Menuju konten utama

Semifinal Euro 2024 Spanyol vs Prancis: Meyakinkan vs Menjemukan

Spanyol di atas kertas lebih meyakinkan daripada Prancis. Namun, Spanyol tetap perlu mewaspadai skill individu Prancis.

Semifinal Euro 2024 Spanyol vs Prancis: Meyakinkan vs Menjemukan
Ilustrasi EURO 2024. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Selain satu tiket final, baik Spanyol maupun Prancis sama-sama memiliki misi khusus dalam pertandingan semifinal Euro 2024 di Fussball Arena Muenchen, Rabu (10/7/2024) dini hari WIB. Spanyol jelas ingin membuktikan bahwa mereka memang calon terkuat juara turnamen. Sementara itu, misi Prancis adalah menunjukkan bahwa mereka tidaklah seburuk yang orang pikir.

Dua misi yang amat kontras, sebagaimana riwayat perjalanan kedua timnas menuju semifinal. Sejak pertandingan perdana, Spanyol sudah menunjukkan bahwa mereka adalah calon juara. Penampilan mereka begitu energik, agresif, dan mematikan, meskipun kualitas pemainnya di atas kertas ada di bawah generasi emas yang dulu pernah merajai Eropa dan dunia.

Kemenangan 3-0 atas Kroasia pada pertandingan pembuka jadi pernyataan sikap yang tegas dari Spanyol bahwa mereka tak bisa disepelekan. Para pemain Spanyol, khususnya di lini tengah, sanggup membuat lini tengah Kroasia yang digalang Luka Modric tampak ngos-ngosan. Spanyol secara kontinyu mencekik lini tengah Kroasia yang sudah uzur dan akhirnya mampu mengonversi itu semua menjadi kemenangan telak.

Menghadapi Italia, giliran para pemain sayap Spanyol, Nico Williams dan Lamine Yamal, yang bersinar. Perlawanan Italia di area sentral terbilang lebih kuat dibanding Kroasia. Namun, Gli Azzurri benar-benar dibikin tak berkutik di sisi sayap. Giovanni Di Lorenzo dan Federico Dimarco sungguh kewalahan menghadapi kecepatan, kecerdasan, dan trik-trik yang diperagakan oleh Williams dan Yamal. Bahkan, pemain sayap pengganti, Ayoze Perez, juga sanggup merepotkan pertahanan Timnas Italia.

Bukti sahih kehebatan Spanyol berikutnya adalah tatkala mereka menyingkirkan tuan rumah Jerman. Pertandingan tersebut bisa dikatakan sebagai final kepagian lantaran Jerman sendiri merupakan kandidat terkuat kedua untuk menjuarai Euro 2024 berkat penampilan impresifnya pada fase grup.

Menghadapi tim yang sama kuatnya, Spanyol tak kehilangan agresivitas mereka, terutama di lini tengah. Rodri mampu menjadi metronome permainan yang tak cuma unggul dari segi teknik dan kecerdasan bermain, tapi juga memiliki kekuatan fisik yang membuatnya bisa berduel dengan siapa pun. Kemudian, ada pula Fabian Ruiz dan Dani Olmo yang, dengan kualitas tekniknya, mampu membuat lini tengah Jerman kocar-kacir.

Modal apik itulah yang membuat Spanyol lebih diunggulkan ketimbang Prancis pada babak semifinal nanti. Pasalnya, Prancis sendiri, di antara semua semifinalis, adalah tim dengan permainan paling menjemukan.

Bayangkan saja, meski dihuni nama-nama macam Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, dan Antoine Griezmann di lini depan, Les Bleus cuma bisa menyarangkan 3 gol dari 5 pertandingan. Parahnya lagi, 2 dari 3 gol tersebut merupakan gol bunuh diri, sementara 1 gol lagi berasal dari titik putih.

Ada semacam inkoherensi antara lini tengah dan depan Prancis. Seperti yang sempat diutarakan Mbappe, Prancis kehilangan sosok gelandang kreatif seperti Paul Pogba yang kini tengah menjalani hukuman larangan bermain lantaran gagal melewati tes doping.

Saat ini, lini tengah Prancis dihuni pemain-pemain pekerja yang memiliki daya kreasi minim. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Eduardo Camavinga, Aurelien Tchouameni, dan N’Golo Kante, tak satu pun dari mereka punya kapabilitas seperti Pogba dalam mencari celah dan mengirim umpan untuk menciptakan kans.

Sebenarnya, Prancis memiliki Adrien Rabiot yang dalam beberapa musim terakhir menjadi andalan Juventus dalam urusan mengkreasi peluang dari tengah. Namun, Rabiot tak mampu berbuat banyak di turnamen kali ini. Eks pemain Paris Saint-Germain ini pun, jika dibandingkan dengan Pogba pada masa keemasannya, masih kalah dari segala sisi.

