhnya.
Selain pengelola pelabuhan, benang kusut ini juga perlu diuraikan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, katanya.
Menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, selain masalah di pelabuhan itu sendiri, ada juga faktor lain yang turut membuat macet di Tanjung Priok kian kusut.
Pertama, belum ada pelabuhan alternatif untuk membagi arus pengiriman. “Karena cuma satu pilihannya, Tanjung Priok, enggak ada lagi. Makanya akses ke Pelabuhan Patimban harus segera diselesaikan,” kata dia kepada reporter Tirto, Senin.
Masalah berikutnya adalah akses. Djoko bilang akses dengan menggunakan kereta bisa jadi solusi. “Jalur kereta itu yang benar-benar masuk ke dermaga sehingga dari situ langsung diangkut ke kapal. Masak kita pelabuhan internasional enggak ada jaringan keretanya? Malu sama negara lain.”
Jika situasi ini tak diatasi, menurut peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andy Satrio Nugroho, akan menggangu aktivitas ekspor impor. “Pastinya akan berdampak [pada] kinerja perdagangan kita. Kemacetan ini membuat distribusi barang menjadi tak lancar khususnya untuk ekspor dan impor,” kata dia kepada reporter Tirto, Senin.
Selain itu tentu saja akan memicu naiknya harga barang, tambahnya.
Pemerintah perlu menangani ini lebih serius, apalagi beberapa menteri menyebut akan mendorong ekspor selama masa pemulihan selama pandemi. Bisa dimulai dengan mengevalusi aktivitas di depo. “Bisa jadi masalah resteking, resteker--alat di depo--bisa jadi sudah tua, bisa jadi masalah soal manajemen inventori yang belum cukup baik. Perlu ada investigasi lebih lanjut di pelabuhan itu sendiri,” jelas dia.
Menyelesaikan masalah ini segera semakin penting karena “saat ini perekonomian sudah mulai bangkit terutama perekonomian global, permintaan terhadap produk dari Indonesia juga sudah mulai normal kembali.”
Reporter Tirto sudah menghubungi PT Pelabuhan Indonesia II atau Indonesia Port Corporation (IPC) Corporate Communication (Corcomm) Pelindo II, Dini Handayani serta Kepala Operator Tanjung Priok Hermanta untuk meminta tanggapan soal ini. Namun kontak telepon dan Whatsapp belum direspons. Namun, mengutip Bisnis, Direktur Utama IPC Arif Suhartono mengatakan kemacetan tersebut sebenarnya tidak terjadi setiap hari. Ada faktor eksternal yang memengaruhi.
Meski begitu dia menegaskan telah menyiapkan solusi atas masalah ini: membangun akses baru yang bakal rampung pada 2023.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino