Menuju konten utama

Sisik Gurami Ternyata Bisa Menjaga Gigi Manusia

Berbagai hasil riset dunia kampus di Indonesia menghasilkan karya inovasi yang unggul, tapi biasanya berakhir tanpa kejelasan untuk dimanfaatkan ke dunia praktis. Belum lama ini olahan sisik gurami para mahasiswa UGM terbukti mampu bermanfaat bagi ketahanan gigi.

Sisik Gurami Ternyata Bisa Menjaga Gigi Manusia
Ilustrasi sisik ikan Gurami. FOTO/Istock

tirto.id - Sisik ikan yang biasa dibuang dan tak bernilai manfaat bisa berubah 180 derajat bila di tangan orang-orang kreatif dan berinovasi. Sisik ikan gurami jadi contoh nyata, bahwa bahan yang sering menjadi sampah bisa bermanfaat bagi dunia kesehatan.

Riset pemanfaatan sisik gurami untuk obat penguat gigi mengantarkan dua mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Diana Fitri Muslimah dan Adityakrisna Yoshi Putra Wigianto, memenangi Kompetisi Riset Mahasiswa Kedokteran Gigi tingkat ASEAN dua pekan lalu.

Makalah riset buatan dua mahasiswa semester akhir ini yang berjudul “The Effect of Nanocalcium Paste form Osphronemus Goramy L. Scale for Remineralizing White Spot Lesion,” mengungguli karya peserta lain dari 29 kampus asal Indonesia dan sejumlah negara ASEAN.

Karya Diana dan Adityakrisna diganjar juara pertama dalam kompetisi yang digelar oleh FKG UGM untuk ketiga kalinya ini. Nilai mereka mengungguli karya riset milik dua tim asal International Medical University (IMU) Malaysia yang meraih juara kedua dan ketiga.

“Semula kami cari tema tentang pemanfaatan bahan limbah. Lalu, ada teman kami yang bilang ibunya sering membuang sisik gurami, kami tertarik dengan tema ini karena gurami dikonsumsi secara massal di Indonesia,” kata Diana kepada Tirto.

Berbekal informasi lapangan, keduanya menemukan sejumlah bahan pustaka yang bertebaran mengenai kandungan sisik gurami. Salah satunya, ada riset mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyimpulkan sisik ikan air tawar ini memiliki kandungan kalsium jauh lebih tinggi ketimbang kulit ikan pada umumnya. Sisik gurami mengandung rata-rata 5-7,5 persen kalsium. Kadar fosfat juga ada di sisik gurami, tapi tak sampai 5 persen. Sedangkan sisik ikan air tawar pada umumnya hanya mengandung maksimal 2 persen.Dengan kandungan kalsium dan fosfat tinggi, sisik gurami bisa bermanfaat untuk bahan obat pemulih kekuatan gigi.

Proses terjadinya gigi berlubang biasa diawali dengan kemunculan white spot, yakni memutihnya lapisan terluar atau email gigi. Proses ini muncul karena kemerosotan kadar mineral gigi. Agar tak berujung ke pembentukan lubang, yang berdampak pada rasa nyeri dan ngilu maka gigi perlu segera mengalami remineralisasi. Mineral utama pembentuk kekuatan email gigi adalah Crystal Hydroxy-Apatite yang mengandung perikatan senyawa kalsium dan fosfat.

Obat penguat email gigi, yang umum dijual di pasaran saat ini antaralain pasta Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phospate (CPP-ACP). Persediaan produk ini di pasaran Indonesia masih didominasi barang impor. Pasta bermanfaat menutup kembali lubang-lubang halus di lapisan email atau enamel gigi.

Kesimpulan riset ini menyakini sisik gurami bisa menjadi bahan murah untuk pembuatan pasta semacam CPP-ACP karena juga mengandung kalsium dan fosfat dengan jumlah yang tinggi. Bagaimana mengolahnya jadi zat yang bermanfaat?

INFOGRAFIK Kandungan Sisik Gurami

Cara Mengolah Sisik Gurami

Mengolah sisik gurami jadi zat yang bermanfaat untuk kesehatan gigi jadi bagian riset mereka. Sisik gurami dipisahkan dari daging dan kemudian dikeringkan hingga kadar airnya lenyap. Setelah itu, sisik gurami dihaluskan dengan mesin menjadi bubuk halus.

Bubuk sisik gurami itu lalu dicampur dengan zat asam agar unsur kalsium dan fosfatnya terpisah dari senyawa lain. Natrium Hidroksida dicampur ke bahan olahan sisik gurami hingga larutannya jadi jenuh. Tujuannya agar terjadi proses pembentukan ulang partikel sehingga bentuknya menjadi sangat halus. Pemecahan partikel sisik gurami menjadi ukuran sangat halus sangat penting agar bahan olahan ini bisa masuk ke lubang-lubang halus di email gigi yang sedang mengalami tahap white spot.

Bahan olahan sisik gurami diaduk bersama gliserin, yakni bahan pasta, agar bisa lebih mudah menempel di lapisan email gigi. Proporsinya, 60,6 persen mineral sisik gurami mendominasi kandungan pasta.

“Kalau pakai pasta, peresapan kalsium dan fosfat ke email gigi lebih maksimal karena lengket lebih lama,” kata Diana.

Kedua peneliti muda tersebut menguji efektivitas pasta penguat email gigi rasa gurami ini ke hewan marmut. Marmut menjadi pilihan uji coba karena struktur mineral pembentuk Crystal Hydroxy-Apatite pada email gigi hewan ini sama dengan yang dimiliki manusia.

“Email gigi marmut bagian dalam yang menghadap lidah memang lebih tipis dibanding punya manusia, tapi email bagian luarnya sama,” katanya.

Gigi marmut kemudian diberi zat asam agar mengalami demineralisasi. Sebagian diolesi pasta sisik gurami sebanyak dua hari sekali dalam enam hari dan sebagian lainnya tidak. Ternyata, selama enam hari, muncul perbedaan signifikan. Gigi marmut yang diolesi pasta sisik gurami mengalami remineralisasi sebanyak 30 persen. Sedangkan yang tidak diolesi tak mengalami perkembangan. Mereka menyimpulkan efektivitas penguat gigi berbahan sisik gurami menyerupai produk penguat gigi di pasaran.

Namun, sisik gurami tidak bisa begitu saja diklaim aman bila digunakan untuk manusia, mereka belum melakukan uji lanjutan mengenai efek toksitas dan kelayakan lain untuk penggunaannya bagi manusia. Sehingga butuh biaya besar untuk uji lanjutan agar pasta buatan mereka bisa layak masuk ke pasar umum. Ihwal biaya ini jadi momok bagi para peneliti di Indonesia.

Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi kalangan kampus dan pemerintah, agar riset-riset bermanfaat untuk dunia kesehatan ini bisa diterapkan dalam dunia nyata dan bisa masuk skala industri. Agar ide cemerlang para mahasiswa ini tak hanya berakhir di dalam laci atau sebuah plakat penghargaan saja.

Baca juga artikel terkait IKAN atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Suhendra