tirto.id - Sebuah unggahan dari akun Facebook bernama Adelia Delviana (tautan) bertanggal 23 Juni 2021 lalu menyebut bahwa senat Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan bahwa virus Corona adalah penipuan. Unggahan tersebut dilengkapi oleh sebuah video sepanjang 5 menit 23 detik yang menunjukkan beberapa orang, dengan latar belakang bendera AS, memberi pidato singkat yang secara umum mengkritisi soal perusahaan teknologi raksasa (Big Tech) dan sensor informasi mengenai asal-usul virus penyebab pandemi COVID-19.
Akun tersebut juga mengklaim bahwa ini artinya "mereka" telah menutupi kebenaran, walaupun tak jelas siapa yang dimaksud dengan “mereka” ini. Video ini telah ditonton hingga 105 kali. Meski tak tersebar begitu luas, deskripsi dari video ini penting untuk diperiksa.
Penelusuran Fakta
Tim riset Tirto mencari video utuh dari pidato para senator tersebut. Mulanya kami mencari melalui tangkapan layar yang mungkin cocok dengan unggahan berita atau sebuah video YouTube. Kami mencari foto ataupun video yang mirip dengan tangkapan layar dari unggahan Facebook melalui Yandex, alat pencari foto dan video.
Pencarian itu mengarahkan Tirto pada video berdurasi sekitar 15 menit dari akun YouTube Politisi Partai Republik, Senator Marsha Blackburn (tautan, arsip). Tim riset meyakini itu merupakan video yang sama dengan unggahan akun Adelia Delviana, sebab isi pembicaraan, latar video, dan juga pakaian yang digunakan para senator sangat mirip.
Unggahan Senator Blackburn itu berjudul “Blackburn Leads Colleagues in Press Conference on Big Tech Censorship of COVID-19 Origins FULL” dan diunggah pada 11 Juni 2021. Video tersebut telah disaksikan sebanyak lebih dari 72 ribu kali hingga 15 September 2021.
Penelusuran lebih lanjut pada laman resmi Senator Blackburn menunjukkan bahwa konferensi pers ini diadakan pada 10 Juni 2021 lalu. Di situ disebut bahwa beberapa senator lain yang hadir di konferensi pers tersebut di antaranya Roger Marshall (senator negara bagian Kansas), Mike Braun (senator negara bagian Indiana), Ron Johnson (senator negara bagian Wisconsin), dan Roger Wicker (senator negara bagian Mississippi).
Di laman tersebut juga disebut bahwa inti utama dari konferensi pers tersebut adalah mencari jawaban dari perusahaan Big Tech seperti Facebook dan YouTube mengenai sensor informasi terkait COVID-19 di platform mereka.
"Kita tahu bahwa Facebook baru-baru ini membalik keputusan mereka tentang menurunkan informasi apapun yang menyebut bahwa itu [virus penyebab COVID-19) berasal dari lab di Wuhan. YouTube sebelumnya juga mengumumkan bahwa mereka akan memblokir konten yang kontradiktif dengan Organisasi Kesehatan Dunia yang dijalankan oleh Beijing dan dibiayai oleh Tiongkok," sebutnya.
Dalam pernyataan yang disampaikan lewat konferensi pers tersebut, para senator ini juga mengkritik Tiongkok agar bertanggung jawab atas isu yang selama ini dipatahkan oleh perusahaan-perusahaan Big Tech, yakni terkait asal-usul virus penyebab COVID-19 yang diduga berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan.
Tidak hanya Blackburn yang mengunggah tuntutan Partai Republik pada platform perusahaan Big Tech, tapi juga Senator Ron Johnson pada laman YouTube-nya dan laman pribadinya.
Tim riset menyaksikan secara penuh pidato semua senator tersebut. Tirto tidak menemukan bagian yang menunjukkan para senator mengatakan bahwa virus Corona merupakan tipuan. Beberapa poin yang digarisbawahi oleh para politisi tersebut, di antaranya:
1. Teori bahwa virus penyebab COVID-19 berasal dari kebocoran di sebuah laboratorium di Wuhan.
2. Perusahaan-perusahaan teknologi memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menyensor opini-opini yang berlawanan, terutama terkait kemungkinan bahwa Tiongkok merupakan pihak bersalah.
Lantas, bagaimana tanggapan berbagai pihak terkait kontroversi bahwa COVID-19 berasal dari kebocoran di sebuah laboratorium di Wuhan?
Situs ilmiah Nature mengkurasi debat yang tidak habis-habis terkait asal-usul virus SARS-CoV-2 ini dalam sebuah artikel berjudul “The COVID lab-leak hypothesis: what scientists do and don’t know”.
Pada awal 2021 lalu, seperti yang ditulis Nature, WHO setuju untuk mensponsori penyelidikan fase pertama terkait asal mula pandemi. Studi ini berlangsung di Tiongkok pada awal 2021.
