Menuju konten utama

Sumbangan Ekonomi Yogyakarta Dinilai Rendah di Pulau Jawa

Sumbangan ekonomi di Provinsi Yogyakarta dianggap lebih rendah dibandingkan provisi lain di Pulau Jawa. Padahal DIY memiliki berlimpah potensi perekonomian, baik dari sektor pendidikan maupun pariwisata.

Sumbangan Ekonomi Yogyakarta Dinilai Rendah di Pulau Jawa
Perajin memproduksi kerajinan patung Loro Blonyo (patung pasangan berpakaian khas Jawa) untuk pasar lokal dan ekspor di salah satu rumah industri di Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Kamis (24/11). Menurut data dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), sub sektor kerajinan berkontribusi sebesar Rp93 triliun atau sebesar 14,4 persen pada sumbangan sektor ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Kontribusi perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) rendah di Pulau Jawa sepanjang triwulan III-2016, dinilai hanya 1,49 persen atau paling rendah dibanding provinsi lain di Pulau Jawa.

"Kami mempertanyakan data Badan Pusat Statistik yang mencatat rendah kontribusi perekonomian DIY terhadap Pulau Jawa. Sangat tidak masuk akal," demikian diungkapkan pengamat Kebijakan Publik Universitas Indonesia Sri Handiman, saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (28/11/2016).

Menurut dia, DIY memiliki berlimpah potensi perekonomian, baik dari sektor pendidikan maupun pariwisata. Apalagi, sektor pariwisata DIY sudah masuk dalam kategori pariwisata tingkat global.

Ia menjelaskan, dari sektor pendidikan saja potensi perekonomian di DIY diperkirakan bisa mencapai angka fantastis. Dengan asumsi jumlah mahasiswa se-DIY sekitar 300 ribu mahasiswa dan alokasi pengeluaran sebesar Rp2 juta per bulan per mahasiswa, maka potensi ekonomi mahasiswa se-DIY mencapai sebesar Rp7,2 triliun per tahun.

Selain itu, potensi pariwisata DIY yang sudah masuk kategori internasional, dengan asumsi jumlah wisatawan ke DIY sebanyak 3,5 juta orang per tahun dengan alokasi biaya sekitar Rp2 juta per orang per kunjungan, maka diperkirakan penerimaan dari sektor pariwisata mencapai Rp7 triliun per tahun.

"Artinya, dari kedua sektor itu saja sudah berkontribusi sebesar Rp14,2 triliun. Belum dari sektor lainnya. Jadi kontribusi ekonomi DIY terendah di Jawa itu, layak dipertanyakan," ujar Handiman seperti dikutip Antara.

Rendah kontribusi perekonomian DIY terhadap Pulau Jawa menjadi bukti terhadap dua hal penting, katanya lagi. Kedua hal penting itu, menurutnya, adalah pertama menunjukkan rendah kualitas pertumbuhan ekonomi DIY, dan kemungkinan kedua menunjukkan kesalahan pengambilan data oleh BPS.

"Ada kemungkinan BPS tidak memperhitungkan kegiatan ekonomi dari suatu daerah di DIY. Akibatnya, kegiatan tersebut tidak masuk radar perhitungan dan jelas merugikan pemerintah daerah setempat. Tadinya perekonomian mereka bisa lebih baik, namun karena kesalahan perhitungan BPS, jadi lebih rendah," ujar dia.

Menurut dia, dari enam provinsi di Pulau Jawa, kontribusi tertinggi dalam struktur perekonomian Jawa disumbang oleh DKI Jakarta sebesar 29 persen.

Berikutnya, kata dia, Provinsi Jawa Timur sebesar 25,31 persen. Ketiga adalah Provinsi Jawa Barat 22,31 persen, lalu Provinsi Jawa Tengah 14,96 persen, dan kelima Provinsi Banten 6,93 persen.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI DIY atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari