Menuju konten utama

Semarak Produk Reksa Dana

Optimisme terhadap membaiknya perekonomian dimanfaatkan para manajer investasi untuk mengeluarkan produk-produk baru reksa dana.

Semarak Produk Reksa Dana
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro meluncurkan reksa dana Manulife Syariah Sukuk Indonesia (MSSI) di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (11/5). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Kinerja pasar keuangan, baik saham maupun obligasi yang membaik hingga tiga bulan pertama tahun ini membawa optimisme bagi para manajer investasi yang mengelola reksa dana.

Para manajer investasi mengeluarkan berbagai macam produk reksa dana seiring dengan membaiknya pasar keuangan domestik. “Dua tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak ke mana-mana akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat turunnya harga komoditas dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Tetapi sekarang sudah ada perbaikan. Tahun lalu mulai ada perbaikan harga komoditas dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Dampaknya terhadap perekonomian sudah mulai terlihat seperti pada sektor konsumer, terlihat ada pertumbuhan penjualan,” kata Chief of Investment Officer Bahana TCW Investment Management Doni Firdaus di Jakarta, Senin (8/5). Bahana TCW memperkirakan hingga akhir tahun ini indeks dapat bertambah 17,6% pada tahun ini.

Arus dana asing semakin banyak. Hingga akhir April, di pasar saham terdapat dana segar sekitar Rp22 triliun. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp16,5 triliun. Selain itu, kurs rupiah pun relatif stabil terhadap dolar AS.

Mandiri Manajemen Investasi misalnya, berencana meluncurkan produk reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) senilai Rp 400 miliar pada kuartal II 2017 mendatang. Pekan lalu, Direktur Utama MMI Muhammad Hanif menjelaskan produk RDPT tersebut rencananya akan berbentuk sebelas proyek pembangkit listrik micro hydro yang tersebar di berbagai lokasi di Pulau Jawa. Untuk itu, pihaknya berencana mengakuisisi satu perusahaan yang telah memiliki tiga pembangkit listrik micro hydro. Investor akan menanamkan uangnya untuk membiayai proyek listrik ini.

“Karena sudah ada tiga pembangkit yang dapat menghasikan listrik dan hasilnnya dijual ke PLN, pada tahun pertama reksa dana RPDT ini sudah dapat memberikan dividen,” kata Hanif. Biasanya, proyek-proyek infrastruktur memerlukan jeda waktu agar proyeknya selesai baru dapat memberikan hasil. Dengan dividen di tahun pertama, RDPT ini menjadi produk investasi yang menarik.

Hanif menargetkan produk ini sudah dapat diluncurkan pada Mei ini. “Diharapkan fund rising akan dapat selesai pada waktunya. Saat ini dana yang terkumpul sudah mencapai 70-an persen. Kalaupun pada batas waktu dana tidak sampai seperti target, produk ini akan tetap diluncurkan,” kata Hanif.

Selain RDPT, MMI juga berencana menerbitkan reksa dana berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA). Underlying KIK EBA ini adalah proyek infrastruktur berupa jalan tol. Penerbitan KIK EBA ini akan dilakukan dengan mengandeng pengelola jalan tol. “Saya belum bisa sebutkan, tetapi jalan tolnya merupakan jalan tol tertua,” kata Hanif.

Uniknya, KIK EBA ini tidak hanya akan ditawarkan kepada para investor institusi saja, tetapi juga kepada para investor ritel. Hanya saja, MMI belum menentukan berapa minimum penyertaan bagi para investor ritel agar dapat membeli KIK EBA ini.

Saat ini, perizinan KIK EBA masih dalam proses. Namun, berbagai persiapan sudah dilakukan untuk proyek ini. Reksa dana ini harus diterbitkan pada tahun ini, sesuai dengan mandat. “Mandatnya seperti mandat negara yaitu kami akan mendukung infrastruktur melalui KIK EBA ini,”kata Hanif lagi.

Portofolio KIK EBA terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari, pemberian kredit termasuk KPR (Kredit Pemilikan Rumah/KPR atau apartemen), Efek bersifat utang yang dijamin oleh pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement) /Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.

MMI menargetkan dana kelolaan sebesar Rp50 triliun hingga akhir 2017. Hingga kuartal I-2017, dana kelolaan mencapai Rp 42,17 triliun di kuartal I-2017.

INFOGRAFIK-REKSA-DANA-BARU

Saham BUMN

Lain lagi strategi manajer investasi Syalendra Capital dalam menambah nasabah dan dana kelolaannya. Syailendra meluncurkan reksa dana saham yaitu Syailendra Equity BUMN Plus. Sebanyak 51-100% alokasi portofolio reksa dana ini akan ditempatkan pada saham-saham BUMN.

Dihitung-hitung, saham-saham BUMN memiliki keunggulan dibandingkan dengan saham non BUMN. Chief of Investment Syailendra Cholis Baidowi mengatakan perusahaan BUMN menguasai sektor-sektor penting di negara ini. Pangsa pasarnya pun besar. Profitabilitas perusahaan BUMN baik dan seringkali menjadi market leader.

“Secara historis, saham kelompok BUMN ini memberikan secara historis juga memberikan hasil investasi yang lebih bagus dari pada IHSG, juga indeks LQ 45. Saat ini kapitalisasi saham BUMN mencapai Rp1.383 triliun. Jumlah ini setara dengan 24% dari total kapitalisasi IHSG,” kata Cholis lagi.

Dari hasil pengujian secara historis (backtest) selama 2010-2016 atas saham-saham BUMN menunjukkan bahwa return yang dihasilkan sebesar 133,7%. Return tersebut lebih besar ketimbang return IHSG yang hanya bertumbuh 109% dan indeks LQ 45 yang naik 77,5%.

Tidak hanya reksa dana konvensional, reksa dana syariah pun semakin berkembang. Permintaan instrumen syariah semakin besar belakangan ini. Manulife Aset Management Indonesia (MAMI) pun menerbitkan reksa dana syariah baru berbasis sukuk.

Reksa dana ini syariah ini merupakan reksa dana pertama yang memberikan dividen bagi para investornya. Reksa dana pendapatan tetap ini dijual dengan minimal pembelian sangat rendah Rp 10.000. Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro menjelaskan, reksa dana ini memiliki tingkat risiko relatif rendah, cocok untuk investor pemula yang baru mau mengenal investasi reksa dana.

Sebelumnya, MAMI telah memiliki produk reksa dana syariah Manulife Sektoral Amanah (MSSA) dan reksa dana Manulife Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF).

Berbagai produk reksa dana ini menambah alternatif dalam berinvestasi. Dengan memilih produk reksa dana berdasarkan tujuan investasi, profil investor, track record pengelola dana dapat memaksimalkan investasi kita.

Baca juga artikel terkait REKSA DANA atau tulisan lainnya dari Yan Chandra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yan Chandra
Penulis: Yan Chandra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti