tirto.id - Setiap tahun Bank Dunia merilis Ease of Doing Business (EODB), indeks yang mengukur tingkat kemudahan berbisnis dan perlindungan properti di sebuah negara berdasarkan regulasi yang dibuat dan diterapkan di negara tersebut. Datanya diperoleh dari 12.500 kontributor (pengacara, akuntan, dan sejenisnya) di 190 negara yang sehari-hari berurusan dengan regulasi bisnis.
Aspek penilaiannya luas dan berfokus pada tingkat kemudahan mengurus hal-hal terkait realisasi investasi swasta. Antara lain izin konstruksi, penyediaan sumber tenaga listrik, perlindungan properti pemodal, hingga prosedur memperoleh kredit. Regulasi terkait perlindungan investor, mekanisme pembayaran pajak, perdagangan antar-negara, pembuatan kontrak kerja, hingga mekanisme jika bisnis yang bersangkutan mengalami kebangkrutan juga masuk hitungan.
Chili tergolong negara yang menikmati peringkat bagus dalam rapor EODB sejak 2010 hingga 2014. Selama era tersebut, Chili dipimpin oleh Sebastian Pinera. Dari yang sebelumnya di urutan 49 di tahun 2010 menjadi 41 di tahun 2011, setahun kemudian di peringkat 39, dan dua tahun terakhir di posisi 34. Rapor EODB menunjukkan bahwa semakin kecil angka maka semakin baik iklim investasinya. Prestasi yang diraih Pinera tergolong membanggakan jika dibandingkan dengan negara Amerika Latin lain.
Sebagai perbandingan, Indonesia tergolong sedang memperbaiki peringkat EODB dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016 Indonesia masih di posisi 106. Namun pada 2017 posisinya naik ke peringkat 91. Loncatan besar kembali terjadi untuk EODB tahun 2018, yakni ke urutan 72. Meski demikian, menurut Antara, Presiden Joko Widodo belum puas sebab target untuk tahun ini adalah posisi 50 atau 40 besar.
Kembali ke Chili. Pada pemilihan umum tahun 2013, Michelle Bachelet memenangkan kursi presiden. Sebelumnya ia menjadi presiden perempuan pertama Chili untuk periode 2006-2010. Sayangnya di periode kedua, Chili mengalami penurunan peringkat EODB. Mulai dari posisi ke-48 di tahun 2015, berturut-turut menjadi 55 (2016), 57 (2017), lalu terakhir kembali ke posisi 55 (2018).
Bachelet tak terima. Menurut laporan Reuters, pada Sabtu (13/1/2018) ia mencuit melalui akun Twtitter-nya untuk melayangkan protes terhadap peringkat EODB selama beberapa tahun terakhir.
“Apa yang terjadi dengan peringkat perihal kompetisi Bank Dunia amat menjadi pikiran saya.” tulisnya. “Strata yang dilakukan oleh lembaga internasional harus lah yang dapat dipercaya, karena ini berdampak pada investasi dan pembangunan negara,” lanjutnya. Ia menambahkan bahwa pemerintah Chili akan secara formal meminta investigasi menyeluruh dari Bank Dunia.
Spekulasi mengular. Penilaian Bank Dunia dituduh politis. Alasannya, Bachelet adalah politisi beraliran sosialis, sedangkan Pinera berada di jalur konservatif. Bank Dunia, yang selama ini kerap dilabeli organisasi promotor 'neoliberalisme' (bahkan ada yang lebih tegas menyebutnya 'neo-kolonialis'), ditengarai sengaja memakai data-data palsu untuk menggembosi pemerintahan Bachelet.
Tuduhan ini belum dibuktikan secara jelas. Sikap Bachelet muncul sehari sesudah Wall Street Journal menerbitkan wawancara dengan kepala bagian ekonomi Bank Dunia Paul Romer. Di dalamnya muncul pengakuan mengejutkan: Bank Dunia berulang kali mengubah metodologi riset EODB sehingga menghasilkan data yang “tak adil dan menyesatkan”, setidaknya untuk riset selama empat tahun terakhir.
