tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor konsumsi pada kuartal II (Q2) 2020 bakal anjlok signifikan. Tren ini sejalan dengan pelemahan inflasi yang diperkirakan masih terjadi sebagai indikasi pelemahan konsumsi rumah tangga yang cukup drastis.
“Kami memperkirakan pada kuartal II (Q2) konsumsi rumah tangga tadinya masih bisa tumbuh disekitar 3% akan mengalami perlemahan di kisaran 0%,” ucap Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Kamis (18/6/2020).
Per Mei 2020 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama Idul Fitri hanya 0,07 persen secara month to month (mtom) jauh di bawah kisaran inflasi Idul Fitri 2019 yang jatuh di Juni dengan angka 0,55 persen mtom.
Secara tren bulanan, inflasi pada Mei 2020 adalah posisi terendah hingga data terkini. Inflasi mtom terus turun dari Januari 2020 yang masih di kisaran 0,39 persen menjadi 0,08 persen di April 2020 dan turun lagi pada Mei menjadi 0,07 persen mtom.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah tengah memikirkan cara mengembalikan inflasi pada tingkat yang wajar pada kuartal berikutnya. Hal ini katanya menjadi sasaran yang ingin dicapai melalui pemulihan ekonomi tahun 2020.
“Kita harapkan momentumnya kita akselerasi di tahun 202,” ucap Sri Mulyani.
Seiring dengan rendahnya inflasi itu, Sri Mulyani juga menyinggung Bank Indonesia agar lebih akomodatif membuat kebijakan moneter. Dalam artian, rendahnya inflasi menunjukkan masih tersedia ruang lebih lebar untuk menurunkan suku bunga acuan lagi meski pada 18 Juni 2020, BI sudah menurunkan suku bunga menjadi 4,5 persen.
“Karena inflasi tidak menjadi ancaman untuk saat ini tentu kita berharap BI akan lebih memberikan kebijakan moneter yang lebih akomodatif,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz