Menuju konten utama

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei dan Latar Belakangnya

Artikel berikut ini akan membahas singkat tentang sejarah hari kebangkitan nasional yang diperingati setiap 20 Mei.

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei dan Latar Belakangnya
Indische Partij di Belanda. FOTO/Istimewa

tirto.id - Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ditetapkan pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya. Tahun ini, Hari Kebangkitan Nasional 2024 jatuh pada hari Senin.

Sejarah Harkitnas ditetapkan berdasarkan hari berdirinya Boedi Oetomo (B0) pada 20 Mei 1908. Budi Utomo adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tetapi tidak bersifat politik.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menuliskan, perjuangan yang selama ini bersifat kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Budi Utomo memelopori perjuangan dengan memanfaatkan kekuatan pemikiran dan mendorong munculnya organisasi-organisasi pergerakan lainnya.

Lantas, sebenarnya apa itu hari kebangkitan nasional dan peristiwa apa yang menjadi latar belakang Hari Kebangkitan Nasional? Berikut ini penjelasan sejarah singkat Hari Kebangkitan Nasional.

Kapan Penetapan Harkitnas?

Presiden Soekarno menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1948, di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Penetapan tersebut kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1 Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Penetapan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, dan mempertahankan semangat persatuan dan kesatuan nasional.

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Latar belakang Harkitnas tentu saja berkaitan erat dengan Budi Utomo. Budi Utomo 1908-1918 sebenarnya merupakan perkumpulan cendekiawan Jawa dan memiliki ikatan kuat dengan kebudayaan Jawa (B.J.O. Schrieke seperti dikutip Akira Nagazumi dalam Bangkitnya Nasionalisme Indonesia hlm. 230-231)

Berdasarkan catatan yang dikumpulkan Nagazumi, Budi Utomo didirikan di bawah filosofi dan kebudayaan Jawa dengan mengikuti garis-garis modern dari Barat atau Eropa.

Masih di buku yang sama, ia memaparkan dominasi orang Jawa dalam daftar siswa STOVIA (sekolah dokter Jawa yang didirikan pemerintah kolonial) yang berpartisipasi dalam kegiatan pembentukan organisasi ini.

Nama Boedi Oetomo diusulkan Soeradji, kawan sekelas Soetomo yang juga menghadiri pertemuan dengan Wahidin.

Imam Supardi dalam Dr. Soetomo: Riwayat Hidup dan Perjuangannya (1951: 28) memaparkan, nama itu terbersit di benak Soeradji ketika menyaksikan Wahidin berpamitan untuk meneruskan perjalanannya ke Banten.

Budi Utomo dipandang sebagai salah satu dampak keberhasilan politik etis di tanah Jawa. Tidak seperti organisasi pribumi lainnya yang memilih jalur radikal, Budi Utomo yang moderat-progresif tidak mendapat suatu kesulitan apapun sejak didirikan.

Belum genap satu tahun berdiri, perkumpulan ini sudah mendapat pengakuan dari Gubernur Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz dan berhak berdiri di hadapan pengadilan Hindia Belanda dalam kedudukan yang sama dengan seorang sipil Eropa.

Faktor Pendorong Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional Indonesia yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong yang meliputi aspek politik, sosial, budaya, dan ekonomi.

Berikut ini beberapa faktor utama yang mendorong kebangkitan nasional yang dikutip dari berbagai sumber:

1. Penderitaan Berkepanjangan Akibat Penjajahan

Penjajahan Belanda yang berlangsung lama telah menimbulkan ketidakpuasan dan penderitaan berkepanjangan di kalangan rakyat Indonesia. Karena penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial membangkitkan kesadaran akan perlunya perjuangan untuk merdeka.

2. Munculnya Kesadaran Tentang Pentingnya Pendidikan

Munculnya sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan Barat kepada pribumi, seperti STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), telah melahirkan kaum intelektual yang menyadari pentingnya kesatuan dan kebangsaan.

Pendidikan ini membuka wawasan dan kesadaran tentang kondisi bangsa dan inspirasi dari gerakan kebangsaan di negara lain.

3. Pengaruh Pergerakan Nasional di Luar Negeri

Pergerakan nasional di negara lain, seperti Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, dan kebangkitan nasional di negara-negara Asia, menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh Indonesia yang menyadari bahwa kemerdekaan dan kedaulatan bangsa adalah hal yang mungkin dicapai.

4. Perubahan Sosial dan Ekonomi

Kebijakan politik etis yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda yang mencakup edukasi, irigasi, dan transmigrasi, meskipun memiliki tujuan ekonomi kolonial, tanpa sengaja memberikan ruang bagi perkembangan kelas menengah pribumi yang lebih terdidik dan berdaya beli.

5. Peran Media Massa

Surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh dan untuk pribumi memainkan peran penting dalam menyebarkan ide-ide kebangsaan dan kritik terhadap kolonialisme. Media massa menjadi sarana untuk menyatukan gagasan dan menyebarkan semangat nasionalisme.

6. Adanya Organisasi dan Pergerakan Pemuda

Pembentukan organisasi-organisasi pemuda, termasuk Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan organisasi kepemudaan lainnya membantu dalam menyebarkan ide-ide kebangsaan dan mengorganisir perlawanan terhadap penjajahan. Organisasi ini menjadi wadah untuk mendiskusikan masalah-masalah bangsa dan mencari solusi bersama.

Baca juga artikel terkait HARKITNAS 2024 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH
Penyelaras: Dhita Koesno