tirto.id - Fumio Kishida terpilih sebagai perdana menteri baru Jepang dalam pemilihan di parlemen pada Senin (4/10/2021). Pekan lalu, dia memenangkan pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa. Kishida berhasil merebut kepercayaan para backbencher (anggota parlemen yang tidak menjabat sebagai menteri) dalam partainya.
Politikus berusia 64 tahun ini mengalahkan Menteri Vaksin Taro Kono yang sebenarnya lebih populer di kalangan anggota parta, media, maupun publik. Kemenangan Kishida dimungkinkan oleh adanya dukungan luar biasa dari sesama anggota parlemen. Meski begitu, visi politik Kishida sebenarnya belum jelas.
Hal itu pun sudah pernah disinggung oleh Gakuhito Ito, ketua asosiasi pendukungnya, dalam sebuah pertemuan di daerah pemilihannya di Hiroshima.
“Anda lebih terdengar seperti kritikus. Jika Anda tidak menjelaskan visi nasional Anda atau apa yang ingin Anda lakukan, tidak ada yang akan mengikuti Anda,” kata Ito.
Kala itu, Kishida berdiri di samping Ito dan menanggapi kritik itu dengan senyum getir. Saat kemudian dia dapat kesempatan bicara, mantan bankir itu sama sekali tidak mengomentari kritik yang dilontarkan Ito.
Ito telah mengenal Kishida selama tiga dekade. Kepada saya, pemilik bisnis grosir itu pernah berkata, “Kishida itu sangat serius, bahkan terlalu serius.” Ito juga menambahkan bahwa setiap kali penduduk setempat melobinya, Kishida selalu memberikan tanggapan langsung tanpa basa-basi.
Kishida memang tidak pernah beranjak dari motto pribadinya, “Perlakukanlah orang lain dengan kehangatan, seperti halnya angin musim semi.”
Tahun lalu, Kishida menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Visi Kishida: Dari Divisi ke Harmoni. Dalam buku itu, Kishida berjanji bakal mengatasi kesenjangan ekonomi yang semakin melebar di Jepang. Lain itu, dia juga menjanjikan revitalisasi usah kecil dan menengah (UKM).
Tapi, selain kedua hal itu, tak ada yang benar-benar segara dalam ide-ide kebijakannya. Sebaliknya, yang tampak justru kesinambungan dari pola pemerintahan sebelumnya. Penekanannya pada kebijakan ekonomi tidaklah mengejutkan karena mencerminkan filosofi arus bawah yang diusung oleh fraksinya dalam LDP.
Dalam hal itu pun, Kishida tak ada beda dibanding ayah dan kakeknya yang juga politikus. Masaki Kishida, kakeknya, menjalankan bisnis toserba sebelum terjun ke dunia politik. Sementara itu, ayahnya pernah menjabat sebagai kepala agensi UKM sebelum menjadi anggota parlemen. Keduanya punya hubungan dengan fraksi politik Kochikai yang memprioritaskan kebijakan ekonomi daripada keamanan.
Pengaruh Fraksi Kochikai telah menyusut selama dua dekade terakhir, terutama setelah gagalnya upaya menggulingkan Kabinet Mori pada 2000.
Kenji Hataishi, mantan sekretaris Kishida, mengulang kembali kata-kata Kishida di masa-masa sulit itu kepada saya. “Ini saatnya membersihkan lantai dengan kain lap,” kata Kishida. Itu artinya Kishida bakal bertahan di posisi rendah, meski pendukungnya sangat berharap dia bisa jadi menteri.
Harapan itu baru tercapai pada kurun 2012-2017, kala Kishida diangkat jadi menteri luar negari dalam Kabinet Shinzo Abe yang kedua. Salah satu prestasi yang berhasil ditorehkannya selama menjabat adalah tercapainya Perjanjian Jugun Ianfu antara Jepang dang Korea Selatan pada 2015.
Kishida juga berhasil melobi Amerika Serikat terkait kunjungan Presiden Barack Obama ke Hiroshima pada 2017. Ini adalah tonggak penting karena merupakan kali pertama seorang Presiden Amerika Serikat mengunjungi kota yang dijatuhi bom atom.
“Tim dari Kementerian Luar Negeri Jepang punya kontribusi besar atas terlaksananya kunjungan itu,” kata Hataishi.
Menurut seorang diplomat Jepang, Kishida pandai menjamu tamu. Dia juga peminum yang hebat.
“Saya mendengar acara makan malam yang diselenggarakannya untuk menyambut Presiden Filipina Duterte berlangsung sangat meriah,” kata diplomat itu.
Kishida dikenal karena semangat kerja kolektif yang dianutnya. Namun, upaya diplomasinya sering kalah populer dibanding kepemimpinan Perdana Menteri Abe yang kuat. Akibatnya, pengakuan atas kinerjanya pun rendah.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan menteri luar negeri, Kishida ditunjuk menjadi ketua Dewan Riset Kebijakan LDP. Namun, Guru Besar Universitas Musashi Kuniaki Nemoto menerangkan, “Dewan ini sudah lama tidak memainkan peran kunci. Upaya Kishida untuk merevitalisasi institusi itu tidak banyak membuahkan hasil.”
Menjelang akhir pemerintahan Perdana Menteri Abe, Kishida sampai perlu mendekatinya dan berharap dia bisa membuat “konsesi” dengannya.
Menurut seorang editor berita politik sebuah koran besar di Jepang, visi Kishida sebagai pemimpin semakin tampak sumir usai dirinya mendapat dukungan tak langsung dari beberapa politikus berpengaruh dalam LDP, termasuk Abe dan Menteri Keuangan Taro Aso.
Ketika Kishida mengumumkan pencalonannya untuk memimpin LDP pada Agustus lalu, dia berjanji akan meninjau kembali skandal diskon penjualan tanah publik ke penyelenggara sekolah swasta. Skandal itu turut melibatkan istri mantan Perdana Menteri Abe. Seturut sebuah pemberitaan, seorang pejabat melakukan bunuh diri setelah diminta mengubah dokumen publik yang terkait dengan kasus ini.
Namun, karena persaingan perebutan kepemimpinan partai yang semakin instensif, Kishida berbalik haluan dan mengatakan tidak berniat meninjau kembali kasus tersebut.
Lain itu, dia juga tidak konsisten dalam isu energi nuklir. Kishida pernah menyatakan berniat menurunkan ketergantungan jangka panjang Jepang pada energi nuklir. Namun, dalam beberapa perdebatan, dia justru masih menekankan perlunya mengoperasikan kembali beberapa reaktor.
Dalam bukunya, Kishida secara tersirat Jepang harus memimpin Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) sehingga memungkinkan China untuk bergabung. Namun, dia malah menunjukkan sikap waspada ketika China mendaftar secara resmi ke dalam perjanjian dagang multilateral itu pada September lalu.
Kishida juga mengejutkan publik kala menunjuk Akira Amari menjadi Sekretaris Jenderal LDP. Padahal, Amari pernah terjerat skandal.
Untuk menghadapi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Kishida membentuk satu kementerian baru yang bertanggung jawab atas keamanan ekonomi. Dalam sebuah konferensi pers, saya mengajukan pertanyaan terkait China kepada Kishida.
Dia lantas menjawab, “Mengingat hubungan ekonomi, kami tidak bisa menutup pintu dialog dengan China dalam keadaan apa pun. Meski begitu, kami akan bersikap tegas menyangkut kepentingan kami.”
Kiwari, prioritas utama Kishida adalah memenangkan pemilihan umum yang bakal digelar paling lambat pada November.
“Setelah memenangkan pemilihan, Kishida bakal lebih leluasa menunjukkan ‘warnanya’ sendiri,” kata Nemoto.
Editor: Fadrik Aziz Firdausi