tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia dapat menghindari resesi dengan syarat pertumbuhan ekonomi kuartal III (Q3) 2020 harus bisa mendekati nol persen bahkan melampauinya.
Ia bilang jika hal ini bisa dicapai, maka Indonesia praktis bisa menghindari definisi resesi secara teknis yaitu mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut.
“Nah kita kuartal I (Q1) masih 3 persen, kuartal II (Q2) negative, kita harap kuartal III (Q3) pulih mendekati 0 persen,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/6/2020).
Sri Mulyani menambahkan, “Paling tidak situasi terburuknya tidak terulang lagi di Q3 karena Q2 udah pasti yang terburuk karena April-Mei 2020 dalam (penurunannya).”
Sri Mulyani mengatakan bahwa upaya untuk menjaga perlambatan pada kuartal III ini akan cukup menantang sehingga perlu perjuangan yang menurutnya, “Luar biasa.” Hal ini menurutnya menjadi alasan juga mengapa pembukaan aktivitas ekonomi perlu dilakukan pada kuartal III.
Pembukaan ini, kata Sri Mulyani, juga berkaitan dengan upaya pemerintah menggelontorkan stimulus dan bantuan dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Jika bantuan diberikan, tetapi ekonomi tidak dibuka maka sulit melihat ada manfaat dari kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah.
“Jika relaksasi mulai dilakukan, di kuartal ketiga (Q3) bisa dipulihkan. Jadi kalau enggak terjadi second wave kuartal IV bisa akselerasi,” ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani sudah memprediksi kalau Q2 2020 Indonesia akan mengalami kontraksi 3,1 persen. Nilai itu diharapkan tidak terjadi bahkan bisa diminimalisir pada Q3 2020.
Jika hal ini bisa dicapai, Sri Mulyani yakin Q4 2020, pemerintah bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif dan target pertumbuhan 2020 dalam rentang minus 0,4 persen sampai 2,3 persen bisa dicapai.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz