Menuju konten utama
Info COVID-19 Terbaru

Studi: 50% Penyintas COVID Tunjukkan Gejala Depresi & Kecemasan

Update virus Corona saat ini, 50% penyintas COVID menunjukkan gejala depresi & kecemasan.menurut studi terbaru.

Studi: 50% Penyintas COVID Tunjukkan Gejala Depresi & Kecemasan
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada kesejahteraan mental orang-orang dan bukan hanya kesehatan fisik, terutama bagi yang berada dalam masa penguncian yang lama.

Sejumlah besar pasien yang telah pulih dari COVID-19 dalam tiga tahun terakhir kini menghadapi beberapa jenis gangguan mental, dengan depresi dan kecemasan menjadi sakit yang paling umum.

Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Seduniai, berikut adalah penjelasan rinci tentang bagaimana COVID-19 memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Vikas Gaur, Kepala Departemen Psikiatri di Rumah Sakit Amrita, Faridabad, India mengatakan, dalam penelitiannya baru-baru ini di antara orang-orang dari populasi umum yang menderita COVID dalam dua hingga tiga tahun terakhir, sekitar 50% dari mereka sekarang menderita gejala mental. Beberapa jenisnya seperti depresi atau kecemasan.

"Sekitar 26% orang yang sakit dengan COVID sekarang menderita gangguan tidur dan jumlah yang sama dari masalah yang berhubungan dengan kemarahan. Menariknya, ada juga peningkatan substansial dalam kasus baru psikosis, tren yang tidak terlihat sebelumnya,” ujar Gaur seperti dikutip Times of India.

Menurutnya, rang tua di atas usia 60 tahun juga sangat terpengaruh.

"Sekitar 50% dari mereka sekarang melaporkan gejala kecemasan yang signifikan, dibandingkan dengan hanya 2-3% sebelum pandemi,” jelas Dr. Gaur.

Banyak orang menghadapi masalah kognitif terkait daya ingat dan konsentrasi setelah menderita COVID-19.

Sebagian besar pasien sekarang mencari bantuan medis untuk masalah mereka, yang tidak terlihat pada masa pra-COVID.

Setelah pulih secara fisik dari COVID, mulai minggu ketiga dan seterusnya, banyak pasien melaporkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan tidur.

Ini adalah kasus baru karena manifestasi neuro-psikiatri dari Long COVID. Sebagian besar kasus yang dilaporkan hari ini adalah dari perempuan, atau dari pasien yang memiliki penyakit penyerta fisik atau riwayat gangguan mental di masa lalu,” kata Dr. Gaur.

Ada beberapa teori mengapa COVID-19 dapat memicu gejala mental. COVID memicu gejala kejiwaan karena secara signifikan meningkatkan penanda inflamasi di otak manusia.

Selain itu, masalah psikososial seperti kecemasan sosial, kehilangan pekerjaan dan isolasi sosial, juga terbukti menjadi faktor pemicu gejala kejiwaan.

Ada beberapa mitos tentang penyakit mental, seperti menderita gangguan kejiwaan semacam itu adalah tanda kelemahan. Karena itu, pasien menghindari pengobatan.

Menurut WHO, hanya 7% pasien yang menderita psikosis yang dirawat di seluruh dunia. Di negara-negara berpenghasilan rendah, hanya 3% kasus depresi yang diobati.

Menurut laporan WHO pada tahun 2019, satu dari setiap delapan orang, atau 970 juta orang di seluruh dunia, hidup dengan gangguan mental. Pada tahun 2020, kasus kecemasan dan gangguan depresi meroket karena lockdown yang diinduksi COVID-19.

Infografik SC Depresi Pasca Covid-19

Infografik SC Depresi Pasca Covid-19. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait UPDATE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom