Menuju konten utama

Semakin Sehat dengan Alas Kaki Berkonsep Barefoot

Meski menyehatkan dan menguatkan otot-otot kaki, sepatu yang terinspirasi dari kondisi alamiah kaki telanjang ini kurang efektif melindungi dari benturan.

Semakin Sehat dengan Alas Kaki Berkonsep Barefoot
Header diajeng Sepatu Barefoot. tirto.id/Quita

tirto.id - Seperti apa alas kaki yang kamu pakai sehari-hari? Layaknya kebanyakan orang, koleksi kita mungkin terdiri dari sepatu dan sandal dengan sol tebal atau hak tinggi.

Meski umumnya begitu, belakangan ini mulai naik daun alas kaki yang desainnya terinspirasi dari kondisi alamiah kaki manusia alias kondisi barefoot—bertelanjang kaki.

Kebalikan dengan alas kaki bersol tebal atau berhak yang selama ini mendominasi pasar, sepatu barefoot—dikenal juga sebagai sepatu minimalis atau sepatu zero drop—didesain dengan sol tipis dan fleksibel serta bagian depan sepatu (kotak atau area untuk jari kaki) yang lebar.

Desain tersebut memungkinkan jari-jari kaki berada dalam posisi alami karena tak terimpit di area jari kaki yang sempit. Tumit dan telapak kaki pun bisa menyentuh tanah pada ketinggian yang sama sehingga pemakainya bergerak bebas seperti layaknya bertelanjang kaki.

Ya, bertelanjang kaki itu sendiri disebut-sebut punya keuntungan tersendiri.

Menurut Dr. Jonathan Kaplan, spesialis kaki dan pergelangan kaki serta ahli bedah ortopedi dari Hoag Orthopaedic Institute di California, berjalan tanpa alas kaki dapat memulihkan pola berjalan alami kita.

Sayangnya, seiring waktu, manusia memaksakan kaki agar “dibungkus” dengan sepatu yang mayoritas memiliki bantalan dan penyangga berlebih dengan ujung lancip. Desain demikian berpotensi menimbulkan cedera sekaligus menggerus manfaat kesehatan dari aktivitas berjalan tanpa alas kaki.

Itulah yang menjadi motivasi Galahad dan Asher Clark untuk membangun Vivobarefoot. Perusahaan yang didirikan di Inggris pada 2012 ini menjadi salah satu pelopor alas kaki berkonsep barefoot.

Mereka memproduksi sepatu bersol ultra tipis yang dirancang untuk dipakai saat joging. Desain ini bertujuan menghubungkan kembali kaki dengan tanah dan memungkinkannya bergerak sealami mungkin.

Semenjak kemunculannya, beberapa pesohor dunia seperti Hugh Jackman, Scarlett Johansson, Kristen Stewart sampai Kate Hudson tertarik untuk mengenakannya.

Selain untuk alasan kebugaran, alas kaki model ini juga dirancang untuk pemakaian kasual sehari-hari.

Dunia mode tak ketinggalan menggali inspirasi dari tren alas kaki barefoot untuk memeriahkan koleksi musim semi dan musim panas tahun ini.

Dilansir dari Guardian, Jonathan Anderson, desainer top Inggris sekaligus direktur kreatif untuk Loewe, menyebut rumah mode mewah tersebut mengeluarkan koleksi sepatu pantofel Compo yang bersol lebar dan tipis, serta sandal nyaris tanpa sol.

Masih ada Prada dengan pantofel kulit “Razor”, Bottega Veneta dengan sneakers “Intrecciato” dan sepatu bot “Domenica”, sementara Manolo Blahnik konsisten dengan sepatu-sepatu bersol tipis sebagaimana dirilisnya musim-musim lalu.

Prinsip barefoot berhasil menginspirasi sederet jenama mewah karena ketertarikan industri ini untuk beralih pada produk yang anggun sekaligus bersahaja—atau istilahnya sering kamu dengar selama ini, quiet luxury.

Selain itu, permintaan terhadap alas kaki berkonsep barefoot menunjukkan tren meningkat.

Menurut perusahaan riset Allied, pasar globalnya bernilai 374 juta poundsterling pada 2021 dan diproyeksikan mencapai 626,5 juta poundsterling—atau sekitar Rp13 triliun—pada 2031.

Lalu, apa saja manfaat dari mengenakan sepatu ini?

Pertama, tentu saja berkaitan dengan kesehatan. Alas kaki barefoot memungkinkan kaki kita bergerak persis seperti bertelanjang kaki.

“Saat berjalan tanpa alas kaki, kamu memberikan kesempatan pada kaki untuk mengembangkan kekuatan fungsional dan mobilitas yang dibutuhkan agar dapat berfungsi secara optimal,” ujar dokter terapi fisik Jen Fraboni, PT, DPT dikutip dari situs Shape.

Kita akan kesulitan mengembangkan kekuatan dan mobilitas tersebut apabila terus-menerus memakai alas kaki dengan bantalan empuk, area jari kaki yang sempit, atau sol yang kaku.

Padahal, fondasi tubuh kita sangat bergantung pada kekuatan kaki, jari kaki, dan pergelangan kaki.

Masih dikutip dari Shape, spesialis kesehatan pergelangan kaki Alissa Kuizinas, DPM menambahkan, "Seiring bagian tubuh tersebut menjadi semakin kuat, kakimu yang bergerak secara alami dapat meningkatkan pola pergerakan dan efisiensi tubuh, sekaligus membantu mengaktifkan dan memperkuat otot-otot di bagian atas kaki, pinggul, dan panggul."

Manfaat kedua, alas kaki yang tipis dan fleksibel dapat membantumu jadi lebih ‘akrab’ dengan permukaan tanah yang dipijak dan membuat kaki memiliki proprioception lebih baik, yaitu kemampuan tubuh untuk merasakan keberadaannya di permukaan tanah sehingga dapat semakin meningkatkan keseimbangan.

Tak kalah penting, beralih ke sepatu berkonsep barefoot dapat membantu mengurangi risiko keluhan sakit kaki seperti bunion, hammertoes, dan neuroma.

Kendati menawarkan manfaat potensial, ada juga risikonya.

Selama memakai sepatu dengan sol yang tipis ini, kamu harus waspada, karena kaki jadi kurang terlindungi dari benturan benda keras, batu-batu tajam, atau permukaan tanah yang tidak rata.

Nah, bagi kamu yang selama ini terbiasa dengan sepatu bersol tebal dan tertarik beralih ke alas kaki barefoot, penting untuk membiasakan diri terlebih dahulu.

Kebiasaan memakai sepatu sempit dan empuk membuat otot kaki dan tungkai tidak terbiasa dengan peningkatan tekanan, beban, dan sensasi yang akan timbul saat memakai alas kaki minimalis.

Dilansir dari Popular Science, ahli penyakit kaki di New York City, Dr. Emily Splichal DPM menuturkan, "Secara teori kamu menambah tekanan pada kaki, artinya kamu harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menyokongnya."

Lama waktu yang dibutuhkan untuk masa penyesuaian ini berbeda-beda pada setiap orang—antara beberapa minggu hingga bulan. Yang jelas, diperlukan konsistensi dan kesabaran. Jadi, jangan harap mampu beralih ke alas kaki barefoot dalam semalam.

Spilchal menyarankan teknik peralihan seperti berikut. Mulailah memakai alas kaki barefoot pada hari Senin, lalu berganti dengan alas kaki biasa selama beberapa hari, setelah itu kembali mengenakan sepatu minimalis lagi.

Selama kaki dan pergelangan kaki tidak terasa sakit, perlahan tingkatkan jumlah hari pemakaiannya. Akan tetapi, ingat untuk selalu mendengarkan isyarat tubuh. Jangan pernah memaksakan diri.

"Kenalkan kaki pada tekanan yang bertambah, akan tetapi berikan waktu yang cukup juga untuk pemulihan dan adaptasi," saran Spilchal.

Dengan begitu, risiko cedera karena belum terbiasa memakai alas kaki dapat diminimalisir.

Jadi, kamu tertarik untuk ikut mencoba?

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari MN Yunita

tirto.id - Diajeng
Kontributor: MN Yunita
Penulis: MN Yunita
Editor: Sekar Kinasih