Menuju konten utama

Sri Mulyani Punya Kans Dampingi Jokowi Sebagai Cawapres

Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center pada 20-28 Juli 2018, nama Sri Mulyani menduduki peringkat ketiga, dengan elektabilitas sebesar 12,7 persen.

Sri Mulyani Punya Kans Dampingi Jokowi Sebagai Cawapres
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (27/7/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Sri Mulyani punya kans maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joko Widodo. Sebelumnya, nama Sri Mulyani disebut sebagai salah satu dari 10 nama cawapres yang sudah dikantongi Jokowi.

Hasil survei Alvara Research Center pada 20-28 Juli 2018 menunjukkan, apabila 10 nama tersebut diurutkan berdasarkan elektabilitasnya sebagai cawapres Jokowi, Sri Mulyani menduduki peringkat ketiga. Elektabilitas Sri Mulyani sebesar 12,7 persen, di bawah Muhaimin Iskandar (18,7 persen) dan Mahfudz MD (18,5 persen).

Chief Research Officer Alvara Research Center memaparkan hasil survei lembaganya pada Jumat (3/8/2018) di Hotel Oria, Jakarta.

Menurut Harry, salah satu isu yang muncul saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 ialah persoalan ekonomi. Itu ditunjukkan dengan munculnya nama Sri Mulyani.

"Sebenarnya, mengenai isu ekonomi sendiri muncul tadi nama Sri Mulyani," ujar Harry

Sri Mulyani kini menjabat menteri keuangan di Kabinet Kerja pemerintahan presiden Jokowi. Sebelumnya, Sri Mulyani sempat menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada periode 2010-2016.

Sedangkan pada pemerintahan Presiden Susili Bambang Yudhoyono, Sri Mulyani menjabat secara bergantian, mulai dari Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sri Mulyani tidak masuk partai politik. Begitu pula kandidat cawapres Jokowi lainnya, seperti Mahfudz MD atau Susi Pudjiastuti. Menurut Harry, kandidat cawapres Jokowi yang bukan anggota parpol memiliki keunggulan tersendiri.

"Cawapres non-partai kelebihannya mungkin saja (membuat) partai-partai lain lebih legowo. Misalnya saja ada partai yang mencalonkan ketua umumnya," ujar Harry.

Namun, Harry juga menegaskan dalam memilih cawapres, para kandidat capres juga mesti memikirikan rivalnya.

"Kandidat memikirkan juga apakah aman untuk memilih cawapres non-partai. Tetapi, aman ataukah tidak aman tergantung lawannya juga. Makanya mereka saling menunggu. Keduanya sangat hati-hati dalam memilih calon wakil presiden," pungkas Harry.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Yandri Daniel Damaledo