tirto.id - Petra merupakan kota kuno bersejarah yang terletak di selatan Yordania. Kerap disebut Kota Mawar, salah satu keajaiban dunia ini pernah menjadi pusat kerajaan Arab. Tepatnya, kala zaman Helenistik dan Romawi.
Lokasinya memang ada di selatan Yordania, namun mengarah ke kiri bawah sedikit (barat daya). Menurut situs Britannica, kota tersebut menembus dari arah timur ke barat Lembah Musa.
Belahan tersebut ternyata sekelilingnya diisi oleh tebing batu pasir berwarna merah, kuning, dan keungu-unguan. Warna ini merupakan cikal bakal penyebutan Petra sebagai Kota Mawar, kira-kira pada abad ke-19.
Lantas, bagaimana sejarah reruntuhan kota kuno ini dan apa saja keunikannya?
Sejarah Petra: Saksi Bisu Kehidupan Purba-Modern
Berdasarkan peninggalan zaman paleolitikum dan neolitikum yang ditemukan di sana, maka kehidupan manusia diperkirakan sudah ada sejak 1200 SM. Beberapa ratus tahun sebelum masehi, orang Nabatea, salah satu suku di Arab, menjadikan tempat ini sebagai pusat kerajaan.
Di tempat tersebut, orang-orang Nabatea hidup makmur dengan kota yang fungsinya sebagai pusat perdagangan. Ketika zaman tersebut, orang dari Cina, Yunani, Mesir, hingga India, datang untuk bertransaksi di sana.
Nahasnya, pada 106 Masehi, Romawi datang menyerang daerah ini. Lantaran kalah, Romawi akhirnya menjadikan Kota Petra sebagai salah satu Provinsi Romawi di dataran Timur Tengah.
Wilayah ini pun mengalami perkembangan dan penurunan setelah itu. Di samping kemajuan, ternyata kemunduran lebih banyak terjadi. Pada 551 Masehi, datang bencana gempa bumi. Kemudian, ada juga yang diakibatkan oleh Invasi Islam mulai tahun 600-an.
Setelah sempat menjadi daerah peperangan, kabar mengenai Kota Mawar alias Petra tidak terdengar. Namun, pada 1812, seorang wisatawan asal Swiss menemukan tempat ini. Nama penemunya kala itu adalah Johann Ludwig Burckhardt.
Penggalian dan Keunikan Petra
Situs bersejarah ini digali demi memperoleh informasi lengkapnya pada 1958. Kala itu, ditemukan beberapa objek bangunan seperti makam besar (Kazhnah) dan altar pemujaan (The High Place of Sacrifice). Selain itu, ditemukan juga informasi mengenai sistem irigasi Petra. Di antaranya terdiri atas bendungan, waduk, saluran air, dan pipa-pipa yang terbuat dari keramik.
Sementara itu, penggalian kedua dilakukan pada 1993. Ketika penggalian ini berlangsung, ditemukan beberapa kuil yang dapat memberikan wawasan terkait politik, sosial budaya, dan agama di Petra.
Untuk keunikannya sendiri, tentu sebuah reruntuhan kota kuno menyimpan segala sesuatu yang tak dapat kita buat di zaman modern ini. Setelah melewati berbagai zaman, kota ini unik karena menyimpan beberapa barang hasil budaya paleolitikum dan neolitikum.
Berlanjut setelah itu, bangunannya yang berwarna secara alami juga dapat menjadi salah satu keunikannya. Kemudian, ada pos penjagaan berlambang salib yang menjadi saksi bisu peperangan ketka Perang Salib berlangsung.
Terlepas dari itu, penetapannya sebagai Warisan Dunia UNESCO baru resmi diberikan kepada Petra pada 1985. Melansir catatan World New 7 Wonders, UNESCO menyebut tempat ini sebagai budaya peninggalan berharga dari warisan budaya manusia.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani