Menuju konten utama

Siapa yang Dimaksud Amien Rais sebagai Partai Setan?

Amein Rais tidak menyebut secara jelas siapa yang dimaksud dalam tausiahnya sebagai partai setan dan partai Allah.

Siapa yang Dimaksud Amien Rais sebagai Partai Setan?
Amien Rais dan sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Alumni 212 mendesak Komnas HAM untuk mengusut aktor-aktor yang terlibat kriminalisasi ulama yang dinilai sebagai pelanggaran HAM, Jakarta, Senin, (8/5). tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Tausiah Amien Rais yang menyebut partai Allah dan partai setan, di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4/2018) berbuntut panjang. Ia dilaporkan ke Polda Metro Jaya karena isi ceramahnya dianggap membawa agama dalam kompetisi politik seraya memicu provokasi sentimen SARA.

Putra sulung Amien Rais, Ahmad Hanafi Rais, buka suara menjelaskan arti dari diksi “partai setan” dan “partai Allah” yang disebut ayahnya. Hanafi menuturkan, kedua diksi tersebut dapat ditemukan di kitab suci umat Islam, Alquran. Surat Al Mujadilah ayat 19 dan 22, kata Hanafi, menjelaskan definisi beserta siapa saja golongan yang masuk dalam kategori dua partai itu.

“Silakan bisa dibuka dan baca Alquran surat ke 58 Al Mujadilah ayat 19 yaitu peringatan Allah tentang apa itu 'partai syaithan'/'hizbusysyaithan' dan ayat 22 tentang siapa saja yang termasuk 'partai Allah'/'hizbullah'," ujar Hanafi kepada Tirto, Selasa (17/4/2018).

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu memastikan, dakwah ayahnya merujuk pada Alquran. Penjelasan ihwal partai setan dan partai Allah juga dianggapnya sesuai konteks, karena disampaikan Amien Rais kala tausiah Subuh.

Hanafi mempertanyakan letak kesalahan ayahnya. Anggota DPR dari daerah pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta itu berkata, Amien Rais jelas tidak mengartikan partai setan dan partai Allah dalam arti partai politik di Indonesia.

“Apa yang salah dengan orang berdakwah? Apakah dakwah mau dikriminalisasi juga? [...] Sebaiknya para pewarta lebih teliti dan bijaksana mengolah fakta,” kata Hanafi.

Amien Rais dan Citra PAN

“Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan.”

Kalimat di atas merupakan isi tausiah Amien Rais yang mendapat beragam respons dari masyarakat. Dalam tausiahnya, selain menyebut “partai setan” dan “partai Allah,” Amien Rais juga membawa tiga nama parpol yang ada di Indonesia, yaitu: PAN, PKS, dan Gerindra.

Namun, belum diketahui apa maksud mantan Ketua MPR RI itu menyebut nama PAN, PKS, dan Gerindra dalam tausiahnya. Tirto telah mengklarifikasi maksud penyebutan tiga parpol itu ke Hanafi, sayangnya belum ada jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, menyebut pemikiran Amien Rais terlalu maju dalam konteks menyejajarkan PAN, PKS, dan Gerindra dengan partai Allah. Menurut dia, jika konsisten berpedoman pada Alquran, maka definisi partai Allah seharusnya jelas yakni "kelompok atau golongan yang mendapat petunjuk Allah untuk selalu berada dalam kebenaran."

"Mungkin pemikiran Amien Rais terlalu maju. Saya kurang mengerti jika PAN, PKS, dan Gerindra sejajar dengan partai Allah,” kata Ujang.

Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) itu meyakini, maksud Amien Rais sebenarnya hanya menjelaskan arti partai Allah dan setan sesuai Alquran. Menurut Ujang, definisi itu tak bisa dimasukkan dalam konteks politik praktis.

Ujang juga memprediksi tak ada dampak signifikan yang mungkin timbul dari tausiah Amien Rais terhadap elektabilitas PAN, meski politikus itu kerap diasosiasikan dengan parpolnya.

“Tidak akan berpengaruh karena isu ini akan tertutup oleh isu-isu lain yang lebih besar ke depan, sedangkan pemilu masih satu tahun lagi," ujar Ujang.

Pandangan berbeda disampaikan pengamat politik dari Populi Centre, Rafif Pamenang Imawan. Menurutnya, kebiasaan Amien Rais mengundang kontroversi bisa berpengaruh terhadap loyalis suara PAN.

“Survei yang ada sekarang menunjukkan bahwa PAN suaranya sangat rendah. Kampanye kebinekaan Zulkifli [Ketua Umum PAN] berseberangan dengan kampanye Amien Rais. Friksi bisa jadi terjadi, atau Zulkifli terpaksa membersihkan coreng yang dibuat Amien Rais,” ujar Rafif.

Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menganggap, PAN harus bekerja ekstra melepaskan keterkaitan dengan Amien Rais. Hal itu harus dilakukan karena citra Amien Rais dianggapnya sudah banyak tercoreng saat ini.

“Ini persoalan serius karena PAN saat ini mengarah pada partai keluarga. Saat ini yang menjadi ketua PAN adalah besan dari Amien Rais... jabatan Wakil Ketua Umum dipegang oleh Ahmad Hanafi Rais. Jika melekatnya klan Amien Rais ini dimainkan, bisa jadi suara partai stagnan atau sedikit turun," kata Rafif.

Tanggapan Partai Politik

Tausiah Amien Rais juga ditanggapi beragam oleh sejumlah politikus dari berbagai parpol. Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily misalnya, berkata bahwa Amien Rais harusnya lebih bijak dalam bertutur. Ia menyarankan Amien Rais tidak kerap mengkritik dengan kata-kata provokatif.

“Kalau sudah menggunakan kata 'setan' itu artinya ingin mengatakan bahwa dirinya paling bersih. Apakah partai-partai yang disebut Pak Amien Rais itu juga bersih? Tidak terlibat korupsi begitu?” kata Ace.

Pendapat juga dikemukakan Bendahara Fraksi PDIP di DPR RI, Alex Indra Lukman. Menurutnya, tausiah Amien Rais menguntungkan partai moncong putih. Alasannya, kata dia, kemenangan yang diraih PDIP dalam Pemilu 2014 pasti atas kehendak Allah.

"Kalau partai besar dan menang pemilu pastilah atas kehendak Allah SWT. Karena seluruh rakyat Indonesia yang beragama percaya bahwa hanya seizin Allah SWT saja kamu bisa menang di Pilpres dan Pileg 2014, serta sementara ini berada di posisi teratas berdasarkan survei," kata Alex kepada Tirto, Senin (16/4/2018).

Komentar juga diberikan Ketua DPP Gerindra Wihadi Wiyanto. Menurutnya, Amien Rais tak secara jelas menyebut nama-nama parpol yang masuk kategori partai Allah dan setan dalam tausiahnya.

“Kan Pak Amien enggak menyebut secara spesifik kan, itu, kan, dugaan orang saja. Kalau memang orang menduga seperti itu, ya tinggal rakyat yang memilih saja yang menentukan," kata Wihadi saat dihubungi Tirto.

Infografik Current Issue Partai Setan ala amien rais

Dilaporkan ke Polisi

Setelah memantik kontroversi, pernyataan Amien Rais akhirnya berujung pada pelaporan ke Polda Metro Jaya, Minggu (15/4/2018). Laporan yang diajukan oleh Kelompok Cyber Indonesia itu dengan nomor LP/2070/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimsus.

Kelompok Cyber Indonesia berpandangan, Amien telah berupaya memprovokasi rakyat Indonesia dengan dikotomi partai setan dan partai Allah yang dijustifikasi melalui nilai-nilai agama. Padahal, menurutnya, Indonesia merupakan negara Pancasila yang menjunjung tinggi kebhinnekaan.

"AR menyebut tiga partai sebagai partai tuhan, berarti partai yang lain bukan partai tuhan dong? Partai syaitan dong? Jelas dia mau memecah belah bangsa,” kata Ketua Kelompok Cyber Indonesia, Aulia Fahmi saat dihubungi Tirto, Senin (16/4/2018).

Amien dituduh melakukan dugaan tindak pidana ujaran kebencian dan penodaan agama melalui media sosial seperti diatur Pasal 28 ayat 2, UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan atau Pasal 156 a KUHP.

Aulia berharap, Polda Metro Jaya segera memproses laporan pihaknya. Karena, menurutnya, menjelang tahun pemilu segala bentuk provokasi yang dapat memecah belah bangsa harus ditindak tegas.

Menanggapi laporan tersebut, Sekjen DPP PAN, Eddy Soeparno meminta aparat penegak hukum untuk menggunakan prinsip kehati-hatian dan obyektif dalam menangani laporan Cyber Indonesia atas dugaan ujaran kebencian yang dituduhkan kepada pendiri PAN, Amien Rais.

“Saya meminta pihak kepolisian agar teliti dalam mempelajari laporan terhadap Pak Amien. Saya percaya penuh, Polri akan mengedepankan obyektivitas dan kajian hukum yang mendalam untuk menangani dan menanggapi laporan Cyber Indonesia yang tidak memiliki landasan hukum yang kuat,” kata Eddy dalam siaran pers yang diterima Tirto, Selasa (17/4/2018).

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Abdul Aziz