Menuju konten utama

Soal Hari Kejepit, KPU: Libur Tiap Minggu, Pemilu 5 Tahun Sekali

Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menggunakan hak pilihnya.

Soal Hari Kejepit, KPU: Libur Tiap Minggu, Pemilu 5 Tahun Sekali
Petugas KPU Palembang merakit kotak suara Pemilu di Kantor KPU Palembang, Sumsel, Kamis (7/2/2019). ANTARA FOTO/Feny Selly/wsj.

tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengingatkan agar masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang digelar pada 17 April 2019. Meskipun, pada pekan tersebut akan berbarengan dengan hari libur memperingati wafatnya Isa Almasih pada Jumat 19 April 2019. Sehingga Kamis 18 April akan menjadi 'hari kejepit' atau hari diantara libur pada pekan itu.

"Libur kan bisa tiap minggu, memilih [dalam Pemilu] lima tahun sekali. Rugi kalau enggak memilih," ujar Komisioner KPU, Viryan Aziz di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).

Viryan menambahkan, rugi bila masyarakat memilih menjadi golongan putih (golput) karena memprioritaskan untuk berlibur ketimbang berpartisipasi dalam Pemilu 2019.

Menurut Viryan, masyarakat yang tak terlibat dalam keterpilihan mereka sehingga konsekuensinya harus siap siapapun yang akan terpilih nantinya.

"Sekarang nasib mereka [peserta Pemilu] ditentukan oleh kita setelah pemilu selama lima tahun nasib kita ditentukan mereka. Mau nasibnya ditentukan dengan orang yang kita tidak tahu? Kita serahkan gitu aja? Enggak keren kalau enggak milih," jelas Viryan.

Viryan memahami bila golput merupakan hak bagi setiap masyarakat. Namun, kata Viryan di zaman saat ini golput bukanlah sesuatu hal yang keren bila dibandingkan dengan zaman Orde Baru.

"Kalau sekarang apa yang mau digolputin, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menggunakan hak pilihnya, tidak ada intimidasi. Potensi manipulasi seperti masa lalu kecil dan satu suara memang menentukan," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Nur Hidayah Perwitasari