Romer termasuk yang percaya skandal tersebut berpotensi mengandung motif politis, akan tetapi hal ini tak dikonfirmasi oleh mantan direktur penelitian, Augusto Lopez-Claros. Lopez-Claros menyatakan segala perubahan dilakukan sesuai telaah ekstensif dan diumumkan ke negara-negara yang disurvei. Data yang baru dikoleksi secara umum dikaji bersama-sama dalam proses yang terbuka, lanjutnya.
Meski demikian, Romer tetap bertahan pada temuannya. “Saya mau meminta maaf secara pribadi kepada Chili dan negara-negara lain di mana kami telah menyampaikan kesan yang salah,” katanya. Romer menyesal karena tak bisa mempertahankan integritas selama proses penelitian EODB sehingga metodologinya berubah dengan amat mudah.
Masalah utama laporan EODB Romer katakan sebagai kesalahannya sebab tak memberikan kejelasan di waktu-waktu sebelumnya. Romer menambahkan bahwa Bank Dunia telah memulai proses untuk memperbaiki laporan masa lalu dan menerbitkan hasil yang tanpa memakai perubahan metodologi.
Perubahan yang Romer maksudkan cukup banyak. Beberapa di antaranya adalah masuknya komponen-komponen penilaian baru terkait izin konstruksi, perubahan standar pengukuran ketersediaan dan tarif listrik, perubahan standar penilaian kualitas peradilan untuk pemegang saham, dan standar pengarsipan yang baru.
Sepanjang periode kedua pemerintahan Bachelet, komponen-komponen penilaian baru tersebut membuat Chili meredup di EODB. Pada EODB tahun 2015 misalnya, Chili menempati posisi ke-33 untuk kemudahan membayar pajak. Dalam laporan tahun 2016, Bank Dunia menambahkan komponen penilaian terkait jumlah waktu yang harus dihabiskan pengusaha untuk mengurusi pajak bisnisnya usai menyelesaikan syarat-syarat administratif. Akibatnya Chili mencetak peringkat yang amat buruk, yakni dari posisi 33 ke 120.
Menurut Romer, penilaian untuk Chili disebabkan oleh perubahan sistem yang ia curigai politis dan tak menggambarkan iklim berbisnis di negara tersebut. Romer kemudian menyatakan khawatir dengan kepemimpinan Bank Dunia yang setuju dengan pendapatnya untuk melakukan penilaian ulang.
“Berdasarkan hal-hal yang kami ukur sebelumnya, kondisi bisnis tidak memburuk di Chili selama diperintah oleh Bachelet. Saya tidak melakukan uji kelayakan yang cukup, dan kemudian menyadari bahwa saya tidak memiliki keyakinan terhadap integritas diri saya sendiri.”
Romer bergabung dengan Bank Dunia pada bulan Oktober 2016. Sebelumnya ia adalah seorang akademisi di Universitas New York dan dipandang sebagai salah satu tokoh ekonomi AS terpenting hari ini. Sikap kritisnya jadi masalah baru di Bank Dunia. Pada bulan Mei 2017 misalnya, ia mengirim memo internal soal penulisan hasil laporan riset yang kurang jelas dan terlalu bertele-tele. Kritik-kritik lainnya datang menyusul, dan membuat internal Bank Dunia gerah.
Pernyataan kontroversial soal tidak akuratnya riset EODB dua pekan silam kemudian menjadi pemicu keluarnya Romer. Sebagaimana diberitakan Financial Times pada Kamis (25/1/2018), Romer resmi berhenti dari pekerjaan yang baru dilakoninya selama 15 bulan.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, menyampaikan bahwa Romer memilih untuk keluar. Jim mengapresiasi kejujuran yang ekonom. Romer sebelumnya mengirim surat elektronik kepada Financial Times bahwa “tak pernah dalam kehidupan profesionalku aku berjumpa profesor ekonomi yang mengatakan banyak sekali hal yang bisa diperiksa dengan mudah dan kenyataannya tak benar.”
“Bayangkan sebuah bidang sains di mana orang mempublikasikan makalah penelitian dengan data yang jelas-jelas dipalsukan. Ketika seseorang menyadarinya Biro Kehakiman Internal mengatakan hasilnya tidak memenuhi beban pembuktian yang diminta agar mereka bertindak... Jadi sangat rasional untuk memalsukan data tanpa perlu repot menyembunyikan apa yang sedang terjadi,” tambahnya.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf