tirto.id - Sejumlah pengendara di SPBU Losarang mengeluhkan kepadatan yang terjadi di jalan arteri sepanjang Bekasi, Tambun, hingga Cikampek, Jawa Barat. Mereka menyebutkan waktu tempuh menjadi dua kali lipat lebih lama ketimbang hari-hari biasanya.
“Dari Tambun sampai Losarang delapan jam, padahal biasanya cukup empat jam,” kata Andreas, warga Cilimus, Kuningan yang silaturahim ke Bekasi, seperti dikutip Antara, Selasa lalu. Ia berkata, kepadatan terjadi karena semua bus malam dari arah Jakarta melalui jalur arteri.
Keluhan serupa juga dituturkan seorang warga lain bernama Sofyan yang mengaku harus lewat Jalan Kalimalang karena akses masuk tol dari Jatiwaringin, Bekasi ditutup. “Hampir 8 jam perjalanan, setengahnya berjuang menembus sampai Cikampek, setelah Cikampek lancar,” ungkap Sofyan.
Lonjakan arus lalu lintas di jalur arteri tersebut merupakan dampak dari penerapan sistem satu arah (one way) di ruas Tol Cipali sampai dengan Cawang, Jakarta Timur. Korlantas Polri menerapkan skenario tersebut pada Selasa (19/6/2018) sore pukul 15.00 WIB sampai dengan Rabu (20/6/2018) dini hari pukul 03.00 WIB.
Direktur Prasarana Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jujun Endah Wahjuningrum mengatakan bahwa sistem satu arah diambil setelah melalui sejumlah pertimbangan. Jujun menyebutkan beberapa langkah yang biasa dilakukan sebelum akhirnya menetapkan sistem satu arah. Di antaranya seperti membuka dan menutup pintu tol dan sistem lawan arus (contraflow).
Kendati demikian, Jujun menekankan keputusan untuk menerapkan sistem satu arah itu sepenuhnya merupakan kewenangan Korlantas Polri. “Untuk sistem one way itu diskresi penuh kepolisian. Semua skenario, kan, pasti ada manfaatnya. Tidak mungkin kebijakan diambil tanpa ada manfaatnya,” kata Jujun saat ditemui di kantornya, Jakarta, pada Rabu (20/6/2018).
Menurut Jujun, sistem satu arah diterapkan untuk mengurai padatnya alur lalu lintas kendaraan yang hendak memasuki Jakarta. Ia menyebutkan bahwa sejumlah permasalahan bisa muncul apabila kepadatan tersebut tak segera diurai. Beberapa di antaranya seperti pemudik yang kelelahan atau jumlah kendaraan yang menepi di pinggir jalan jadi lebih banyak.
Jujun menilai sistem satu arah tersebut membawa dampak positif bagi lalu lintas kendaraan di jalan tol. Meski ia tidak menampik bahwa masih ada kepadatan yang terpantau, akan tetapi akses yang membawa kendaraan masuk ke Jakarta bisa lebih banyak karena ada empat jalur di Tol Cipali yang dipergunakan.
Menanggapi konsekuensi dari seluruh jalur tol yang semuanya digunakan untuk arah lalu lintas kendaraan menuju ke Jakarta, Jujun tidak membantah apabila beban kendaraan yang ke luar Jakarta lantas berpindah ke jalur arteri.
Hal tersebut juga diakui Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri, Kombes Pol Benyamin. Ia menekankan bahwa pemberlakuan sistem satu arah merupakan bentuk prioritas. “Saat arus mudik, yang arah dari Jakarta diprioritaskan. Sedangkan ini untuk arus baliknya. Ini untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti stuck sampai belasan jam,” ungkap Benyamin kepada Tirto, Rabu kemarin.
Lebih lanjut, Benyamin tidak membantah apabila alur lalu lintas yang padat merayap pasti akan ditemui pemudik. Bahkan menurut Benyamin, arus balik ini memerlukan penanganan yang berbeda dengan arus mudik karena seluruh kendaraan dari berbagai daerah menuju ke Jakarta.
“Tentu harus ada asas prioritas di sini. Kendaraan yang masuk ke Jakarta berasal dari mana-mana. Ini berbeda dengan arus mudik, yang mana macetnya di Tol Cikampek, tapi tujuannya ke berbagai daerah,” ujar Benyamin.
