Menuju konten utama
Piala Dunia 2018

Senegal vs Kolombia: Narco-Football Masih Ada di Kolombia

Kolombia punya sejarah kelam saat pemain timnas mereka dibunuh akibat blunder pada Piala Dunia 1994. Nasib sama juga mengancam gelandang Kolombia saat ini, Carlos Sanchez.

Senegal vs Kolombia: Narco-Football Masih Ada di Kolombia
Ilustrasi Kolombia vs Senegal. tirto.id/Rangga

tirto.id - Carlos Sanchez tak menyangka kebodohan yang ia lakukan saat menghadapi Jepang bisa berbuntut ancaman serius. Saat laga melawan Jepang, saat laga baru berjalan 2 menit 56 detik, wasit sudah mengusirnya keluar lapangan akibat tindakan konyolnya menahan tendangan pemain Jepang dengan tangan di kotak penalti. Kolombia pun kalah di laga perdana grup H dari Jepang dengan skor 2-1.

Selang beberapa menit kemudian makian penggemar Kolombia menderas kencang di linimasa akun Twitter-nya, @carlossanchez6. Salah satu cuitan kepada Carlos bahkan cukup serius: menyandingkan foto Carlos dengan foto pemain Kolombia era 90-an Andreas Escobar. Di bawah foto itu tertulis kalimat pendek: "Saya tawarkan sebuah usulan."

Escobar adalah pemain Kolombia yang tewas ditembak. Gol bunuh diri yang ia bikin saat melawan Amerika Serikat dianggap sebagai penyebab tersingkirnya Kolombia di Piala Dunia 1994.

Banyak orang menentang ancaman ini. Namun banyak juga yang mendukung. Beberapa diantaranya malah berkomentar pedas: "Jika Andres Escobar dibunuh karena mencetak gol bunuh diri, maka Carlos Sanchez harus dibunuh dan mayatnya harus dikencingi," tulis salah satu balasan, dikutip dari The Guardian.

Sejarah hitam yang menimpa Escobar, kondisi sosial dan ekonomi Kolombia yang tetap stagnan dan masih berkutat sebagai negara miskin berkembang, proliferasi senjata merebak luas, ditambah kartel narkoba yang masih berkeliaran bebas, membuat ancaman kepada Carlos tak bisa dianggap sepele.

Ancaman ini membuat Carlos tertekan. Hal ini diakui sang pelatih Jose Pakerman. Karena itulah, saat Kolombia berhasil membekuk Polandia pada laga kedua dengan skor 3-0, kemenangan itu didedikasikan untuk Carlos.

"Kami semua mengerti bahwa sepakbola adalah sesuatu yang amat sakral. Ini adalah permainan dan kami telah berupaya dengan kerja keras dan dedikasi, tetapi ancaman ini tak boleh dianggap enteng. Apakah ancaman itu dikonfirmasi atau tidak, ini adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Saya ingin menyebut Carlos Sanchez yang mengalami beberapa hari yang berat. Kami mendedikasikan kemenangan kami kepadanya,” kata Pekerman.

Di Amerika Selatan, Kolombia selalu berada di bawah bayang-bayang kekuatan besar Brasil, Argentina dan Uruguay. Sepakbola mereka cenderung stagnan. Kali pertama lolos ke Piala Dunia pada 1962 dan saat itu terhenti di fase grup.

Kolombia harus menunggu 28 tahun untuk kembali ke Piala Dunia saat tampil di Italia pada Piala Dunia 1990. Pada periode inilah kartel narkoba di negara itu berkuasa dan menyelipkan pengaruhnya lewat sepakbola. Orang lebih mengenal Kolombia sebagai narco-football.

Pada masa itu muncul sebuah lelucon bahwa kondisi jalanan di Bogota paling aman saat pertandingan sepakbola digelar, karena pada saat itulah semua gangster berada di dalam stadion.

Narco-football Tak Hanya Pablo Escobar

Gonzalo Medina-Perez, seorang profesor di Universitas Antioquia, yang secara ekstensif mempelajari hubungan antara sepakbola dan kartel narkoba, menyebut awal 1980-an sebagai awal dimulainya era narco-football. Saat itu Kolombia dipimpin oleh Julio Cesar Turbay Ayala yang bercorak liberal.

Dalam kebijakan ekonomi, Ayala memberlakukan mekanisme yang memungkinkan legalisasi beberapa kegiatan yang sebelumnya dianggap ilegal, misalnya narkoba.

"Itu adalah pintu gerbang pengedar narkoba yang mulai menunjukkan kekuatan ekonomi mereka dan menerapkannya di berbagai bidang. Hal ini mencakup dunia industri, perdagangan, keuangan dan, tentu saja, sepakbola," kata Medina-Perez kepada Ewan Mackenna dalam laporan panjang berjudul "Narco-Football Is Dead: Celebrating a Colombia Reborn" yang tayang di Bleachrreport.

"Tetapi ketika Anda berbicara tentang narco-football di Kolombia, semua orang menyebutkan Pablo Escobar, tapi dia bukan satu-satunya dan bukan pemain paling penting," katanya lagi.

Satu versi mengatakan contoh perdana narco-football ketika sekelompok penyelundup ganja di Santa Marta berinvestasi di Union Magdalena, klub pertama yang dibela pemain keriting nyentrik, Carlos Valderrama. Proses akuisisi ini dilakukan oleh Eduardo Enrique Davila, sosok yang sejak 1973 diidentifikasi sebagai eksportir ganja terbesar ke Italia, Puerto Rico dan Amerika Serikat.

Keterlibatan kartel narkoba juga muncul di klub Santa Fe. Kabarnya, utang klub dilunasi oleh Fernando Carrillo, seorang politikus dan pemilik Grup Inverca. Pada Mei 1981, Carillo dituding terlibat pengiriman kokain ke Florida. Usai itu, kepemilikan Santa Fe beralih ke kartel lainnya yaitu dua bersaudara Silvio dan Phanor Arizabaleta-Arzayus.

Nama lain yang populer adalah Orejuela bersaudara yakni Miguel dan Rodriguez yang menguasai klub América de Cali. Kehadiran Orejela bersaudara membuat klub ini kedatangan pemain-pemain hebat. Mereka mampu merekrut pemain sekaliber Roberto Cabanas (Paraguay), Julio Uribe (Peru) dan Ricardo Gareca (Argentina). De Cali pun sukses melenggang sampai final kejuaraan kontinental Copa Libertadores selama tiga musim berturut-turut 1985-1987.

Sedangkan klub Independiente Medellin disebut-sebut dikendalikan oleh gangster Hector Mesa dan Pablo Correa Ramos.

Dalam buku berjudul El Hijo del Ajedrecista, pada 1979 bahkan Maradona hampir saja membela América de Cali jika ia tak terikat kontrak dengan Barcelona. Bagaimana tak tergiur, Maradona ditawari Orejela bermain di America de Cali dengan durasi hanya hanya enam bulan saja tapi dengan upah 3 juta dolar, hampir 10 kali lipat dari yang ia terima di Barcelona.

Di ibukota Kolombia, Bogota, muncul satu sosok José Gonzalo Rodríguez Gacha atau akrab disapa "El Mexicano". Sebelum mengambil alih klub Millionairos, ia terlebih dahulu membunuh pemilik klub sebelumnya. Setelah akuisisi, Millonairos dibawanya menjuarai kompetisi lokal pada 1987 dan 1988.

Mengapa Narco-football Identik dengan Pablo Escobar?

Namun dibandingkan nama-nama di atas, nama Pablo Escobar memang lebih populer. Sebagai kepala Kartel Medellín, Pablo Escobar adalah raja narkoba paling kuat di Kolombia dari pertengahan 1970-an hingga awal 1990-an.

Pada tahun-tahun itu, permintaan Amerika Serikat terhadap kokain tampaknya tidak terbatas. Hal itu membuat kekayaannya sangat melimpah ruah. Ia pun berinvestasi dalam tim sepak bola Atlético Nacional. Ini investasi yang menggabungkan miliaran dolar uang ilegal dalam skema pencucian uang yang ideal.

Pasokan dana tak terbatas dari Escoba dipakai merekrut pemain asing dan mengambil pemain lokal terbaik. Nacional pun mulai menang dan menang. Berbeda dengan klub milik kompetitornya yaitu Atletico de Cali yang dikuasai Orejulo yang mentok sampai final Copa Libertadores, tim Nacional milik Escobar sempat mencicip gelar itu pada 1989.

Inilah untuk kali pertama klub Kolombia bisa juara di tingkat internasional. Kemenangan ini adalah kebanggaan bagi negara itu.

"Negara kami sangat bangga padamu," kata Presiden César Gaviria dalam percakapan telepon yang direkam oleh striker Faustino Asprilla. "Anda telah membawa citra bagus pada Kolombia.

Escobar begitu mencintai sepakbola Kolombia dan Atletico Nacional. "Nacional adalah tim Escobar, tentu saja," kata "Chonto" Herrera. "Saya bermain di sana selama 10 tahun, dan memang dia berinvestasi banyak di belakang layar. Tetapi saya tidak pernah bertemu dengannya. Tapi semua orang tahu dia adalah orang yang bersemangat tentang sepakbola," katanya.

"Bukan hanya melulu soal Nacional. Dia menyukai sepakbola di luar itu. Dia memiliki lapangan sepakbola di peternakannya, dia membangun lapangan di daerah-daerah miskin yang memberi anak-anak tempat untuk bermain, dan banyak pemain bagus lahir dari lapangan-lapangan itu," katanya lagi.

Escobar sering disebut menjadi pemuncak rantai kartel di Kolombia bukan karena dia yang terpintar. Faktanya dialah kartel paling berdarah. Tidak ada penghitungan resmi berapa banyak nyawa yang dibunuhnya, tetapi berdasarkan tangan kanan Pablo, diperkirakan ia sudah membunuh 4.500 orang.

Ketika seorang "El Mexicano" menyuap wasit Alvaro Ortega untuk memastikan timnya mengalahkan Atlética Nacional, Escobar langsung mengeksekusi sang wasit beberapa hari usai laga digelar.

Ia pun tak pikir-pikir saat meledakkan mobil calon presiden Luis Carlos Galán yang menyerukan agar mengekstradisinya ke Amerika Serikat. Ketika pengganti Galán, yakni César Gaviria, menyerukan hal serupa, Escobar meledakkan pesawat ditumpangi Galán, meskipun target yang disasar tak menaiki pesawat itu.

Infografik Narco Football

Serangan-serangan tingkat tinggi ini memicu perburuan selama 15 bulan yang dilakukan Pasukan Khusus AS, Kepolisian Nasional Kolombia dan aliansi kartel narkoba lain yang dikenal sebagai Los Pepes (Los Perseguidos por Pablo Escobar alias Orang-Orang yang Dianiaya oleh Pablo Escobar). Escobar akhirnya ditemukan dan ditembak mati pada 2 Desember 1993.

Dia dimakamkan dengan bendera Nacional di atas peti matinya, dan enam bulan setelah kematiannya, enam pemain Nacional masuk dalam skuad Piala Dunia 1994 yang disebut Pele saat itu sebagai kandidat juara Piala Dunia. Dan prediksi itu dibuyarkan oleh gol bunuh diri Andreas Escobar.

Semua orang percaya jika saja Pablo masih hidup, tak akan ada yang berani membunuh Andreas. Pasca kematian duo Escobar ini, perlahan tapi pasti pengaruh narco-football di Kolombia mulai menipis. Hal itu terjadi seiring perang habis-habisan aparat memberantas para kartel.

Masih Ada Narco Football di Kolombia

Meski begitu angka kekerasan masih tinggi. Menurut InSight Crime, dari 2009 hingga Juli 2013, diperkirakan 7.000 orang tewas dalam perang mafia Medellin. Kedamaian di daerah ini terjadi sebetulnya karena gencatan senjata antara geng-geng yang bersaing.

Ketertarikan para kartel terhadap sepakbola hingga kini masih tetap ada. Pada 2011 lalu, laporan El Tiempo menyebut sosok Daniel "El Loco" Barrerra, yang dianggap sebagai Pablo Escobar di era modern, melakukan cuci uang hingga $ 1,5 miliar pada klub Santa Fe dan satu klub di Buenos Aires, Argentina.

Yang perlu dikhawatirkan adalah saat kartel terlibat, maka di situ ada perputaran uang judi bola berjumlah besar. Andreas Escobar dibunuh oleh kelompok yang kalah saat bertaruh.

Prediksi Pele mengira Kolombia akan juara pada Piala Dunia 1994, membuat banyak kartel berharap banyak pada Andreas cs. Alih-alih juara, mereka malah terdepak di fase grup. Hal ini ditengarai membuat grup kartel musuh Pablo Escobar yaitu Gallon Brothers murka. Hingga akhirnya menyuruh seseorang untuk menembak Andreas Escobar.

Momentum yang sama kini terjadi lagi. Prestasi Kolombia pada Piala Dunia 2014 yang mampu melenggang hingga perempatfinal, ditambah mayoritas pemain bermain di klub-klub Eropa, membuat optimisme kepada timnas Kolombia kembali membuncah.

Namun gol bunuh diri Carlos Sanchez mengganggu optimisme itu. Jika Kolombia gagal menekuk Senegal malam nanti, semoga saja nasib Carlos tak seperti Andreas Escobar.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Zen RS