Menuju konten utama

Tanggal 23 Agustus 2022 Memperingati Hari Apa Saja?

Tanggal 23 Agustus memperingati: Hari Internasional untuk Mengingat Perdagangan Budak dan Penghapusannya.

Tanggal 23 Agustus 2022 Memperingati Hari Apa Saja?
Aktivis Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) bersama Greenpeace Indonesia dan BEM BREGAS (Brebes, Tegal, Slawi) menggelar aksi teatrikal saat unjuk rasa damai Setop Perbudakan Modern di Laut, di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/12/2021). ANTARA FOTO/Aji Styawan.

tirto.id - Tanggal 23 Agustus 2022 memperingati Hari Internasional untuk Mengingat Perdagangan Budak dan Penghapusannya serta Hari Peringatan untuk Korban Stalinisme dan Nazisme di UniEropa.

Hari Internasional untuk Mengingat Perdagangan Budak dan Penghapusannya (selanjutnya Hari Penghapusan Perdagangan Budak), berkaitan dengan peristiwa di Saint Domingue atau Haiti.

Pada malam 22-23 Agustus 1791, di Saint Domingue (Republik Haiti) menjadi awal pemberontakan yang akan memainkan peran penting dalam penghapusan perdagangan budak.

Menurut UNESCO, hari ini pertama kali dirayakan di sejumlah negara, khususnya di Haiti (23 Agustus 1998) dan Pulau Gorée di Senegal (23 Agustus 1999).

Sejarah Hari Penghapusan Perdagangan Budak Internasional

UNESCO memilih 23 Agustus sebagai hari untuk memperingati perbudakan karena signifikansinya dalam sejarah perdagangan transatlantik (lintas Samudra Atlantik).

Dari malam tanggal 22 Agustus hingga pagi hari tanggal 23 Agustus 1791, pemberontakan budak besar pertama selama perdagangan budak transatlantik terjadi di Saint Domingue.

Pemberontakan itu disebut Revolusi Haiti dan berlangsung selama 13 tahun, dari tahun 1791 hingga 1804 ketika bekas jajahan Prancis itu memperoleh kemerdekaannya.

Ribuan budak di seluruh Saint Domingue bangkit dan menyerang majikan mereka. Itu adalah momen yang menentukan dalam sejarah perbudakan, dan memiliki dampak besar pada penghapusan perdagangan budak di seluruh dunia.

Perdagangan budak transatlantik dimulai pada abad ke-15 dengan Portugis sebagai pedagang budak pertama dalam perdagangan budak segitiga.

Perdagangan segitiga mengacu pada tiga negara yang terlibat dalam perdagangan budak - Afrika, yang memasok tenaga kerja, Amerika yang menerima mereka, dan Eropa yang membayar mereka.

Perdagangan budak diperburuk oleh penemuan Eropa tentang perkebunan gula di Amerika. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan akan tenaga kerja yang tidak dibayar dalam bentuk budak.

Afrika adalah yang paling terpengaruh oleh perdagangan budak transatlantik. Orang Eropa menganggap mereka lebih rendah dan menggunakan ini sebagai pembenaran untuk ideologi rasis mereka.

Mereka juga menemukan bahwa orang Afrika berhasil bertahan hidup bahkan di bawah kondisi yang melelahkan — yang paling kejam dari semuanya adalah perbudakan.


tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora