tirto.id -
Dia menyatakan hal ini karena pertumbuhan ekonomi sejumlah negara sudah mengalami kontraksi pada kuartal II tahun 2019. Bahkan beberapa negara sudah mengalami resesi ekonomi.
Sri Mulyani mencontohkan perekonomian Jerman dan Singapura kini mengalami kontraksi. Selain itu, perekonomian sejumlah negara Amerika Latin juga melemah. Negara-negara Eropa pun kini sedang diterpa kesulitan, termasuk isu brexit.
Sebagai langkah antisipasi, kata dia, pemerintah telah memproyeksikan pendapatan negara sebesar Rp2.221,5 triliun serta belanja negara senilai Rp2.528,8 triliun dalam RAPBN 2020. Adapun defisit anggaran diproyeksikan terjaga di level 1,75 persen dari PDB atau Rp307,2 triliun, atau lebih rendah dari realisasi pada 2018.
"Memang ini di desain untuk menjaga fiskal kita di dalam rangka antisipasi ketidakpastian," kata Sri Mulyani.
- Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,3%, Jokowi: Tantangan Makin Berat
- INDEF Kritik APBN Indonesia Boros & Utang Hingga 5 Tahun Mendatang
- Sri Mulyani: Defisit BPJS Kesehatan di 2019 Bakal Lebih Besar Lagi
- Chatib Basri Ungkap Alasan Pertumbuhan Ekonomi Mandek di 5 Persen
- Prediksi Indef: Asumsi RAPBN 2020 soal Kurs Rupiah Bakal Meleset
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom