tirto.id - Film tentang Kemerdekaan Indonesia salah satunya berjudul Perburuan yang dibintangi aktor Adipati Dolken.
Berdurasi 98 menit, film ini berada di bawah produksi Falcon Pictures dan tayang perdana pada 9 Agustus 2019, sementara di bioskop-bioskop Tanah Air film ini rilis pada tanggal 15 Agustus 2019.
Film Perburuan yang disutradarai oleh Richard Oh ini, diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer, di mana penayangannya juga bersamaan dengan film Bumi Manusia yang juga diadaptasi dari novel karya Pramoedya.
Perburuan berlatar belakang enam bulan setelah kegagalan tentara PETA melawan tentara Nippon Jepang yang dibumbui dengan kisah pengkhianatan orang-orang terdekat dari seorang shodanco.
Selain Adipati Dolken yang berperan sebagai Hardo, para pemain yang terlibat di film ini antara lain:
- Ayushita sebagai Ningsih
- Ernest Samudera sebagai Dipo
- Khiva Iskak sebagai Karmin
- Michael Kho sebagai Shidokan
- Egi Fedly sebagai Lurah Kaliwangan
- Nobuyuki Suzuki sebagai Kolonel
- Kevin Andrean sebagai Supriyadi
- Emil Kusumo sebagai Komisaris Polisi
- Otig Pakis sebagai Moh Kasim
- Rizky Mocil sebagai Kartiman
Sinopsis Film Perburuan
Perburuan mengisahkan tentang kegagalan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang gagal melawan tentara Nippon Jepang di Indonesia dan film ini berkisah enam bulan setelah masa itu.
Kekalahan itu membuat seorang shodanco (prajurit dari kalangan masyarakat yang pernah sekolah pada tingkat menengah pertama) PETA bernama Hardo kembali ke desanya di Blora, Jawa Tengah.
Hardo pulang dalam keadaan terluka akibat peperangan, namun kedatangannya ke kampung halaman di Blora justru tercium oleh Nippon.
Ia pun tidak bisa bebas berkeliaran di desanya, karena Nippon melacak Hardo dan ia diburu serta dikejar karena dianggap sebagai musuh negara.
Dalam pengejaran siang malam menjelang proklamasi kemerdekaan, sebuah drama perjuangan terungkap.
Pengkhianatan ayah Ningsih, yang merupakan tunangan Hardo, serta adanya pengkhianatan dari sahabatnya sendiri, Karmin.
Ada juga perlawanan keras dari Dipo dan Kartiman yang disandingkan dengan perlawanan Hardo.
Film ini juga mengemas tentang kekejaman perang dan ego para penjajah, di mana tentara Nippon disandingkan dengan kemerosotan korban perang ayah Hardo dan Ningsih.
Editor: Iswara N Raditya