tirto.id - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama meminta Pemerintah Indonesia mewaspadai subvarian Omicron BA.2.75 atau yang dijuluki Centaurus dan BA.5.3.1 yang disebut sebagai Bad Ned. Negara yang pertama kali melaporkan BA.2.75 adalah India dan BA.5.3.1 ditemukan di Distrik Pudong, Kota Shanghai, Cina.
BA.2.75 merupakan subvarian Omicron baru dari BA.2. “Kita di Indonesia juga amat perlu melakukan pengumpulan data ke arah BA.2 ini dan turunannya, dan hasilnya diumumkan ke publik,” kata Tjandra melalui keterangan tertulis, Senin (11/7/2022).
Tjandra menuturkan belum ada kepastian tentang penularan dan berat ringannya dampak dari BA.2.75 serta kemungkinan menghindar dari sistem imun seseorang. Namun, Direktur Pasca Sarjana Universitas Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI) ini bilang BA.2.75 sudah menyebar ke 10 negara.
“Penyebaran yang cukup cepat, yang mengingatkan kita seperti varian Delta yang lalu,” ujarnya.
Menurut Tjandra, data sementara menunjukkan BA.2.75 memiliki setidaknya 8 mutasi tambahan daripada BA.5 yang sekarang banyak di Indonesia. Ia mengatakan utamanya di terminal N yang dapat menghindar dari imunitas seseorang.
“Selain BA.2.75 yang memang sudah dalam monitoring WHO [Organisasi Kesehatan Dunia], maka ada juga subvarian lain yang perlu dapat perhatian, di antaranya adalah BA.5.3.1 yang disebut juga sebagai Bad Ned karena ada mutasi pada N:E136D,” beber Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut.
Tjandra mengatakan otoritas kesehatan Shanghai kemarin, Minggu (10/7/2022), menyebut tentang BA.5.2.1 yang terdeteksi di Distrik Pudong, Kota Shanghai, Cina.
“Semua perkembangan ini membuat kita perlu waspada,” kata Tjandra.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan