tirto.id - Elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno lebih cepat meningkat ketimbang Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Demikian hasil survei terbaru dari Media Survei Nasional (Median) yang dilansir Senin (22/1/2019) kemarin.
Survei tersebut mengajukan pertanyaan utama sebagai berikut: "Jika pilpres dilakukan saat ini, pasangan manakah yang akan Anda pilih?"
Mereka yang memilih Jokowi-Ma'ruf memang masih lebih besar ketimbang Prabowo-Sandiaga. Angkanya mencapai 47,9 persen. Meski begitu, angka itu hanya naik 0,2 persen ketimbang survei sebelumnya pada November lalu yakni sebesar 47.7 persen.
Pada sisi lain, elektabilitas (kedipilihan) Prabowo-Sandi memang hanya 38,7 persen. Namun, angka itu naik signifikan sebesar 3,2 persen dari survei November lalu yakni sebesar 35,5 persen. Di antara keduanya kini terpaut 9,2 persen alias hanya satu digit saja.
Sementara yang belum menentukan pilihan menurun. Pada November 2018, jumlahnya sebesar 16,8 persen, kini tinggal 13,4 persen.
Populasi survei diambil dari seluruh warga di 34 provinsi di seluruh Indonesia yang saat ini memiliki hak pilih. Target sampel nasional 1.500 responden, dengan margin of error sebesar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun menjelaskan mengapa elektabilitas Jokowi-Ma’ruf relatif stagnan. Katanya, itu disebabkan karena pemerintahan Jokowi dianggap belum berhasil dalam program yang berkaitan dengan ekonomi dan kemiskinan, harga-harga yang mahal, serta lapangan pekerjaan.
"Pemilih menganggap Pak Jokowi belum berhasil membenahi beratnya beban ekonomi sehari-hari. Dia dianggap belum memenuhi janji kampanyenya pada 2014 lalu,” ujar Rico saat konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Alasan ekonomi juga jadi penyebab kenapa orang menjawab "tidak" ketika disodorkan pertanyaan: "Mengapa tidak mau memilih pasangan 01?'
Bagaimana dengan Prabowo-Sandi? Menurut Rico, elektabilitas Prabowo-Sandi lebih cepat naik karena mereka bisa mengartikulasikan apa yang jadi keluh kesah masyarakat saat ini. Paslon 02, kata Rico, mampu menyampaikan pesan bahwa beratnya beban hidup sehari-hari merupakan tanggung jawab paslon 01.
Survei yang sama juga menyebut Prabowo lebih unggul di media sosial. Tingkat kedipilihan mereka juga relatif lebih tinggi karena didukung banyak kelompok Islam, salah satunya gerakan 212 dan juga didukung para ulama.
Pada akhirnya, kata Rico, "jika Prabowo-Sandi mampu meningkatkan elektabilitas 3,2 persen secara konsisten selama tiga bulan ke depan [hingga hari pemilihan], mereka akan mampu melampaui Jokowi-Ma'ruf yang kini 47,7 persen."
Dianggap Anomali, juga Disyukuri
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Eva Sundari menanggapi hasil survei ini dengan sinis. Ia mempertanyakan kredibilitas survei ini karena hasilnya sangat beda dengan survei-survei lain.
"Kalau menurutku, sih, angkanya rendah sendiri, seperti enggak sinkron sama riset yang lain terkait Pak Jokowi. Menurutku anomali, karena yang lain, kan, masih 60 persen," ujarnya kepada reporter Tirto.
Ia juga tak sepakat jika tingkat kedipilihan capres petahana itu stagnan karena faktor ekonomi. Ia mengatakan, selama ini pemerintahan Jokowi berhasil di sektor itu. Ini terlihat dari harga-harga kebutuhan yang merata serta angka kemiskinan menurun (2014: 10,96 persen dan 2018: 9,82 persen).
"Ini seperti manipulasi fakta, tidak sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya," tambahnya.
Meski ragu, Eva mengaku akan tetap memperhatikan hasil survei ini. TKN, katanya, akan semakin gencar berkampanye agar masyarakat memilih jagoannya.
Sementara itu, jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengatakan tim mereka bukan cuma mengeksploitasi kegagalan pembangunan ekonomi Jokowi, tapi memang benar-benar ingin mengupayakan ke arah yang lebih baik.
"Bahwa soal isu ekonomi, terbukanya lapangan pekerjaan, dan bahan pokok terjangkau, itu menjadi fokus utama kami," ujarnya kepada reporter Tirto.
Salah satu poin pada survei memberikan pertanyaan kepada responden: "Mengapa tidak mau memilih pasangan 02?" Mayoritas responden mengatakan baik Prabowo dan Sandi belum punya pengalaman memimpin dan karena itu mereka belum benar-benar teruji.
Untuk hal ini, Andre coba meyakinkan masyarakat bahwa itu tak benar. Prabowo jelas punya nama di institusi militer sejak berkarier mulai 1974. Sementara Sandi disebut sukses sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, selain orang bisnis yang andal.
"Mereka berdua, Pak Prabowo dan Bang Sandi, sudah terbukti pernah memimpin," katanya.
Secara umum, Andre mengatakan survei ini adalah berita baik untuk dia dan tim. Hingga pemilihan nanti, BPN dan paslon akan semakin gencar berkampanye, termasuk mendirikan posko pemenangan di seluruh wilayah.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino