tirto.id - Salah satu pelaku yang tergabung dalam Surabaya Black Hat, NA mengaku situs yang paling rentan dan menarik untuk diretas adalah online shop. Menurutnya, situs perbelanjaan online sangat kompleks dan pasti ada celahnya.
Meski begitu, NA mengaku situs yang dipilih SBH untuk diretas diseleksi secara acak, tanpa kriteria tertentu. Misalnya, ia memakai kategori online shop: maka situs paling atas yang tampil di Google akan ia coba retas.
"Misalnya kami cari online shop, maka situs paling atas yang muncul di Google dan berasal dari luar negeri akan kami coba retas," katanya saat ditemui Tirto, Kamis (15/3/2018) di Polda Metro Jaya.
NA menambahkan, dari segala sistem keamanan situs internet yang pernah ia retas, India menjadi negara yang paling rawan. NA menilai, mudahnya situs di India dibobol oleh peretas karena murahnya penanganan situs di India.
“Pembuatan situs di India hanya 50 Dolar sudah jadi. Di Indonesia mana bisa,” katanya.
Meski menyebut 'kami,' SBH bukanlah sebuah komplotan menurut NA. Ia mengklaim tidak tahu tentang tindakan peretas lainnya, termasuk KPS dan ATP. Peretas justru tidak ingin identitasnya diketahui, meski sesama peretas.
Salah satu pendiri SBH, KPS menyampaikan, sistem keamanan di berbagai belahan dunia memang rentan diretas. Amerika Serikat, sebagai negara yang dikenal memiliki teknologi paling canggih di dunia pun bisa diretas oleh SBH. Menurut KPS, para pakar teknologi informasi memang tidak memperhatikan ihwal keamanan.
“Mereka pakar-pakar IT yang mendirikan semua sistem itu hanya mendirikan apa keinginan perusahaan. Dia enggak akan memikirkan sisi keamanan. Memang ada beberapa, tapi rata-rata pekerjaan kelar, ya sudah, enggak mikir keamanan,” kata KPS lagi.
Ketika ditanya alasan tidak meretas situs Indonesia, KPS menjawab, "Saya tidak mau minta [uang] ke orang Indonesia yang saudara sendiri."
"Meskipun kami peretas bukan berarti kami menghancurkan negara sendiri," ucapnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebutkan, pelaku yang tergabung dalam Surabaya Black Hat adalah mahasiswa jurusan teknologi informasi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
Menurut Argo, kelompok Surabaya Black Hat mampu meretas situs pemerintah ataupun swasta di Asia hingga Eropa. Sejumlah 3.000 situs berhasil dibobol kelompok ini.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dipna Videlia Putsanra