tirto.id - Beberapa waktu lalu beredar video yang memperlihatkan seorang siswa di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, merasakan tangannya tidak bisa digerakkan setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19. Narasi dalam rekaman itu menyebutkan seolah-olah siswa tersebut mengalami lumpuh.
Setelah dilakukan cek fakta, kabar tersebut adalah hoaks atau konten yang menyesatkan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune, seperti yang dikutip dari laman resmi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, siswa itu menangis dan tidak bisa menggerakkan tangannya karena mengalami kram.
Rizal Yusuf Kune mengatakan, informasi tersebut diperoleh langsung dari orang tua siswa yang bersangkutan sekaligus membantah kabar yang menyebutkan bahwa anak mereka mengalami kelumpuhan pada tangannya setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19.
Siswa yang mengalami kram usai memperoleh vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Gorontalo Utara tersebut, lanjut Rizal Yusuf Kune, sudah memperoleh penanganan yang tepat. Saat ini, siswa tersebut sudah dalam kondisi baik dan beraktivitas seperti biasa.
Kabar-kabar bohong atau berita palsu alias hoaks terkait vaksin maupun vaksinasi COVID-19 cukup banyak beredar di masyarakat terutama melalui jejaring sosial media. Untuk itu, Satgas Penanganan COVID-19 mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati jika menemukan informasi yang belum tentu kebenarannya.
Ada beberapa cara untuk memeriksa validasi informasi yang ditemukan terkait COVID-19, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kirim pesan WhatsApp ke Chatbot Mafindo ke nomor 085921600500.
- Kirim pesan WhatsApp yang disediakan Kementerian Kominfo ke nomor 08129224545.
- Cek di situs Kementerian Kominfo di https://komin.fo/inihoaks atau https://turnbackhoax.id dan https://cekfakta.com.
- Cek dan buktikan hoaks terkait COVID-19, kunjungi https://s.id/infovaksin.
Anda juga bisa menguji terlebih dulu setiap kali menemukan informasi baru terkait COVID-19 apakah informasi tersebut memang benar atau justru kabar yang menyesatkan alias hoaks. Setiap menemukan informasi baru mengenai COVID-19, langsung periksa dengan menelisik 5 hal berikut ini:
1. Siapa yang membuat pesan itu?
2. Apakah sumbernya resmi?
3. Dari mana informasi tersebut didapat?
4. Mengapa mau membagikan informasi itu?
5. Kapan informasi itu dipublikasikan?
Jika ke-5 langkah tersebut dilakukan, maka kita sudah melakukan proses menyaring informasi sebelum menyebarkannya kepada orang lain. Saring sebelum sharing menjadi kunci utama untuk mencegah semakin beredarnya informasi palsu terkait COVID-19.
Metode lain yang bisa digunakan untuk menangkal hoaks terkait COVID-19 adalah dengan menerapkan aksi 3S yaitu Saring, Sharing, dan Sorong.
Artinya, saring informasi tersebut dan jika sudah dipastikan bahwa itu bukan hoaks, boleh kita saring. Sebaliknya, jika informasi tersebut belum pasti kebenarannya dan mengarah kepada hoaks, maka sorong atau tolak.
Editor: Addi M Idhom