tirto.id - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo mengungkap beberapa strategi yang akan dilakukan untuk bisa memperbaiki keuangan PT Garuda Indonesia.
Kartika menyebut salah satu diantaranya adalah optimalisasi network perseroan, yaitu Garuda Indonesia akan fokus untuk memberikan fasilitas penerbangan domestik.
“Rute-rute Garuda Indonesia kami focusing pada rute domestik, secara masif internasionalnya kita kurangi secara signifikan. Jadi kami gak punya lagi rute-rute long hall, misalnya Amsterdam, London semua shutdown. Semua rute seperti Korea juga shutdown kemudian kita hanya akan menyisakan masih ada volume-volume kargo yang memadai,” jelas Kartika dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Selain memangkas sejumlah rute yang merugikan, Kartika menjelaskan perseroan juga akan memangkas jumlah pesawat. Dari 202 jumlah pesawat menurun menjadi 130 pesawat pada 2022. Adapun pesawat-pesawat tersebut sudah ditarik oleh lessor.
Selain itu, Garuda Indonesia juga akan mengurangi jenis pesawat untuk menekan biaya perawatan.
“Nanti jenis pesawatnya akan dikurangi dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis. Jadi itu salah satu inefisiensi di masa lalu karena pesawatnya macam macam, kalau airline bagus itu ada 2-3 jenis pesawat ya. Nah ini Garuda Indoesia ada 777, 737, ada A320, A330, ada CRZ, ada ATR 45, ATR75 jadi memang banyak sekali jadi itu membuat kompleksitas dari pengelolaan maintenance-nya sehingga coast per seat-nya mahal,” terangnya.
Adapun nantinya akan ada negosiasi ulang terkait kontrak pesawat, harapannya ke depan sewa pesawat yang harganya saat ini melebihi standar internasional akan ditekan serendah mungkin sehingga akan menyamai penerbangan internasional.
“Di beberapa lessor juga ada pembicaraan mungkin kami ubah konsepnya menjadi hour. Tidak bayar fiks tapi bayar per jam yang dipakai. Ini yang sedang kami diskusikan, bahwa selama periode pemulihan, itu tidak dibayar fiks tapi tergantung dari berapa lama pesawat itu digunakan dan dibayar per jam aja,” jelasnya.
Dalam penjelasannya, berdasarkan harga sewa sesuai kontrak dengan lessor, Garuda harus membayar sewa cukup tinggi dibandingkan dengan maskapai lain.
“Bahkan ada data dari Bloomberg menyatakan bahwa kalau kita membandingkan antara pesawat rental coast garuda dengan revenue-nya Garuda Indonesia termasuk yang terbesar. Jadi pesawat rental coast dibagi revenue Garuda itu 24,7%, nilainya 4 kali lipat dari global average ini adalah kondisi Garuda Indonesia,” bebernya.
Kemudian strategi penyelamatan Garuda Indonesia yang lain yaitu meningkatkan kontribusi kargo. Kartika menjelaskan, dulu bisnis kargo kurang dilihat namun sekarang maskapai fokus untuk meningkatkan kapasitas kargo karena bisnis ini terbukti lebih stabil secara volume dan secara pendapatan.
“Binis kargo lebih stabil,” pungkasnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Bayu Septianto