Menuju konten utama
Pendidikan Sejarah

Sejarah Diwali & Mengapa Hari Deepavali Dirayakan?

Sejarah Hari Diwali atau Deepavali yang dikenal sebagai "Festival Cahaya" dan mengapa hari tersebut dirayakan.

Sejarah Diwali & Mengapa Hari Deepavali Dirayakan?
Cahaya lampu yang terbuat dari tanah di tepian Sungai Sarayu sebagai bagian dari perayaan Diwali di Ayodhya, India, India, Selasa, 6 November 2018. Kota India bagian utara Ayodhya membuat upaya untuk memecahkan rekor Guinness Book of World ketika beberapa lampu-lampu tanah dinyalakan di tepi Sungai Saryu pada kesempatan Diwali - festival cahaya. AP / Rajesh Kumar Singh

tirto.id - Happy Diwali atau Hari Deepavali tahun ini diperingati bertepatan pada hari ini, Senin, 24 Oktober 2022.

Diwali atau biasa disebut dengan beberapa istilah Deepawali, Deepavali, atau Dipavali merupakan tradisi untuk merayakan "Festival Cahaya" bagi pemeluk Hindu maupun beberapa agama atau kepercayaan lainnya.

Bagi masyarakat India, "Festival Cahaya" merupakan salah satu festival terpopuler dan paling ditunggu-tunggu, serta menjadi hari libur terbesar.

Deepavali dirayakan selama lima hari berturut-turut dalam kalender Hindu bulan Ashwayuja dan biasanya perayaan ini terjadi pada bulan Oktober atau November.

Sejarah Diwali

Dikutip laman Britannica, nama Diwali berasal dari istilah Sansekerta Dipavali, yang berarti "barisan lampu." Festival ini umumnya melambangkan kemenangan yang terang atas kegelapan.

Perayaan Diwali biasanya berbeda tergantung pada wilayah dan tradisi. Di kalangan umat Hindu, kebiasaan yang paling umum dilakukan adalah menyalakan diyas, yakni lampu gerabah kecil yang diisi minyak pada malam bulan baru untuk mengundang kehadiran Lakshmi, dewi kekayaan.

Di India Utara, festival ini dilakukan dengan merayakan kepulangan kerajaan Rama (bersama dengan Sita, Lakshmana, dan Hanuman) ke kota Ayodhya setelah mengalahkan Rahwana, raja iblis berkepala 10, sehingga menghubungkan festival Diwali dengan hari raya Dussehra.

Sementara di India Selatan, festival ini menandai kekalahan Krishna dari iblis Narakasura. Beberapa merayakan Diwali sebagai peringatan pernikahan Lakshmi dan Wisnu, sementara yang lain merayakannya sebagai hari ulang tahun Lakshmi.

Seperti dilansir situs History, Deepavali atau festival cahaya telah berlangsung lebih dari 2.500 tahun.

Seperti banyak festival Hindu, tidak hanya ada satu alasan untuk merayakan liburan selama lima hari tersebut.

Pankaj Jain, seorang profesor antropologi, filsafat dan agama di University of North Texas, mengatakan, perayaan Diwali terkait dengan banyak cerita dalam teks-teks keagamaan, dan tidak mungkin untuk mengatakan mana yang lebih dulu, atau berapa lama Diwali dimulai.

Banyak dari cerita ini adalah tentang kemenangan kebaikan atas kejahatan.

Di India utara, kisah umum yang terkait dengan Diwali adalah tentang Raja Rama, salah satu titisan dewa Wisnu.

Ketika seorang raja jahat di Lanka (yang oleh beberapa orang diasosiasikan dengan Sri Lanka) menangkap istri Rama, Sita, Rama membangun pasukan kera untuk menyelamatkannya.

Monyet-monyet itu diceritakan membangun jembatan dari India ke Sri Lanka, dan mereka menyerbu Sri Lanka serta membebaskan Sita dan membunuh raja jahat itu.

Lalu saat Rama dan Sita kembali ke utara, jutaan lampu tersebar di seluruh kota Ayodhya hanya untuk membantu mereka kembali ke rumah dan untuk menyambut mereka.

Penerangan lampu inilah yang sudah lama menjadi salah satu cara umat Hindu merayakan Diwali.

Sementara di India Selatan, Diwali secara populer dikaitkan dengan cerita tentang dewa Hindu Krishna, inkarnasi Wisnu yang berbeda, di mana ia membebaskan sekitar 16.000 wanita dari raja jahat lainnya.

Di negara bagian Gujarat barat, Tahun Baru bertepatan dengan Diwali (ada beberapa Tahun Baru di seluruh India), dan Diwali dikaitkan dengan meminta kemakmuran kepada dewi Lakshmi di tahun mendatang. Selama festival, banyak selebaran bertukar hadiah dan koin.

Meskipun Diwali adalah hari libur keagamaan, itu juga merupakan hari libur nasional di India.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya