tirto.id - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan 88 kabupaten/kota bisa keluar dari status rawan pangan tahun depan seiring dengan nota kesepahaman antara Kementerian Pertanian dengan 9 kementerian/lembaga lainnya.
"Dari mapping (pemetaan) 88 (kabupaten) itu, ending besar nanti kerawanan pangan tahun depan selesai. Minimal selama 1 tahun itu mereka tidak kesulitan makan," ucap Syahrul dalam paparannya di Hotel Bidakara Rabu (30/10/2019).
Kerawanan yang dimaksud Syahrul adalah ukuran bilamana penduduk suatu daerah mungkin tidak memiliki akses dan daya beli yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan-minum sehari-harinya.
Kerawanan ini ditampilkan dalam bentuk peta yang memiliki tiga jenis warna yang terdiri dari merah, kuning, dan hijau. Kuning menjadi pertanda suatu daerah mengalami rentan/rawan pangan dan hijau berarti daerah itu aman dari aspek ini.
Untuk menentukan warna itu, ada 9 indikator. Antara lain (1) rasio konsumsi terhadap ketersediaan pangan; (2) penduduk hidup di bawah garis kemiskinan;(3) rumah tangga yang lebih dari 65% pengeluarannya untuk pangan; (4) rumah tangga tanpa akses listrik; (5) tingkat pendidikan perempuan; (6) akses air bersih; (7) jumlah tenaga kesehatan; (8) balita stunting; dan (9) tingkat angka harapan hidup.
Syahrul mengatakan dari 9 indikator ini, urusan kerentanan pangan menjadi masalah lintas lembaga. Ia bilang saat ini sudah ada kerjasama dengan 7 kementerian/lembaga untuk memetakan peran masing-masing kementerian/lembaga.
Kalau dari sisi Kementan sendiri, ia menargetkan kebutuhan pangan masyarakat bisa dicukupi dulu baik dengan memasok ke daerah terkait maupun mengusahakan agar daerah itu bisa menanam sendiri.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menyatakan saat ini tidak ada daerah Indonesia yang masuk kategori merah. Per data 2018 tepatnya 88 kabupaten/kota atau 17,1 persen masuk kategori daerah rawan pangan, sedangkan 426 kabupaten/kota lainnya atau 82,9 persen sudah masuk kategori tahan pangan.
Hanya saja ada tantangan agar 17, 1 persen daerah itu tidak turun peringkat ke zona merah. Lalu dari 82, 9 persen daerah tidak turun peringkat ke zona kuning.
Agung bilang saat ini sebaran terbanyak dari kerawanan pangan berada di Indonesia timur. Menurut data Kementan per 2018, sebagian besar tanda merah berada di wilayah Papua dan beberapa kabupaten kota di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi dan Maluku masih memiiki sejumlah titik berwarna merah muda sebagai tingkat kerawanan yang masih relatif lebih baik dari merah.
"88 kabupaten jangan dianggap bahwa dalam seluruh tiitk kabupaten itu, adalah rentan. Artinya ada titik di 88 kabupaten, Daerahnya itu sebagian besar di Indonesia timur. Tapi kalau di gambar ada juga tuh seperti di Nias," ucap Agung.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang