tirto.id - MRT Jakarta telah menjalankan masa uji coba ke publik mulai dari 12 Maret hingga 24 Maret 2019. Dari uji coba tersebut, muncul beberapa evaluasi dari masyarakat soal MRT Jakarta.
“Yang ada feedback itu banyak adalah tentang signage, tentang penandaan-penandaan,” kata Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, selepas uji coba MRT Jakarta bersama Presiden Joko Widodo, di Jakarta Pusat, pada Kamis (21/3/2019).
Anies mengatakan, feedback yang didapatkan, terutama dari masyarakat, cukup banyak. “Alhamdullilah feedback-nya banyak,” ujarnya.
Namun, kata Anies, untuk masalah operasional keretanya, sudah baik. “Operasional kereta api tidak ada masalah sama sekali,” pungkasnya.
Evaluasi terkait sejumlah tanda-tanda yang masih kurang, kata Anies, sangat membantu dan bermanfaat.
“Feedback-nya banyak. Ketika keluar tangga kok tanda-tandanya beda. Nah, feedback itu sangat bermanfaat sekali. Kami berterima kasih sekali kepada warga yang memberikan feedback tanda-tanda di dalam stasiun, ke pintu keluar, dan juga dari pintu keluar ke pintu masuk,” jelas Anies.
Salah satu pihak yang juga mengkritik terkait penandaan di MRT Jakarta adalah Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI.
“Masih sangat minim adanya penandaan yang memberikan informasi dan edukasi pada penumpang, baik penandaan di stasiun dan kabin kereta,” kata Tulus dalam keterangannya pada Selasa (19/3/2019).
Tulus juga menyoroti belum adanya penandaan di kabin kereta, seperti larangan bersandar di depan pintu. “Juga tidak ada penandaan dilarang makan dan minum di kereta dan atau di ruang tunggu,” ujarnya.
Padahal, kata Tulus, penandaan larangan untuk makan dan minum juga terdapat di MRT dunia.
“Belum ada penandaan terkait peta yang menggambarkan rute dan jaringan MRT, baik di stasiun dan atau kabin kereta. Termasuk perlu adanya informasi rute jaringan angkutan umum sebagai pengumpan MRT, di masing-masing stasiun. Ini sangat penting agar konsumen tidak bingung mau naik apa, setelah turun dari MRT,” jelas Tulus.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Alexander Haryanto