Menuju konten utama
25 Mei 1977

Star Wars dan Obsesi-Obsesi George Lucas

Bintang beradu.
Kilat pedang menyatu
merah dan biru.

Star Wars dan Obsesi-Obsesi George Lucas
Darth Vader, karakter antagonis dalam Star Wars. tirto.id/Sabit

tirto.id - A long time ago in galaxy far far away ...

Pada 25 Mei 1977, tepat hari ini 41 tahun silam, film pertama Star Wars berjudul A New Hope resmi dirilis. Debut tersebut membuka pintu petualangan di galaksi raya, di samping menjadi pijakan awal Star Wars untuk menyabet predikat produk budaya populer yang namanya terus menggelinding sepanjang zaman.

A New Hope berkisah mengenai perjuangan untuk mendongkel dominasi rezim. Ia mengambil latar waktu di mana kekaisaran jahat, Empire, menguasai jagat semesta. Setelah berhasil menghancurkan ksatria galaksi yang termaktub dalam wujud Jedi, mereka perlahan menancapkan pengaruh di segala lini kehidupan. Dipimpin Darth Vader, Empire memerintah secara diktator.

Kehadiran Empire membuat sekelompok orang murka. Mereka yang menamakan dirinya sebagai pemberontak (Rebellion) mulai menyusun rencana dan aksi perlawanan. Mereka tak ingin galaksi berada di tangan yang salah. Selama Empire masih bercokol di puncak piramida, maka yang ada hanyalah kekacauan dan kenestapaan.

Pemberontakan itu memunculkan sosok-sosok yang berani—dan kelak jadi ikonik. Ada Luke Skywalker (Mark Hamill), pemuda antah berantah yang ternyata berandil besar dalam kebangkitan Jedi; Princess Leia (Carrie Fisher), aristokrat yang ambisius dan berani; serta Han Solo (Harrison Ford), bandit karismatik yang punya mesin terbang bernama Millenium Falcon.

Usai diputar pertama kali, Star Wars langsung menimbulkan euforia. Publik dibuat terpana oleh aksi baku tembak, adu balap pesawat tempur luar angkasa, efek visual serba meriah, hingga tentunya drama keluarga yang sebetulnya jadi konflik utama Star Wars, alih-alih pertarungan rezim diktator melawan pemberontak (Anda pasti paham maksud saya).

Di lain sisi, kritikus pun turut merayakan kelahiran Star Wars. Pauline Kael dari The New Yorker, misalnya, mengatakan bahwa melihat Star Wars ibarat “menyaksikan anak-anak ketagihan datang ke pertunjukan sirkus.” Star Wars adalah tentang “nostalgia perasaan untuk sejenak kembali ke masa kecil.”

Sementara Roger Ebert menyebut Star Wars adalah “dongeng, fantasi, dan legenda yang menemukan akarnya dalam beberapa fiksi paling populer—The Wizard of Oz hingga 2001: A Space Odyssey. Star Wars berhasil mengetuk fantasi yang lama terkubur dalam ingatan dan, tambah Ebert, “itu sangat brilian.”

Mimpi Besar George Lucas

Suatu ketika, Steven Spielberg datang ke lokasi syuting Star Wars bersama Brian De Palma, Jay Cocks, Williard dan Gloria Huyck, Hal Barwood, serta Matthew Robbins. Rencananya, Spielberg hendak mengunjungi konco kenthel-nya, George Lucas, yang sedang mengerjakan film terbarunya. Semua berjalan lancar hingga akhirnya ia menyaksikan perdebatan antara Lucas dan De Palma.

“Ketika kami akan pergi makan malam setelah itu, Brian berteriak pada George: ‘AKU ENGGAK NGERTI CERITAMU! FILM INI ENGGAK ADA KONTEKS SAMA SEKALI KECUALI LUAR ANGKASA! APA INI? SIAPA YANG MAU PEDULI? AKU GAGAL PAHAM!’” tutur Spielberg sebagaimana dikisahkan ulang majalah Empire dalam “Secret History of Star Wars.”

Spielberg melanjutkan:

“Dan George yang mendengar teriakan itu kemudian membalasnya: ‘Kamu enggak pernah buat film komersial sepanjang hidupmu! Ngomong apa sih kamu?’ Brian lalu menjawab, ‘Ini enggak bakal laku. Enggak ada yang bakal paham. Ini cuma kekosongan yang isinya bintang-bintang dan beberapa kapal konyol mondar-mandir!’”

Namun, aku Spielberg, percekcokan itu tak berlangsung lama. Berselang setelahnya, De Palma menghampiri Lucas dan memberikannya petuah.

“Kenapa kamu enggak memulai film dengan semacam legenda? Kamu selalu ngomong kalau ingin menjadikan film ini sebagai serial luar angkasa. Maksudku, kenapa kamu enggak punya legenda kayak di masa lalu yang nantinya bakal muncul di pembuka film dan jadi inti cerita?’” jelas Spielberg.

Lucas yang menyimak nasihat kawannya tersebut seperti langsung tersengat. Ia lantas menerapkan masukan De Palma dan menyertakannya di setiap film Star Wars. Dari situlah kemudian lahir kalimat pembuka “A long time ago in galaxy far far away” seperti yang kita kenal sampai sekarang.