tirto.id - Beras jenis medium mulai mengalami kelangkaan sejak pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras per 1 September 2017 lalu. Adapun kelangkaan tersebut mengindikasikan sulitnya penerapan HET beras di tengah masyarakat.
Sejak mulai diberlakukan, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyepakati HET yang mengatur tiga varian beras, yakni beras medium, premium, dan khusus.
Di Pulau Jawa sendiri, HET beras medium ditentukan sebesar Rp9.450 per kilogram, sementara HET untuk beras premium adalah Rp12.800 per kilogram.
Guna membuktikan adanya kelangkaan beras medium tersebut, Tirto pun lantas mengunjungi dua toko ritel di Jakarta. Toko ritel pertama ialah Lotte Mart yang terletak di Ratu Plaza, Senayan, Jakarta Selatan. Menurut pantauan langsung, beras yang dijual hanya tinggal yang berjenis premium.
“Sudah beberapa minggu ini tidak ada, tapi nggak tahu juga kenapanya. Dari kemarin-kemarin tinggal yang ini saja yang ada,” kata seorang pegawai yang mengaku bernama Suci sembari menunjuk tumpukan beras premium yang dijual, Minggu (1/10/2017) siang.
Adapun beras premium yang tersedia di Lotte Mart mayoritas dijual dalam kemasan seberat 5 kilogram. Harganya pun tidak seragam. Dengan acuan HET beras premium sebesar Rp12.800 per kilogram, sejumlah beras premium dengan merk Hoki maupun Topi Koki dijual seharga Rp64.000.
Sementara untuk beras premium bermerk FS Melati Setra Ramos yang diproduksi PT Food Station Tjipinang Jaya, dijual seharga Rp51.200 per lima kilogram.
Kosongnya beras medium juga terjadi di tempat kedua yang dikunjungi, yaitu Alfamidi yang terletak di Jalan Mampang Prapatan VII, Jakarta Selatan. Salah seorang pegawai yang bernama Arief malah mengaku beras medium sudah tidak lagi dijual di sana.
Tak hanya itu, beberapa produk beras premium juga dikatakan sudah tidak lagi dipasok. “Apalagi yang semacam merk Ayam Jago memang sudah tidak keluar lagi, sejak kasus beberapa bulan lalu itu,” kata Arief, hari ini.
Meski tidak secara gamblang menuturkannya, namun Arief tidak menampik apabila pasokan beras tidak selancar dulu. Adapun yang menjadi faktor penyebabnya selain penarikan beras produksi PT Indo Beras Unggul (PT IBU) pada 20 Juli lalu, juga adanya penerapan HET beras.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengklaim pemberlakuan beleid HET beras akan menguntungkan konsumen maupun petani. Oleh karena itulah, Enggartiasto bersikukuh tetap memberlakukan aturan HET beras sejak awal bulan lalu.
Enggartiasto sendiri menilai pemberlakuan HET beras dapat menjadi upaya untuk mengendalikan harga beras di pasaran. Pergerakan harga beras pun diprediksi bakal terus naik apabila pemerintah tidak turun tangan.
“Harga turun boleh, tapi di atas HET itu tidak boleh,” ujar Enggartiasto dalam jumpa pers terkait penerapan HET beras di kantornya, 24 Agustus lalu.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri