Menuju konten utama
15 November 1904

Sejarah Silet Bermula dari Gillette

Nama silet berasal dari King Gillette. Dia mematenkan dan memproduksi alat cukur bersama pisau tipis tajam.

Sejarah Silet Bermula dari Gillette
King Camp Gillette. tirto.id/Sabit

tirto.id - Silet adalah kata benda dalam bahasa Indonesia. Menurut KBBI, silet merupakan “pisau berupa lempengan baja kecil dan tipis, biasanya bermata dua (tanpa pegangan).” Ia merupakan benda yang cukup penting dalam keseharian, terutama untuk kaum pria. Dalam sejarah, kata "silet" kemudian memiliki beragam makna. Ia juga sering diasosiasikan dengan tindak pidana kriminalitas.

Silet, meski benda yang sepele, tetapi digunakan hampir seluruh pria di dunia. Pangsa pasarnya sangat menjanjikan, mencapai miliaran dolar setiap tahun. Dari produk-produk silet yang beredar di dunia, Gillette menguasai lebih dari setengahnya.

Gillette ditemukan oleh King Camp Gillette. Nenek moyang King Gillette berasal dari kaum Hugeunot Perancis—yang lari ke Ingggris pada 1572, lalu menyeberang ke Massachusetts pada 1630. King Camp Gillette sendiri lahir pada 5 Januari 1855 di Fond du Luc, Winconsin dan besar di Chicago. Dia pernah jadi pedagang keliling.

Menurut catatan Patent and Trade Mark Review, Volume 9-11 (1911: 3588), pisau cukur aman itu ditemukan King Gillette di tahun 1895. Ketika itu, belum ada alat cukur dengan pisau tipis tajam dua sisi. Pisau untuk cukur sering kali harus diasah untuk menajamkannya.

Chaim M. Rosenberg dalam The Great Workshop: Boston's Victorian Age (2004: 43) menuliskan, King Camp Gillette (1855-1932) sudah mendirikan American Safety Razor Company pada September 1901. Kantornya berada di atas sebuah toko ikan di 424 Atlantic Avenue. Nama Gillette Safety Razor Company disematkan tahun 1902.

Dia mulai menjual pisau dan alat cukur temuannya pada 1903. Temuan Gillette ini dipatenkan pada 15 November 1904, tepat hari ini 114 tahun lalu.

Dalam lembaran terbitan Kantor Paten Amerika Serikat, US Patent Nomor 775,134, disebutkan King Camp Gillette tinggal di Brookline, Massachusetts. Di mana E. D. Chadwick dan Joseph T. Brennan menjadi saksi.

Pisaunya yang tipis diharapkan menghemat biaya dan menghilangkan kejengkelan dalam mengasah pisau. Dalam lembaran paten nomor 775,134, alat cukur atau pisau tipisnya itu tak disebut Gillette—yang oleh orang Indonesia dieja: silet—melainkan "razor".

Gillette tidak sendirian membuat produknya. Ia dibantu William Emery Nickerson (1853-1930), seorang teknisi. “Ide Gillette tidak akan terwujud jika bukan karena sumbangan teknis dari William Emery Nickerson,” tulis Robert K. Waits dalam Before Gillette: The Quest for a Safe Razor : Inventors and Patents, 1762-1901 (2009: 243).

Ketika keluarganya pindah ke Boston, menurut catatan August Bolino dalam Men of Massachusetts: Bay State Contributors to American Society (383), “King Gillette mengerjakan bagian besar penemuannya di tahun 1895.” Dia kesulitan membuat pisau tajam tipis dalam jumlah besar. Hingga dia pun membawa idenya ke departemen metalurgi Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kala itu ide Gillette sulit direalisasikan. Enam tahun kemudian, barulah dia bertemu Nickerson yang berhasil merealisasikannya.

Infografik Mozaik King Camp Gillete

Penguasa Pasar

Menjual temuan Gillette tidaklah mudah. Tahun 1903, seperti dicatat The New York Times (11/7/1932) dalam obituari Gillette, perusahaan itu hanya berhasil menjual 51 alat cukur dan 14 pisau tajam tipisnya. Tahun berikutnya, 90 ribu alat cukur dan 15 juta pisau tipisnya terjual. Hingga kematian Gillette pada 9 Juli 1932, alat cukur temuannya sudah terjual 20 juta dan pisaunya terjual miliaran.

Perusahaaan itu terus melakukan inovasi. Pada 1971, seperti dilansir dari laman Gillette, perusahaaan ini mengembangkan alat cukur dengan mata pisau kembar. Pisaunya tak lagi bermata dua. Inovasi dilakukan terus. Slogan perusahaan yang telah menjadi bagian dari Procter & Gamble (P&G) pada 2005 ini adalah “Kami akan berhenti membuat pisau cukur ketika kami tidak lagi dapat membuatnya menjadi lebih baik.”

Gillette merupakan penguasa pasar. Forbes menuliskan, Gillette digunakan oleh 750 juta orang di 200 negara. Nilai brand-nya mencapai 19,2 miliar. Penjualan Gillette mulai tergerus oleh kehadiran kompetitor yang lebih kompetitif. Namun, Gillette masih memegang pangsa pasar terbesar di industri ini.

Di Indonesia, Gillette juga masih memegang pangsa pasar. Menurut Warta Ekonomi Volume 3 (Masalah 40-44, 1992), di tahun 1990-an beredar silet merek Panda, Tiger, atau Tatra. “PT Gillette Indonesia yang berdiri sejak 1972. Khusus untuk produk-produk yang ditujukan bagi segmen menengah ke atas, PT Gillette Indonesia sudah leading,” tulis Warta Ekonomi.

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 20 Januari 2018 dengan judul "Silet adalah Gillette". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI PERIKANAN atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Marketing
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan & Nurul Qomariyah Pramisti