tirto.id - Setiap tahun jutaan ton sampah plastik mencemari perairan kita termasuk lautan. Limbah tersebut tentunya mengancam dan membahayakan kesehatan.
Salah satu yang mengancam yaitu mikroplastik, yang biasanya ditemukan di laut, sungai, tanah, dan sering dikonsumsi oleh hewan. Bahan-bahan tersebut semakin banyak ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk di makanan.
Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm, yang merupakan hasil penguraian alami plastik baik secara fisik, kimia, maupun biologi.
The Guardian pernah menulis bahwa dalam penelitian di Inggris, Perancis, Spanyol, Cina, dan Amerika Serikat ditemukan adanya partikel mikroplastik yang terkandung dalam garam laut.
Tak hanya di makanan dan garam, menurut sebuah studi terbaru, ternyata ada miliaran mikroplastik pada sebuah kantong teh.
Dilansir dari CNN, penelitian di McGill University di Kanada menganalisa dampak dari penempatan empat kantong teh komersial yang berbeda ke dalam air mendidih.
Mereka menemukan bahwa satu kantong teh melepaskan sekitar 11,6 miliar partikel mikroplastik, dan 3,1 miliar lebih kecil partikel nanoplastik, kedalam sebuah cangkir – jumlah ini ribuan kali lebih tinggi daripada jumlah plastik yang ditemukan sebelumnya pada makanan dan minuman lain.
Sebelum merebus kantong teh ke dalam air untuk simulasi proses pembuatan teh, tim mengeluarkan teh dari dalam kantong untuk mencegah mengganggunya hasil yang didapatkan.
Para peneliti telah menemukan mikroplastik pada beragam makanan, namun tidak banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai apakah mikroplastik dapat dituangkan ke dalam air selama menyeduh teh dan minuman panas lainnya.
Apakah mikroplastik berbahaya bagi kesehatan?
Dilansir dari Healthline, meskipun sejumlah penelitian telah menunjukkan ada mikroplastik dalam makanan, masih belum jelas apa efeknya terhadap kesehatan Anda.
Sejauh ini, sangat sedikit penelitian yang meneliti bagaimana plastik mempengaruhi kesehatan dan penyakit manusia.
Phthalates, sejenis bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik fleksibel, telah terbukti meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.
Namun, penelitian ini dilakukan dalam cawan petri, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi ke manusia.
Sebuah studi baru-baru ini meneliti efek mikroplastik pada tikus laboratorium. Saat diumpankan ke tikus, mikroplastik terakumulasi di hati, ginjal, dan usus, dan peningkatan kadar molekul stres oksidatif di hati. Mereka juga meningkatkan level molekul yang mungkin beracun bagi otak.
Mikropartikel termasuk mikroplastik telah terbukti keluar dari usus ke dalam darah dan berpotensi ke organ lain.
Plastik juga telah ditemukan pada manusia. Satu studi menemukan bahwa serat plastik hadir di 87% dari paru-paru manusia yang diteliti.
Para peneliti mengusulkan ini mungkin karena mikroplastik hadir di udara. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik di udara dapat menyebabkan sel-sel paru-paru memproduksi bahan kimia inflamasi.
Namun, ini hanya ditunjukkan dalam studi tabung. Bisphenol A (BPA) adalah salah satu bahan kimia yang paling baik dipelajari ditemukan dalam plastik.
Biasanya ditemukan dalam kemasan plastik atau wadah penyimpanan makanan dan dapat bocor ke dalam makanan.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa BPA dapat mengganggu hormon reproduksi, terutama pada wanita.
Editor: Agung DH