Kendati begitu, satu hal yang bisa dibanggakan Prancis adalah kokohnya lini belakang mereka. Pemain-pemain seperti Jules Kounde, Dayot Upamecano, William Saliba, Theo Hernandez, sampai penjaga gawang Mike Maignan saat ini tengah menjalani masa-masa terbaik di level klub. Hal ini pun masih bisa mereka tularkan ke level tim nasional.

Namun, tentu saja, kokohnya lini belakang Prancis ini tak bisa dilepaskan dari pendekatan yang dilakukan pelatih Didier Deschamps.

Pada pertandingan perempatfinal menghadapi Portugal, Deschamps bisa dibilang menurunkan tujuh pemain berkarakter bertahan sekaligus. Selain kuartet bek tadi, di lini tengah pun ada Kante, Tchouameni, serta Camavinga yang memiliki kemampuan bertahan apik. Maka, tak mengherankan apabila Prancis sejauh ini jadi tim paling sedikit kebobolan (1 kali) sepanjang turnamen.

Bisa dikatakan, pertandingan antara Spanyol dan Prancis nanti adalah pertandingan antara tim dengan serangan dan pertahanan terbaik. Prancis tentu saja bakal menghadirkan ujian yang sebelum ini belum dihadapi oleh Spanyol. Ya, mereka memang sudah menghadapi tim-tim kuat.

Akan tetapi, anak-anak asuh Luis de la Fuente belum pernah menghadapi lawan sealot Prancis.

Satu hal lain yang bisa menjadi problem bagi Spanyol adalah absennya dua andalan mereka di lini belakang, Carvajal dan Le Normand, yang terkena akumulasi kartu. Pemain veteran Jesus Navas, yang dalam turnamen kali ini berstatus sebagai kapten tim, kemungkinan besar akan mengisi pos Carvajal. Sementara, tempat yang ditinggalkan Le Normand rasa-rasanya bakal jadi milik eks kapten Real Madrid, Nacho Fernandez.

Tentu, bermain tanpa skuad terbaik bakal memengaruhi permainan Spanyol. Akan tetapi, La Furia Roja telah memiliki sistem yang bakal memudahkan siapa pun yang turun bermain. Boleh jadi, baik Navas maupun Nacho tak akan banyak melakukan aksi defensif karena bola sebelumnya sudah difilter terlebih dahulu oleh Rodri dkk. di lini tengah. Skenario ini bakal lebih mungkin terjadi jika Prancis masih memainkan komposisi yang sama seperti saat meladeni Portugal.

Namun, perlu diingat juga bahwa Prancis punya pemain-pemain cepat dan kaya trik seperti Dembele, Mbappe, dan Barcola. Hal ini bisa jadi keuntungan tersendiri, khususnya apabila dua full-back Spanyol, Navas dan Cucurella, keasyikan menyerang. Bukan tidak mungkin juara Eropa dua kali (1984, 2000) ini bakal mencetak gol perdana mereka dari open play justru saat menghadapi tim unggulan teratas saat ini.

Pemain Kunci

Spanyol - Dani Olmo

Dani Olmo sejatinya bukanlah pilihan pertama De la Fuente. Pemain yang memperkuat Rasen Ballsport Leipzig itu biasa bermain sebagai pengganti pada babak kedua. Akan tetapi, kehadiran Olmo, khususnya pada laga kontra Jerman, mampu menjadi pembeda.

Tak seperti di klub, di mana dia acap kali dimainkan di sayap, bersama tim nasional Olmo dimainkan di tengah. Pada pertandingan melawan Jerman lalu, Olmo menggantikan Pedri yang ditarik keluar akibat cedera. Dari situ, Olmo mampu menjadi kreator paling mematikan di Timnas Spanyol.

Tak cuma mencetak satu gol, Olmo juga mempersembahkan sebiji assist bagi Mikel Merino, sang pencetak gol kemenangan atas Jerman. Prancis perlu mewaspadai kecerdasan serta trik-trik yang dimiliki jebolan La Masia ini.

Prancis - William Saliba

Salah satu alasan mengapa lini belakang Prancis begitu solid adalah keberadaan Saliba. Pemain Arsenal tersebut sejauh ini sukses menularkan performa impresif di klub pada musim lalu ke Euro 2024. Meski masih muda, permainan Saliba begitu matang. Dia juga punya kecepatan serta kemampuan untuk beradu fisik yang mumpuni.

Secara statistik, tak ada yang begitu menonjol dari Saliba di Euro 20243 ini. Akan tetapi, keberadaannya menjadi pembeda karena pemain satu ini memiliki kemampuan menggalang pertahanan yang apik. Upamecano yang rentan berbuat kesalahan saat bermain untuk Bayern Muenchen pun tampil lebih tenang dengan Saliba di sisinya.

Baca juga artikel terkait EURO 2024 atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Olahraga
Reporter: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi