Menuju konten utama

Situasi Palu Terkini: Perekonomian Lumpuh, Logistik Belum Merata

Pasar dan toko tutup. Warga mengambil barang dan makanan yang ada di minimarket.

Situasi Palu Terkini: Perekonomian Lumpuh, Logistik Belum Merata
Bangunan masjid Baiturrahman yang ambruk akibat tsunami di wilayah Talise, Palu Barat, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Puluhan warga korban gempa Kota Palu, Minggu pagi (30/9/2018) mengambil barang di Minimarket Alfamidi yang terletak di Jalan Juanda, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Penjarahan itu dilakukan di depan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto.

Peristiwa itu terjadi saat Wiranto bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan menggelar rapat di kantor Komando Rayon Militer Tadulako, Kota Palu. Warga secara tertib dan bergantian mengambil semua barang-barang yang bisa dikonsumsi karena hingga saat ini bantuan logistik belum merata diterima para korban gempa.

“Jangan foto kami," teriak warga seraya menunjuk ke arah rombongan wartawan yang ikut bersama Wiranto ke kantor Korem Tadulako Kota Palu.

Peristiwa penjarahan ini terjadi sejak sehari setelah gempa dan tsunami menerjang Palu pada Jumat sore lalu. Di Bandara Mutiara Sis Aljufri pada Sabtu siang kemarin, misalnya, warga membobol minimarket yang ada di bandara dan mengambil semua barang yang bisa mereka konsumsi.

Aksi itu berlanjut di tempat lain. Pada malam Sabtu kemarin, tepat di depan RS Wirabuana TNI AD Kota Palu, warga melakukan pembobolan minimarket yang tepat berada di depan rumah sakit. Barang-barang di minimarket itu ludes tanpa sisa diambil oleh warga. Beberapa minimarket di pusat Kota Palu pun telah ludes.

Selain pasokan logistik yang belum merata kepada korban gempa Palu, kebutuhan warga yang lain ialah masalah ketiadaan bahan bakar. Sejak gempa kemarin, stasiun BBM yang berada di Kota Palu tutup. Beberapa warga berbondong-bondong mendatangi stasiun BBM milik Pertamina dan melakukan penjarahan.

Kelangkaan BBM ini terjadi di seluruh Kota Palu. “Ada mobil, tapi tidak ada bensin,” kata Hendra salah satu sopir taksi bandara Mutiara Sis Aljufri yang mengantar kami.

Di Kota Palu, perekonomian mendadak lumpuh hingga saat ini. Pasar, toko toko sembako yang sedianya menyediakan kebutuhan bahan pokok pun belum buka sejak gempa dan gelombang tsunami menerjang Kota Palu. Warga pun masih takut masuk ke dalam rumah mereka karena gempa susulan masih terjadi hingga saat ini.

Hingga malam kemarin, warga masih bertahan di tenda tenda pengungsian dan menjauhkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan dari gedung gedung bertingkat. Semalam, kebanyakan warga bertahan di luar rumah dengan membuat tenda sementara. Sedangkan pasokan listrik dan jaringan sinyal seluler hingga saat ini belum berjalan dengan maksimal di Kota Palu.

Mendagri Sebut Bukan Penjarahan

Menanggapi hal itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memastikan tidak ada penjarahan di beberapa toko serba ada dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di lokasi terdampak gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala. Ia pun berjanji, pemerintah akan mengganti kerugian yang diambil warga.

“Bandara kondisi runtuh, tidak ada yang menunggu, listrik mati. Halaman bandara buat pengungsi. Ada toko di bandara yang rusak akibat gempa, makanan dan minuman berhamburan kemudian diambil masyarakat. Jadi, bukan penjarahan, saya melihat kejadian itu,” kata Tjahjo seperti dikutip Antara, Minggu (30/9/2018).

Tjahjo berada di Palu sejak Sabtu (29/9/2018) pagi untuk berkoordinasi langsung dengan pemerintah daerah setempat setelah sebagian besar sarana dan prasarana di Palu dan sekitarnya lumpuh total akibat gempa bumi dan tsunami.

Mendagri bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dijadwalkan menggelar rapat koordinasi dan peninjauan yang dipimpin oleh Menkopolhukam Wiranto.

“Yang sudah hadir langsung pimpin rakor siang hari dan peninjauan lapangan, dipimpin oleh Menko Polhukam. Saya lihat hadir, Panglima TNI, Wakapolri, Kepala Basarnas, Menhub, Mensos, Menkominfo, Pangkostrad, dan lain-lain," kata Tjahjo.

Korban Meninggal Capai 832 Jiwa

Hingga Minggu siang (30/9/2018) pukul 13.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan jumlah korban tewas akibat gempa sekaligus tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, sementara ini mencapai 832 orang. Sebanyak 821 korban jiwa ditemukan di Kota Palu, sementara 11 korban tewas dari Donggala.

“Korban yang meninggal umumnya karena tertimpa bangunan dan diterjang tsunami. Untuk itu, korban meninggal akan segera dimakamkan secara layak dan massal. Ini karena pertimbangan kesehatan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Minggu (30/9/2018).

Menurut Sutopo, jumlah korban jiwa akibat bencana ini masih sangat mungkin bertambah. Sebab ada sejumlah titik lokasi korban yang belum selesai proses evakuasinya. Selain korban meninggal, kata dia, BNPB mendata sebanyak 540 orang dirawat di rumah sakit. Sementara jumlah pengungsi hingga Minggu siang tercatat 16.732 jiwa yang tersebar di 24 titik.

Sementara kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh para pengungsi, antara lain:

  1. BBM, solar, premium
  2. Air minum
  3. Tenaga medis, obat-obatan, rumah sakit lapangan
  4. Tenda, terpal, selimut, veltbed
  5. Water tank
  6. Bahan makanan
  7. Alat penerangan
  8. Genset
  9. Dapur umum
  10. Kantong mayat, Kain kafan
  11. Makanan bayi dan anak

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Abdul Aziz