Sebagian besar ilmuwan mengatakan kemungkinan SARS-CoV-2 disebabkan secara natural oleh penularan dari hewan ke manusia. Namun, kemungkinan soal kebocoran virus dari laboratorium belum sepenuhnya dikesampingkan. Banyak pihak menyerukan penyelidikan yang lebih dalam terhadap hipotesis bahwa virus itu muncul dari Institut Virologi Wuhan (WIV), yang terletak di Wuhan, dimana kasus COVID-19 pertama dilaporkan.
Pada 26 Mei 2021, Presiden AS Joe Biden menugaskan Intelijen AS untuk bergabung dalam upaya menemukan asal-usul SARS-CoV-2 dan melaporkan kembali dalam 90 hari. Australia, Uni Eropa dan Jepang juga menyerukan penyelidikan yang dalam di Tiongkok.
WHO belum menyampaikan tahap selanjutnya dari penyelidikan mereka, tapi pihak AS sendiri telah mempublikasikan reportase dari penyelidikan mereka pada 26 Agustus 2021. Seperti dilaporkan oleh Nature, ringkasan reportase ini terutama adalah bahwa hasil investigasi masih belum dapat disimpulkan. Agensi intelijen AS masih terbelah antara pihak yang melihat bahwa pandemi mungkin dimulai karena kecelakaan laboratirum, dan pihak yang melihat bahwa pandemi dimulai karena kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi. Tapi konklusi paling kuat dari investigasi ini adalah bahwa virus Corona tidak dikembangkan sebagai senjata biologis.
Di sisi lain, menurut Nature juga, pihak Tiongkok sendiri tak mau disalahkan. Tiongkok juga meminta agar penyelidikan juga dilakukan di negara-negara lain. Keengganan Tiongkok ini justru memicu kecurigaan akan adanya ‘kebocoran laboratorium’.
Dalam media briefing WHO pada 28 Mei 2021, Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Kesehatan Darurat WHO, meminta lebih sedikit politisasi terkait penyelidikan asal mula virus ini, karena dalam banyak kasus, hal ini justru berubah menjadi tuduhan.
“Selama beberapa hari terakhir, kami telah melihat semakin banyak wacana di media, dengan sangat sedikit berita aktual, atau bukti, atau materi baru,” kata Ryan. “Ini mengganggu.”
Seperti yang dituliskan Nature, investigasi asal terjadinya wabah bisa memakan waktu bertahun-tahun. Epidemi SARS misalnya, memerlukan waktu 14 tahun untuk mengetahui asal usulnya virusnya. SARS ditemukan berasal dari kelelawar yang menyebar ke manusia, kemungkinan besar melalui musang.
Penyelidikan asal usul virus menjadi rumit karena wabah di antara hewan yang bukan inang utama dari virus tertentu, seperti musang dalam kasus SARS, seringkali sporadis. Peneliti mesti menemukan hewan yang tepat dan belum mati atau sebelum infeksinya menghilang. Bahkan, jika hewan terinfeksi positif, virus yang ditemukan di air liur, feses, atau darah seringkali terdegradasi, sehingga sulit untuk mengurutkan seluruh genom patogen.
Sementara itu, The Guardian menuliskan bahwa perseteruan soal asal-usul virus ini lebih bersifat politis ketimbang penemuan ilmiah. Padahal, ini adalah pertanyaan penting untuk mencegah pandemi di masa depan. Namun, mengingat kurangnya informasi baru yang ditemukan tim Biden selama tiga bulan terakhir, dan juga keengganan Cina untuk membuka diri, kemungkinan tidak ada jawaban yang ditemukan pada minggu ini, tulis The Guardian pada 22 Agustus 2021.
Sementara itu, kembali lagi pada unggahan Facebook yang mengklaim bahwa Senat AS menyampaikan bahwa virus SARS-CoV-2 merupakan tipuan, hal ini dibantah oleh juru bicara Senat dan Senator Partai Demokrat Chuck Schumer pada lembaga pemeriksa fakta, AFP.
Seperti yang disampaikan Schumer lewat email pada 14 Juni 2021, para senator Partai Demokrat tidak percaya bahwa COVID-19, yang telah merenggut nyawa hampir 600.000 orang, merupakan kebohongan.
Kesimpulan
Konferensi pers yang diadakan para senator Partai Republik pada 10 Juni 2021 bukan ditujukan untuk menyebut bahwa virus Corona adalah tipuan, melainkan untuk mengkritik sensor informasi yang dilakukan perusahaan teknologi dan mempertanyakan asal-usul virus penyebab COVID-19 yang diduga berasal dari ‘kebocoran laboratorium’. Para senator tersebut tidak menyangkal keberadaan virus SARS-CoV-2. Unggahan yang mengatakan bahwa virus Corona merupakan tipuan bersifat salah sebagian (partly false).
Editor: Farida Susanty