tirto.id - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Kemendagri memastikan tak bisa mengenali sketsa wajah penyerang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan dengan cara mencocokkannya pada data kependudukan.
Dirjen Dukcapil, Zudan Arif Fakrulloh mengatakan mekanisme pelacakan penyerang Novel berupa mencocokkan gambar sketsa wajah pelaku, yang dibuat polisi, dengan data kependudukan, tidak bisa dilakukan karena masalah sistem. “Kalau kami sudah dapat fotonya, nanti kami cocokkan. Kalau gambar tidak bisa,” kata Zudan pada hari ini.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono menyatakan polisi akan berfokus mencari pelaku penyerang Novel dengan terus menyebar sketsa wajah terduga pelaku di kasus itu ke publik. Menurut dia, fokus polisi ialah mencari keterangan dari masyarakat untuk memastikan identitas terduga penyerang Novel.
Argo juga mengklaim bahwa pembuatan sketsa wajah terduga penyerang Novel telah dilakukan secara serius oleh polisi berdasar keterangan saksi-saksi dan penyelidikan terhadap 200 rekaman video CCTV. Video itu termasuk rekaman CCTV di radius 500 meter dari tempat kejadian. Dia menegaskan sketsa wajah pelaku itu bukan karangan polisi.
"Ya kalau tidak bisa (dikenali lewat data kependudukan), masa mau kita paksakan? Itu kan dari saksi yang ngomong (bicara) lalu kami gambarkan. Masa kami gambar-gambar sendiri. Tidak. Kami kan menghargai saksi," kata Argo saat dihubungi Tirto pada Jumat (15/12/2017).
Sementara itu, Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Korupsi (GMPK), Bibit Samad Riyanto, memaklumi kesulitan Ditjen Dukcapil mengenali terduga penyerang Novel berdasar dari sketsa wajah buatan polisi.
Mantan Komisioner KPK itu berpendapat bahwa sketsa wajah saja tidak cukup untuk mengungkap identitas pelaku. Meski data Ditjen Dukcapil memuat foto, nama, alamat, dan informasi kependudukan lain, menurut dia, sistem di Indonesia memang belum memadai.
"Ya memang susah. Di Indonesia belum ada (sistem pelacakan orang berdasar sketsa wajah). Kalau sudah ada baru mungkin bisa," kata Bibit.
Menurut Bibit, sketsa wajah memang salah satu teknik penyelidikan di kepolisian untuk mengenali pelaku pelanggaran hukum. Ia pun tak menyalahkan kepolisian, dalam hal ini Polda Metro Jaya sebagai penanggung jawab penyelidikan, mengenai belum kunjung ditemukannya pelaku penyerangan pada Novel.
"Memang sulit itu. Tidak gampang kita menyalah-nyalahkan orang (menangkap pelaku)," ujar dia.
Novel Baswedan disiram dengan air keras oleh setidaknya dua pelaku tak dikenal pada 11 April 2017. Penyerangan yang mengakibatkan kerusakan pada kedua mata Novel itu terjadi di dekat kediamannya pada subuh hari. Hingga kini, Novel masih dirawat di Singapura.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom