tirto.id - Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) digelar di Bali mulai Selasa (20/8/2019). Sejarah kelahiran partai politik berbasis massa Nahdlatul Ulama (NU) ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Sejak 25 Mei 2005 hingga kini, PKB dikuasai oleh Muhaimin Iskandar alias Cak Imin selaku ketua umum.
PKB merupakan salah satu partai politik yang lahir dari rahim Reformasi 1998. Sehari setelah runtuhnya rezim Orde Baru seiring lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperoleh berbagai usulan dari Nahdliyin dari berbagai daerah di Indonesia.
Banyak warga NU yang menginginkan agar dibentuk parpol yang mewadahi aspirasi kaum Nahdliyin dan umat Islam di Indonesia pada umumnya. Tercatat, ada 39 nama parpol yang diusulkan. Belum lagi rancangan lambang parpol, visi dan misi, rumusan AD/ART, hingga orang-orang yang dinilai layak menjadi pengurus parpol orang NU nantinya.
Sejarah Lahirnya PKB
PBNU menampung berbagai usulan tersebut. Namun, seperti yang tertulis dalam website resmi PKB, PBNU harus sangat berhati-hati karena secara organisatoris, NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis, sesuai keputusan Muktamar NU 1984.
Sikap PBNU membuat warga Nahdliyin kurang puas. Usulan agar segera dibentuk partai politik untuk umat NU justru semakin kencang. Bahkan, sejumlah partai politik berbasis massa NU sudah dideklarasikan, seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat di Cirebon.
Dikutip dari Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan (2013) karya Abdul Halim, PBNU akhirnya rapat pada 3 Juni 1998 untuk memenuhi aspirasi Nahdliyin. Hasilnya, terbentuklah Tim Lima yang terdiri dari KH Ma’ruf Amin sebagai ketua, dengan anggota KH M. Dawam Anwar, KH Said Aqil Siradj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.
Dalam rapat selanjutnya, dibentuk Tim Asistensi yang bertugas membantu Tim Lima dalam menginventarisasi dan merangkum usulan pembentukan partai politik baru, sesuai aspirasi Nahdliyin, yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU. Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjadi salah satu anggota Tim Asistensi ini.
Akhirnya, pada 23 Juni 1998, terbentuklah partai politik yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menampung aspirasi warga NU pada khususnya, dan umat Islam serta rakyat Indonesia pada umumnya.
Deklarasi dilakukan di kediaman Ketua Umum PBNU, Gus Dur. Selain Gus Dur, beberapa tokoh NU yang turut mendeklarasikan berdirinya PKB di antaranya KH Ilyas Rukhiat, KH Munasir Ali, KH Mustofa Bisri, serta KH Muchit Muzadi. Matori Abdul Djalil terpilih sebagai Ketua Umum PKB pertama.
Gus Dur vs Matori
PKB langsung ambil bagian di Pemilu 1999 yang diikuti 49 peserta dan memperoleh jumlah suara yang mengejutkan sebagai partai pendatang baru. PKB menempati posisi ke-3 dengan 13.336.982 suara, hanya kalah dari dua partai politik lama yakni sang pemenang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar.
PKB bahkan lebih unggul dari partai Islam yang jauh lebih tua, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di peringkat ke-4. Berkat perolehan suara di Pemilu 1999 itu, sebut Mahrus Ali dan M.F. Nurhuda dalam Pergulatan Membela yang Benar: Biografi Matori Abdul Djalil (2008), PKB mendapatkan 51 kursi di DPR.
Selain restu dari PBNU serta peran santri dan para kiai, juga tentunya warga Nahdliyin, keberhasilan PKB dalam debutnya di Pemilu 1999 tidak terlepas dari sosok Gus Dur yang sangat dihormati dan berpengaruh, serta merupakan salah satu tokoh Reformasi 1998.
Gus Dur kemudian menempati posisi orang nomor satu di negeri ini sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4, menggantikan B.J. Habibie. Gus Dur menjadi Presiden RI sejak 20 Oktober 1999 hingga dilengserkan pada 23 Juli 2001.
PKB dipimpin Alwi Shihab sejak 15 Agustus 2001. Namun, perpecahan terjadi di internal partai ini antara kubu Matori dengan pihak Alwi yang didukung Gus Dur.
Dikutip dari Hukum Online, perpecahan di PKB berawal dari pemecatan sepihak tehadap Matori oleh Dewan Syura PKB dari posisinya selaku Ketua Tandfidz Dewan Pengurus PKB.
Pemecatan Matori tersebut dilatarbelakangi kehadirannya saat Sidang Istimewa MPR 2001 yang digawangi oleh Amien Rais untuk menjungkalkan Gus Dur dari kursi kepresidenan, yang kemudian digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Kendati diterpa badai perpecahan yang cukup berlarut-larut, PKB masih mampu berbicara banyak di Pemilu 2004 dengan mempertahankan posisi ke-3 dan memperoleh 52 kursi di DPR.
Gus Dur vs Cak Imin
Muktamar PKB di Semarang pada 2005 memilih Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum yang baru, sedangkan Gus Dur duduk sebagai Ketua Dewan Syura. Cak Imin adalah keponakan Gus Dur.
Namun, menjelang Pemilu 2009, internal PKB kembali bergolak. Cak Imin dipecat dari jabatannya karena dianggap melakukan manuver dengan “bermain-main ke istana” atau mendekati pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala itu.
Cak Imin dan para pendukungnya tidak terima, kemudian mengajukan gugatan terhadap Gus Dur ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Isu Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB pun mulai mengemuka.
Ternyata benar. Hanya saja kedua belah pihak yang berseteru menggelar MLB sendiri-sendiri. Kubu Gus Dur di Parung (Bogor) pada 30 April-1 Mei 2008, sedangkan rombongan Cak Imin melaksanakan hajat di Hotel Mercure Ancol sehari berselang.
MLB Ancol memutuskan Cak Imin kembali duduk sebagai Ketua Umum PKB, sekaligus mendepak Yenny Wahid, putri Gus Dur, dari jabatan Sekretaris Jenderal PKB dan menunjuk Lukman Edy sebagai penggantinya. Posisi Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syuro juga digusur, digantikan oleh KH Aziz Mansyur.
Putusan pengadilan semakin menguatkan penguasaan kubu Cak Imin atas PKB. “PKB hanya satu di bawah kepemimpinan Muhaimin dan Lukman Edy,” tandas Wakil Sekjen PKB saat itu, Hanif Dhakiri, dilansir Kompas (18 Mei 2009).
Gus Dur memilih diam dan perlahan tetapi pasti mulai meninggalkan kancah politik hingga akhir hayatnya.
Di bawah kendali Cak Imin pasca polemik, perolehan suara PKB di Pemilu 2009 merosot drastis, hanya meraih 5.146.122 suara dan anjlok ke urutan 7. Jatah kursi di parlemen pun berkurang nyaris separuhnya, yakni cuma mendapat 27 kursi.
Namun, Cak Imin cukup sukses membawa PKB bangkit di gelaran pesta demokrasi selanjutnya. Pada Pemilu 2014, PKB kembali menembus angka 11 juta suara lebih, tepatnya 11.298.957 suara dengan 47 kursi DPR, kendati menempati posisi ke-5.
Cak Imin tak lelah terus bermanuver di jagat politik nasional jelang Pemilu 2019. PKB pun berhasil menempatkan KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres yang akhirnya memenangkan Pilpres 2019 mendampingi Joko Widodo (Jokowi) selaku capres.
Kini, dalam Muktamar PKB 2019 di Bali, takhta kuasa Cak Imin di pucuk tertinggi pimpinan partai yang kerap "menjual" nama Gus Dur ini tak tergoyahkan. Muhaimin Iskandar kembali terpilih sebagai Ketua Umum PKB secara aklamasi alias mutlak.
Penulis: Iswara N Raditya & Rachma Dania
Editor: Abdul Aziz