Menuju konten utama

Sejarah Istana Maimun di Medan, Fakta Menarik, & Biaya Masuknya

Istana Maimun adalah salah satu destinasi wisata sejarah paling terkenal di Kota Medan.

Sejarah Istana Maimun di Medan, Fakta Menarik, & Biaya Masuknya
Sejumlah wisatawan lokal mengenakan baju adat sewaan saat berfoto bersama di Istana Maimun, Medan, Sumatra Utara, Kamis (13/4). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/nz/17

tirto.id - Istana Maimun merupakan peninggalan Kesultanan Deli. Bangunannya kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah paling terkenal di Kota Medan.

Ciri khas Istana Maimun adalah warna hijau dan kuning. Bangunannya sangat mencolok serta memiliki bentuk atap yang unik. Selama ini, Istana Maimun juga dikenal dengan istilah Istana Putri Hijau.

Lantas, bagaimana sejarah Istana Maimun, fakta menarik, dan biaya masuk ke sana? Sejumlah pertanyaan lain yang kerap muncul adalah siapa Raja Istana Maimun sekarang dan di mana letak Istana Maimun.

Gambar Istana Maimun juga cukup menarik untuk disimak selain manfaat Istana Maimun digunakan untuk apa pada masa kini.

Sejarah Istana Maimun di Sumatera Utara

Istana Maimun berdiri di atas tanah seluas 2.722 meter persegi. Istana ini dibangun oleh Sultan Mahmud Al Rasyid. Ia termasuk Sultan Deli ke-8 dari Kesultanan Deli. Pembangunan Istana Maimun membutuhkan waktu sekitar tiga tahun. Tepatnya dimulai sejak 26 Agustus 1888 hingga selesai pada tanggal 18 Mei 1891.

Menurut jurnal Eksplorasi Kebudayaan Monumen Sejarah Istana Maimun yang ditulis Wahyu Adinda Wardani Lestari, Mawar Sari, Putri Nabillah, dan Nahdatul Amna (2024), Istana Maimun dulunya berfungsi sebagai gedung menjamu tamu kesultanan Melayu Deli.

Istana Maimun merupakan karya arsitek Majoor Theodoor van Erp. Sang arsitek menggabungkan berbagai gaya arsitektur. Di antaranya meliputi Melayu Deli, Islam, Spanyol, India, dan Italia. Namun, ia tetap saja berusaha mempertahankan nuansa Islam.

Bangunan istana terdiri dari dua lantai dengan 30 ruangan yang terbagi menjadi tiga bagian: bangunan induk, sayap kiri, dan sayap kanan. Di mana letak Istana Maimun? Alamat Istana Maimun tepatnya terletak di Jl. Brigadir Jenderal Katamso nomor 66, Aur, Medan Maimun, Kota Medan.

Istana Maimun digunakan untuk apa? Istana ini berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan dan keluarga kerajaan, selain digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting kesultanan. Seiring berjalannya waktu, Istana Maimun beralih fungsi menjadi museum sekaligus objek wisata sejarah yang menampilkan berbagai koleksi peninggalan Kesultanan Deli.

Kendati telah mengalami beberapa perubahan, baik dari segi bangunan maupun fungsi, Istana Maimun masih mempertahankan pesona sebagai simbol warisan budaya dan sejarah Kota Medan.

Biaya Masuk Istana Maimun di Kota Medan

Raja Istana Maimun sekarang alias Sultan Deli ke-14 adalah Tuanku Aji. Nama lengkapnya adalah Seri Paduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam.

Sultan Mahmud Arya Lamanjiji atau Tuanku Aji naik tahta mulai tahun 2005. Usianya saat itu baru 8 tahun. Ia sekaligus berstatus sultan termuda setelah menggantikan posisi ayahnya, Letkol Tito Otteman yang meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat.

Harga tiket masuk Istana Maimun Medan cukup terjangkau, yakni dibanderol senilai Rp5.000 untuk anak-anak dan Rp10.000 bagi orang dewasa.

Biaya wisata tersebut tidak termasuk sewa pakaian adat kerajaan yang ada di dalam istana. Istana Maimun bisa dinikmati setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

Pengunjung dapat menikmati koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan peninggalan Kesultanan Deli. Pakaian adat kerajaan di Istana Maimun juga bisa disewa dan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.

Berikut adalah biaya masuk Istana Maimun di Kota Medan:

  • Anak-anak: Rp5.000
  • Dewasa: Rp10.000
WISATA ISTANA MAIMUN MEDAN
Sejumlah wisatawan lokal mengenakan baju adat sewaan saat berfoto bersama di Istana Maimun, Medan, Sumatra Utara, Kamis (13/4). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/nz/17

Fakta-Fakta Menarik Istana Maimun

Istana Maimun memiliki sejumlah fakta menarik selain menghadirkan bangunan bersejarah milik Kesultanan Deli.

Berikut adalah fakta-fakta menarik Istana Maimun:

1. Interior Melayu, Eropa, dan Islam

Balairung Istana Maimun dihiasi tahta berwarna kuning, lampu kristal, dan perabotan bergaya Eropa. Di antaranya seperti kursi, meja, dan lemari. Ornamen ruang Balairung mencakup motif tumbuhan, hewan, geometris, dan kaligrafi hingga menghasilkan perpaduan yang menarik.

Pola arsitektur Belanda terlihat pada pintu dan jendela besar. Sementara pengaruh Islam tampak dalam bentuk kurva atap yang terinspirasi gaya Persia.

2. Dirancang Theodoor van Erp

Fakta menarik lainnya tentang Istana Maimun adalah gaya arsitektur bangunan ternyata dirancang oleh Theodoor van Erp. Ia adalah seorang ahli pemugaran dan purbakala kelahiran Ambon.

Van Erp terkenal karena peran dalam pemugaran Candi Borobudur. Ia juga terlibat dalam beberapa proyek arsitektur penting di Indonesia, termasuk Masjid Raya Al Mashun di Medan dan pembangunan Istana Maimun.

Dengan latar belakang militer dan teknik, Van Erp malah membawa sentuhan unik dalam merancang Istana Maimun. Dirinya memadukan berbagai elemen arsitektur berbagai budaya.

3. Asal Usul Maimun

Nama "Maimun" memiliki makna "berkah atau rahmat". Dalam beberapa tradisi, hal ini dianggap sebagai simbol keberkahan bagi Istana Maimun. Dalam bahasa Arab juga bermakna "yang diberkahi".

Sejumlah kalangan memiliki kepercayaan nama Maimun diambil dari Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Ia adalah sosok pemimpin pembangunan istana dari tahun 1888 hingga 1891.

Harapan besar Sultan untuk kesuksesan Kesultanan Deli serta kota Medan tercermin dalam penggunaan nama ini.

4. Meriam Puntung

Halaman Istana Maimun terdapat situs Meriam Puntung atau Meriam Buntung. Ini merupakan peninggalan bersejarah masa peperangan Kerajaan Haru melawan Kerajaan Aceh.

Konon, Meriam Puntung menjadi simbol ketegasan komitmen Sultan Deli selain upaya mempertahankan kerajaan dari ancaman pihak luar.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Nisa Hayyu Rahmia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Nisa Hayyu Rahmia
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani