Menuju konten utama

Soal Debat Pilpres 2019 Diberikan Sebelum Debat, Siapa Diuntungkan?

Jika pernyataan diberikan sebelum debat Pilpres 2019, Jokowi diuntungkan. Soalnya, dia kurang jago bicara. Meski demikian anggapan ini disanggah TKN.

Soal Debat Pilpres 2019 Diberikan Sebelum Debat, Siapa Diuntungkan?
Calon Presiden Joko Widodo (kanan) dan Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan saat rapat Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Capres dan Cawapres Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Jokowi-Ma'ruf memperoleh nomor urut 01, sementara pasangan Prabowo-Sandiaga memperoleh nomor urut 02. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/18.

tirto.id - Debat Pilpres 2019 akan sedikit berbeda dengan debat lima tahun lalu. Bila pada 2014 pertanyaan disampaikan moderator saat debat berlangsung, pada debat nanti ada pertanyaan yang sudah diberikan kepada masing-masing paslon satu pekan sebelumnya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutnya sebagai 'metode terbuka'.

Meski sudah diketahui, tapi nantinya pertanyaan-pertanyaan ini diundi lagi oleh moderator, sehingga para paslon tak mengetahui mana pertanyaan yang bakal ditujukan kepadanya di forum debat.

Ada pula pemberian pertanyaan yang sepenuhnya tertutup, yakni pada sesi masing-masing capres-cawapres saling melempar pertanyaan. Kedua kubu tak akan tahu pertanyaan apa yang akan diberikan lawannya.

Metode pertanyaan terbuka ini kemudian dikritik kubu calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka merasa dirugikan dengan metode itu.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hinca Panjaitan mengatakan tak bakal muncul efek kejut bila paslon sudah mengetahui pertanyaan, sebab mereka pasti sudah mempersiapkan jawabannya.

"[Jika semua pertanyaan hanya disampaikan saat debat] Akan memberi efek surprise dan baik ke siapa saja. Gagasan dan ide lebih dapat," ujar Hinca di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).

Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengatakan kepada reporter Tirto kalau ia juga menolak karena pertanyaan terbuka akan menguntungkan Jokowi-Ma'ruf. Ia melihat Jokowi selalu membawa contekan saat berpidato.

"Ini menguntungkan petahana, karena kita tahu petahana itu kadang butuh contekan," kata Andre.

Pernyataan Andre langsung dibantah kubu Jokowi-Ma'ruf. Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Arsul Sani mengatakan metode terbuka pada dasarnya netral, dalam arti tak memberi untung maupun rugi kepada Jokowi-Maruf.

"Enggak ada untung, enggak ada rugi. Pak Jokowi sebagai petahana tentu pada dirinya sudah tersimpan data-data, kebijakan, termasuk juga tabulasi atas pro dan kontra. Kontra pun sudah ada di benak Pak Jokowi. Sudah kami persiapkan," kata Arsul saat ditemui di kompleks DPR RI, Senin (7/1/2019) pagi.

Untungkan Petahana

Model pertanyaan yang sudah dibocorkan ini, menurut pengajar komunikasi politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, sangat menguntungkan Jokowi. Ia melihat bekas Wali Kota Solo ini akan diuntungkan karena pada dasarnya dia kurang piawai berpidato atau public speaking--termasuk menyampaikan klaim keberhasilan-keberhasilannya.

"Salah satu kelemahan Pak Jokowi itu bicara. Meski sebenarnya pekerjaannya banyak, capaian-capaianya banyak, cuma karena tak bisa disampaikan dengan bahasa-bahasa yang agak sedikit hiperbolik, jadi Pak Jokowi agak dinafikan, kira-kira begitu."

Adi menambahkan debat kandidat akan kehilangan ruh saat para paslon sudah mengetahui soal dan sekaligus menyiapkan jawaban-jawabannya. Padahal, orisinalitas gagasan serta spontanitas paslon dalam menjawab sebetulnya yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat ketika menonton debat.

Selain kehilangan spontanitas dan orisinalitas, ia khawatir jawaban yang akan disampaikan adalah hasil kerja tim sukses, bahkan konsultan.

"Kalau soal sudah diberikan jauh-jauh hari ini, enggak ada yang surprise. Orang juga kaget, ngapain nonton debat kandidat, toh jawabannya sudah ada. Yang ada hanya menghafal dan menjelaskan apa yang sudah dibuat tim konsultan," tambah Adi.

Pendapat yang berbeda disampaikan Direktur Konstitusi dan Demokrasi (KoDe) Inisiatif, Veri Junaidi. Bagi dia, metode terbuka menguntungkan kedua paslon karena jawaban yang disampaikan bisa lebih komprehensif. Kata Veri, model pertanyaan seperti ini bisa mengurangi timbulnya debat kusir.

"Seperti kuis kemudian dia menjawab pertanyaan, nah, jawabannya bisa salah atau benar," ucap Veri kepada reporter Tirto.

Infografik CI Mekanisme debat capres cawapres

Infografik CI Mekanisme debat capres cawapres

Selain soal debat, isu lain yang berkaitan adalah penyampaian visi misi. Awalnya, akan ada penyampaian visi-misi--dengan forum yang lebih santai seperti bincang-bincang--beberapa hari sebelum debat. Acara ini akhirnya batal karena tidak ada kata sepakat antara KPU, BPN, dan TKN soal siapa yang akan bicara.

Penyampaian visi misi akhirnya hanya terbatas pada salah satu sesi debat. Bagi Veri ini tidak ideal karena tak akan ada pembahasan mendalam. Meski demikian, bagi Veri, kedua belah pihak punya banyak amunisi untuk menyerang lawan. Tinggal bagaimana mereka menyampaikannya: sekadar basa-basi, atau langsung to the poin.

"Keduanya mempunyai amunisi sama kuat. Kemudian disampaikan ke publik. Bukan disampaikan melalui gimik," pungkas Veri.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Rio Apinino