tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengubah prediksi pemerintah mengenai pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi hanya akan mencapai rentang minus 0,4 sampai 1 persen. Prediksi ini lebih rendah dari perkiraan pemerintah sebelumnya yang masih berada di kisaran minus 0,4 persen sampai 2,3 persen.
Sementara itu pada 2021 target pemerintah berada di kiasran 4,5 hingga 5,5 persen.
“PE 2020 diperkirakan pada minus 0,4 hingga 1 persen. Kami perkirakan ada kontraksi dalam di Q2. Tapi tergantung kemampuan kita memulihkan ekonomi di Q3 dan Q4,” ucap Sri Mulyani dalam rapat virutal bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6/2020).
Sejalan dengan pemangkasan prediksi ini, lembaga dunia juga memperkirakan pola yang sama. Per Juni 2020 prediksi Bank Dunia untuk Indonesia kini berada di kisaran 0 persen. OECD memperkirakan minus 3,9 persen sampai dengan minus 2,8 persen.
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan minus 1 persen. Sementara itu International Monetary Fund (IMF) masih berada di kisaran 0,5 persen per prediksi April 2020 yang menurut Sri Mulyani akan direvisi ke bawah lagi pada pengumuman Juli 2020.
Sri Mulyani mengatakan saat ini pemerintah mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi di Q3 bisa membaik dari posisi minus di Q2. Lalu pada Q4 2020 akan semakin baik lagi.
Beberapa strateginya antara lain mempercepat bantuan sosial, mendorong investasi melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Meski demikian posisi ekspor-impor diperkirakan masih akan terkontraksi selama 2020 sehingga memerlukan dukungna kebijakan bagi eksportir agar bisa bertahan selama pandemi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz