tirto.id - HIPMI adalah singkatan dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang merupakan organisasi operasional yang bersifat non politik.
HIPMI didirikan pada 10 Juni 1972 dan dipelopori oleh Aburizal Bakrie dan pengusaha-pengusaha lainnya.
Tujuan HIPMI adalah untuk mendorong serta mengembangkan jiwa kewiraswastaan di kalangan generasi muda agar dapat menjadi pengusaha yang profesional, kuat dan tangguh dalam sektor usaha yang ditekuni.
Selain itu organisasi ini juga berupaya melaksanakan program pemerintah dan turut mensukseskan proses pembangunan nasional maupun daerah menuju kepada terciptanya masyarakat yang adil dan makmur,serta membentuk pengusaha nasional yang berwawasan kebangsaan, yang memiliki moral, etika dan bisnis serta mampu berdaya saing di pasaran internasional.
Bergerak independen di bidang perekonomian, HIPMI memiliki sasaran operasionalnya yang bersifat non politik. Hal tersebut diperkuat dengan upaya tidak mencari keuntungan dan bersifat kekeluargaan.
Dalam menjalankan usahanya, permasalahan yang dihadapi oleh anggota HIPMI sangat bervariasi. Namun demikian pada pokoknya dapat dikelompokkan dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan akses pasar, kelemahan dalam pendanaan dan akses pada sumber pembiayaan, kelemahan dalam organisasi dan manajemen, kelemahan dalam kapasitas dan penguasaan teknologi, serta kelemahan dalam membangun jaringan usaha.
Sejarah HIPMI
Berdasarkan laman resmi HIPMI Sukoharjo, sejarah berdirinya HIPMI adalah didirikan pada 10 Juni 1972. HIPMI melandasi semangat keorgansasiannya untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda, karena pada saat itu banyak dari kaum muda yang bercita-cita menjadi pengusaha.
Ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi pada tahun 1998, HIPMI telah berhasil mencetak kaderisasi wirausaha yang menghasilkan tokoh-tokoh muda baru dalam percaturan dunia usaha, baik skala nasional maupun internasional.
Keadaan tersebut kemudian dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap profesi pengusaha yang pada mulanya dianggap sebagai strata yang rendah. Sehingga profesi pengusaha di mata masyarakat cukup berhasil menandingi profesi-profesi lain seperti birokrat, TNI/POLRI, dlsb.
Pada era Reformasi, HIPMI dituntut untuk merubah visi dan misi organisasinya guna beradaptasi dengan keadaan pasca krisis ekonomi. Hal tersebut memungkinkan HIPMI untuk senantiasa adaptif dengan paradigma baru, yakni menjadikan Usaha Kecil Menengah sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional.
Berikut adalah daftar Ketua Umum HIPMI:
- Abdul Latief (1972-1973)
- Siswono Yudo Husodo (1972-1977)
- Aburizal Bakrie (1877-1979)
- Pontjo Sutowo (1979-1983)
- Agung Laksono (1983-1986)
- Sharif Cicip Sutoarjo (1986-1989)
- Bambang Riyadi Soegomo (1989-1992)
- Adi Putra Darmawan Tahir (1992-1995)
- Bambang Wiyogo Atmodarminto (1995-1998)
- Hariyadi Budisantoso Sukamdani (1998-2001)
- Muhammad Lutfi (2001-2005)
- Sandiaga Salahuddin Uno (2005-2008)
- Erwin Aksa Mahmud (2008-2011)
- Raja Sapta Oktohari (2011-2015)
- Bahlil Lahadalia (2015-2019)
- Mardani H. Maming (2019-2022)
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Yulaika Ramadhani