Berdasarkan perhitungan Korlantas Polri, dari total persentase sebesar 100 persen, jumlah kendaraan yang kembali ke Jakarta hingga Selasa (19/6/2018) kemarin baru 40 persen. Oleh karena itu, Korlantas Polri telah mengantisipasi kepadatan lalu lintas yang berasal dari 60 persen kendaraan yang masih berada di luar Jakarta tersebut.
Benyamin pun memprediksi gelombang kendaraan yang masuk ke Jakarta masih akan tetap tinggi sampai dengan Minggu (24/6/2018) mendatang. Hingga kemarin saja, Benyamin menyebutkan jumlah kendaraan yang melintas di ruas tol selalu berada di atas 100 ribu unit per harinya.
Sementara saat disinggung mengenai proses sampai akhirnya diterapkan sistem satu arah, Benyamin menyebutkan bahwa Korlantas Polri telah melakukan pemantauan dari sejumlah titik di Jawa Tengah. Adapun beberapa titik yang menjadi acuan di antaranya, seperti di Jembatan Kali Kenteng, Kabupaten Semarang dan Jembatan Kali Kuto, Kabupaten Batang.
Setelah melihat volume kendaraan di dua titik itu, Benyamin menyebutkan bahwa kepadatan biasanya terpantau di tempat peristirahatan (rest area) di Tol Palimanan. Untuk mengurai kepadatan di area tersebut, Korlantas Polri lantas menerapkan sistem lawan arus.
“Kalau ternyata di belakang masih tinggi volume kendaraannya, baru kami lihat dan putuskan untuk melakukan sistem one way. Kami tutup akses untuk kendaraan dari Jakarta,” kata Benyamin menambahkan.
Benyamin mengklaim, pihaknya telah mengarahkan seluruh Polres yang jalur arteri di daerahnya menjadi padat karena dampak sistem one way itu. Ia mengatakan bahwa berbagai evaluasi yang menyangkut hal-hal teknis pun sudah dilakukan untuk semakin mengoptimalkan penerapan sistem satu arah.
Wakil Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya, Firdaus Aziz mengaku penerapan sistem satu arah pada arus balik tahun ini memang baru pertama kalinya dilakukan di Tol Cipali. PT Lintas Marga Sedaya selaku pengelola Tol Cipali tidak menampik apabila masih ada sejumlah penyesuaian yang perlu dilakukan.
Oleh karena itu, Firdaus menyebutkan bahwa pihak operator tol telah berkoordinasi dengan Korlantas Polri untuk mengevaluasi serta memperbaiki pelaksanaan sistem satu arah ini.
“Saya lihat sistem one way ini cukup efektif untuk mengatasi kemacetan. Kalau kita mencoba contraflow itu, kan, masih berdasarkan situasi sehingga tidak terlalu efektif apabila pemudiknya terlalu banyak,” kata Firdaus kepada Tirto.
Dalam pelaksanaannya, Firdaus mengatakan pihaknya bakal mendukung skenario lalu lintas yang diinisiasi Korlantas Polri. Firdaus pun menyadari bahwa sejumlah titik di Tol Cipali seperti KM 130 dan KM 164 yang dekat dengan rest area memang membutuhkan skenario lalu lintas seperti sistem lawan arus.
“Ke depannya, mungkin kami bisa sosialisasi seperti di Puncak. Ada jadwalnya, kapan one way. Sehingga pemudik bisa mengatur waktu perjalanannya,” ungkap Firdaus.
Sistem satu arah pun kembali diberlakukan pada Rabu (20/6/2018) sore pukul 16.30 WIB. Kendati demikian, rekayasa lalu lintas satu arah tersebut tidak sepanjang yang diterapkan sehari sebelumnya. Pada penerapannya kali ini, sistem satu arah hanya diberlakukan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek ke arah Jakarta mulai dari KM 47 sampai dengan Gerbang Tol Cikarang Utama.
Tak hanya itu, sistem lawan arus juga diberlakukan mulai dari Gerbang Tol Cikarang Barat hingga KM 3. Dengan demikian, pengguna jalan yang hendak menuju ke arah timur bisa tetap lewat jalan tol namun harus melanjutkan perjalanannya melalui jalan arteri.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Abdul Aziz