Menuju konten utama

Surya Paloh Angkat Bicara Soal Isu Kaus #2019GantiPresiden

Paloh menyampaikan, isu SARA masih dipakai kelompok-kelompok tertentu menjelang Pemilu 2019.

Surya Paloh Angkat Bicara Soal Isu Kaus #2019GantiPresiden
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan arahan saat konsolidasi akbar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (28/2/2018). ANTARA FOTO/Darwin Fatir

tirto.id - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh angkat bicara soal maraknya kelompok yang menggunakan kaus #2019GantiPresiden. Bahkan, menurut Paloh, hastag tersebut sudah menimbulkan gesekan saat Car Free Day (CFD) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Hal itu disampaikan Paloh saat peringatan Hari Pendidikan Nasional sekaligus syukuran HUT ke-1 Akademi Bela Negara (ABN) di Pancoran Timur Jakarta Selatan, Rabu (2/5/2018).

“Hari ini sudah bergeser terlalu jauh, kita mudah terprovokasi. Hastag kaus ganti presiden diganti lagi dengan hastag lain. Ini tidak bisa kita artikan dialektika semata. Semakin terbuang banyak energi kita untuk hal-hal seperti ini," tutur Paloh, seperti dikutip Antara.

Menurut Paloh, isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) juga masih menjadi senjata utama yang dipakai kelompok-kelompok tertentu menjelang Pemilu 2019.

"Konsumsi yang menjadi andalan adalah isu SARA. Itu yang menjadi andalan. Itu artinya pemahaman masyarakat kita yang masih amat mudah terprovokasi," ujar Paloh.

Untuk itu, Paloh mengimbau masyarakat untuk dapat menciptakan kebersamaan ketimbang perbedaan.

"Seharusnya kita mampu membangun pemahaman masyarakat. Perbedaan bisa diwujudkan untuk mencoba merangkul, merangkum dari perbedaan menuju kebersamaan," kata Surya.

Sebelumnya, Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate juga menyayangkan peristiwa intimidasi yang terjadi saat Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu 29 April 2018 lalu. Menurutnya peristiwa intimidasi seperti itu tidak boleh diberi ruang.

"Saya kira aparat tidak boleh memberikan peluang bertumbuhnya sikap-sikap anti-sosial seperti ini. Ini harus dicegah sejak dini tentu cegahnya tidak dengan todong senjata tapi dengan pendekatan-pendekatan preventif," kata Johnny di Klender, Jakarta Timur (30/04/2018).

Johnny mengatakan, apabila intimidasi-intimidasi seperti itu dibiarkan itu justru akan menghancurkan kohesi sosial yang sudah terjalin selama ini. Menurutnya Pemilihan Presiden mestinya jadi ajang adu gagasan untuk Indonesia ke depan.

Selain itu Ia pun mengkhawatirkan jika kejadian kemarin ditunggangi kepentingan politik. Entah itu untuk pemilu atau tujuan ideologis.

"Yang terjadi kemarin itu jangan sampai jadi alat politik dari kelompok politik. Apakah itu alat politik untuk kepentingan pemilu atau ideologi [...] Aparat keamanan dan penyelenggaran pemilu harus bertindak tegas," kata Johnny.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto