tirto.id - Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan gejala baru infeksi virus corona yang dialami oleh anak-anak.
Jika sebelumnya berbagai lembaga kesehatan, salah satunya Layanan Kesehatan Masyarakat Inggris (NHS) menyebut bahwa demam, batuk, dan menurunnya fungsi indra penciuman adalah tiga gejala utama paling umum, dalam studi terbaru ini menunjukkan hasil berbeda.
Aplikasi penelitian epidemiologi virus corona, COVID-19 Symptom Tracker, dalam hasil studi terbarunya menunjukkan bahwa gejala baru yang muncul begitu khusus dan berbeda dari orang dewasa.
Aplikasi yang dikembangkan di Inggris itu menyebut bahwa kelelahan, sakit kepala, dan demam, menjadi gejala yang secara spesifik dialami anak-anak.
"Kami perlu untuk mulai memberi tahu orang-orang tentang gejala Covid-19 yang berbeda dari berbagai kalangan usia, daripada harus terus berpaku pada gejala [umum] demam, batuk, dan menurunnya indera penciuman," kata Tim Spector King's College London, yang menjadi pemimpin penelitian, dikutip dari The Guardian, Jumat (11/9/2020).
Temuan tersebut didasarkan pada laporan sebanyak 198 anak yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona di Inggris. Hasilnya, sepertiga dari anak yang dinyatakan positif tidak menunjukkan gejala apa pun. Sementara sisanya mengalami gejala yang berbeda dengan orang dewasa.
Sebanyak 55 persen anak, misalnya, tercatat mengalami kelelahan; 54 persen anak mengalami sakit kepala; serta hampir setengahnya mengalami demam.
Sedangkan gejala lain seperti sakit tenggorokan hanya dirasakan oleh sekitar 38 persen anak dengan gejala; 15 persen lainnya mengalami penurunan nafsu makan; anak yang mengalami ruam pada kulit juga sebanyak 15 persen; sementara, 13 persen yang lain mengalami diare.
Spector mencatat, bahwa dari anak-anak yang dites positif dan memiliki gejala, sekitar setengahnya tidak memiliki salah satu dari tiga tanda utama yang terdaftar oleh NHS.
“Jika Anda mengikuti saran pemerintah, Anda akan kehilangan setengah dari gejala,” katanya, seraya menambahkan bahwa guru dan orang tua perlu menyadari bahwa virus dapat muncul secara berbeda pada anak-anak dan orang dewasa.
“Yang ingin kami lakukan di sini bukanlah mendorong [anak-anak] untuk menjalani tes, tetapi menjauhkan mereka dari sekolah [jika menunjukkan gejala],” katanya.
Masih mengutip The Guardian, Dr Tom Waterfield dari Queen's University Belfast, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan temuan itu sejalan dengan karyanya sendiri yang menunjukkan bahwa gejala seperti kelelahan, sakit kepala, dan sakit perut biasa terjadi pada anak-anak dengan Covid-19.
Sementara Prof Martin Marshall, ketuaRoyal College of General Practitioners (RCGP), menyambut baik penelitian ini.
“Memahami bahwa anak-anak mungkin menunjukkan gejala yang berbeda dengan orang dewasa berguna agar dokter dan tim kami, serta kolega spesialis anak kami, untuk mengidentifikasi virus pada anak-anak dan merespons dengan tepat,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo