tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bisa menstabilkan harga. Hasilnya inflasi hingga akhir 2022 mampu terjaga di level 5,5 persen.
"APBN bekerja luar biasa untuk menstabilkan harga-harga termasuk memberikan subsidi yang melonjak hingga lebih dari tiga kali lipat,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTA dikutip dari Antara, Selasa (3/1/2023).
Salah satu upaya pengendalian tingkat inflasi yaitu melalui pemberian subsidi terhadap komoditas yang harganya sedang meroket di tingkat global seperti minyak. Sri Mulyani mengakui Indonesia tidak akan terhindar dari pengaruh kenaikan harga komoditas global sehingga inflasi sempat merangkak naik termasuk ketika pemerintah melakukan penyesuaian kenaikan harga BBM.
“Inflasi kita merambat naik saat kita juga melakukan penyesuaian naik terhadap harga minyak yang begitu sempat melonjak luar biasa tinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan upaya pengendalian inflasi melalui pemberian subsidi menggunakan APBN merupakan langkah policy mix bersamaan dengan Bank Indonesia (BI) yang juga berusaha menekan inflasi. Dia menjelaskan penggunaan APBN membuat BI tidak perlu merespon kenaikan inflasi secara ekstrem seperti berbagai bank sentral di negara maju.
Beberapa dari bank sentral menaikkan suku bunga secara masif sehingga berdampak terhadap perekonomian. Sementara itu, Sri Mulyani mengklaim inflasi di tanah air masih berada di level 5,5 persen relatif baik dibandingkan semua negara baik G20 maupun ASEAN 6 dan ASEAN 5.
Dia merinci beberapa negara mengalami inflasi di atas Indonesia. Thailand 5,6 persen, Brasil 5,9 persen, India 5,9 persen, Prancis 6,2 persen, Singapura 6,7 persen, Kanada 6,8 persen. Kemudian di AS 7,1 persen, Eropa 10,1 persen, Inggris 10,7 persen. Lalu di Argentina mencapai 92,4 persen dan Turki 84,4 persen.
"Ini adalah salah satu prestasi yang sangat baik bagaimana pemerintah dan BI melakukan policy mix untuk menjaga tingkat harga termasuk menggunakan APBN dengan subsidi," pungkasnya.