Menuju konten utama

Solusi untuk Gangguan Pulau G ke PLTGU Segera Ditentukan

Tim teknis bentukan Kemenko Kemaritiman sudah menentukan solusi untuk mengatasi gangguan Pulau G terhadap PLTGU Muara Karang. Solusi itu akan diusulkan kepada Menteri Luhut Pandjaitan untuk segera disetujui.

Solusi untuk Gangguan Pulau G ke PLTGU Segera Ditentukan
Foto dari udara menunjukkan salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta pada Sabtu (23/7/2016). Antara foto/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Tim teknis bentukan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) sudah menentukan pilihan utama solusi untuk mengatasi gangguan dari reklamasi Pulau G terhadap operasional Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang.

Anggota tim teknis itu sekaligus Kepala Bappeda DKI Jakarta, Tuty Kusumawati mengatakan usulan pilihan solusi itu akan segera disampaikan ke Menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan untuk disetujui.

Menurut Tuty, rancangan solusi itu berkaitan dengan aspek teknis untuk mencegah sirkulasi aliran air dingin PLTGU Muara Karang terganggu reklamasi Pulau G.

"Nanti akan bisa dijadikan dasar untuk mencabut sanksi (moratorium). Jadi kami bisa kerja lanjut. Hasilkan AMDAL lagi dan mencabut penghentian sementara itu (reklamasi Pulau G)," kata Tuty di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, pada Selasa (26/9/2107).

Tuty tidak menjelaskan solusi yang sudah dipilih itu. Dia hanya menerangkan, dalam rapat selama tujuh jam di kantor Kementerian PUPR pada hari ini, timnya membahas tiga pilihan solusi untuk mengatasi gangguan yang diakibatkan oleh reklamasi Pulau G.

Solusi pertama ialah pembuatan tanggul horizontal yang berfungsi untuk mengalihkan aliran air tanah agar tak mengganggu sirkulasi air dingin untuk proses pendinginan PLTGU.

Kedua, mengubah desain pulau G dengan memotong separuh bagian selatan daratan buatan di teluk Jakarta itu sehingga tidak menggangu keberadaan PLTGU.

Sementara solusi ketiga adalah dengan memperpanjang pipa outfall atau ujung saluran air ke arah Barat Pulau G.

"Setelah dibahas tujuh jam lebih, ada satu opsi mengerucut yang sudah disepakati bersama," ujarnya.

Selama ini, PLTGU Muara Karang mengandalkan air laut untuk menghasilkan listrik sekaligus mendinginkan mesin pembangkit. Pembangunan Pulau G, yang berjarak 300-an meter dari PLTGU itu, bisa mempengaruhi suhu air laut sehingga berpengaruh pada operasional pembangkit.

Jika suhu air di intake canal pembangkit meningkat dari kondisi awal 29 derajat celsius menjadi 31,1 derajat celsius, penggunaan bahan bakar pembangkit listrik juga akan meningkat dan berpengaruh ke kinerja outputnya.

Bedasar keterangan laman resmi PT PLN (Persero), kenaikan suhu air setiap 10 derajat celcius dapat mengakibatkan penurunan kemampuan produksi listrik PLTGU hingga 10 Megawatt. Penurunan itu bisa mengakibatkan kerugian sekitar Rp576 juta per-hari untuk setiap satu unit mesin pembangkit.

Baca juga artikel terkait REKLAMASI TELUK JAKARTA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom